Bak main petak umpet, itulah Alfa dan Delta sekarang.
Begitu mendapatkan gaji pertama dan uang tabungannya sudah mencukupi, Delta langsung pindah rumah tanpa memberi tau Alfa, dan yang pastinya ia memang tak punya niat memberi tau pria yang selama hampir sebulan ini selalu numpang makan di rumahnya.
Kontrakan itu memang jauh lebih kecil daripada rumah yang ia tempati di komplek tempat tinggalnya kemarin, tapi rasanya jauh lebih nyaman dan aman, karena tak akan ada lagi pria yang tiba-tiba sudah ada dalam rumahnya. Dan juga kontrakan itu khusus wanita.
Delta izin libur bekerja di toko roti untuk merapikan isi kontrakan. Setelah ia menidurkan Dafa, wanita itu memutuskan untuk kembali membuat bahan ajar yang akan dia ajarkan untuk para mahasiswanya besok.
Sementara itu, Alfa hanya menarik nafas dalam ketika mendapati rumah yang Delta tempati kosong, dan Delta juga tidak masuk kerja, bahkan Dafa hari itu tidak dititipkan di tempat penitipan anak.
“Nona Sena bilang kalau Delta memutuskan untuk tidak menitipkan anaknya lagi ditempat itu. Dan pemilik toko roti bilang, kalau Delta akan mengundurkan diri bulan depan. Ia ingin fokus menjaga anaknya dan membuka usaha sendiri.” Zeno memberikan informasi pada bosnya yang masih berdiri didepan rumah Delta dengan tampang kesal.
“Tempat tinggalnya sekarang dekat dengan kampus. Ia membeli nama toko roti tempatnya berjualan sekarang, dan berniat membuka toko roti di kantin kampus. Izin berjualan mulai bulan depan, jadi, sepetinya Delta benar-benar tidak akan kembali ke sini.”
Alfa hanya mengangguk, lalu mengajak asistennya itu segera ke kantor. Ia bahkan tak peduli perutnya kelaparan karena belum sarapan pagi.
Di kantor, karena suasana hatinya buruk, beberapa pegawai kena imbasnya, ia memarahi dan bahkan mengancam akan memecat pegawai itu karena kinerja mereka yang kurang bagus. Zeno hanya mampu menghela nafas dalam. Ia sudah hapal dengan sikap arogan Alfa.
“Kontrakannya hanya berjarak 10 menit dari sini. Delta tidak kabur, dia mungkin hanya lupa memberi tau anda. Dan dia juga tidak punya kontak anda dan….sepertinya ponselnya rusak, karena Dafa mencelupkannya kedalam susu 2 hari yang lalu.”
“…” Alfa menatap datar kearah Zeno. Ia sudah berusaha menenangkan pikirannya, dan meminta pria itu tidak menyebut nama Delta selama bekerja, tapi sepertinya Zeno sudah tidak tahan dengan perilaku kekanak-kanakan bosnya itu.
“Anda bisa langsung datang kekontraka nya setelah bekerja, dia tidak kemana-mana dan hanya beres-beres rumah. Dan…Dafa sepertinya demam.”
Tentu saja mendengar hal terakhir itu, Alfa langsung menutup map dihadapannya dan menyuruh Zeno membatalkan semua pekerjaannya hari ini.
“Jangan ikuti aku!” Ancam Alfa sebelum pergi. Dan Zeno hanya tersenyum melihat bosnya itu bergegas ketempat Delta.
Namanya juga petak umpet. Ketemu nggak akan segampang itu, dan kesal tentu saja menjadi puncaknya. Itulah yang dirasakan Alfa.
Ia tiba didepan kontrakan Delta, mengetuk pintu dan memanggil wanita itu hampir setengah jam tapi tak ada yang keluar dari kontrakan itu. Akhirnya itu memutuskan menelpon Zeno. Alfa seolah bisa merasakan asistennya itu tersenyum sambil menjelaskan kalau sekarang Delta sedang pergi ke Rumah Sakit.
Meski kesal, Alfa akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana dan memastikan kalau ia akan bertemu Delta dan Dafa.
Benar saja. Delta sedang menunggu di depan poli anak sambil memeluk Dafa, raut wajah cemas terlihat jelas di wajahnya. Dan karena itu jugalah, kemarahan Alfa sedikit berkurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Chance (END)
RomanceDelta dan Alfa merupakan tetangga dan teman sekelas dari TK hingga SMA. Meski begitu keduanya tidak pernah benar-benar berteman, hingga akhirnya Alfa kuliah di luar daerah. Mereka dipertemukan kembali dalam suasana canggung. Alfa dengan jas hitam ra...