Bab 38 : Nyctophobia

8.3K 874 11
                                    

Sekarang usia Kalysa telah menginjak 5 tahun dan meski tubuhnya terlihat lebih kecil dari teman seusianya, anak kecil itu selalu tersenyum sangat manis pada siapapun yang menyapanya.

Delta dan Alfa tak pernah khawatir akan tumbuh kembang putri mereka. Apalagi ditambah ada begitu banyak orang yang bersedia dengan suka rela memanjakan anak itu.

Alfa bahkan sering ribut dengan ayahnya dan ayah Delta soal siapa yang bermain paling lama dengan Kalysa.

Nafta yang punya banyak waktu luang kadang memonopoli Kalysa (menjadikannya cupid cinta kedua selain Dafa). Anak laki-laki satu ini selalu mengajak Kalysa untuk bertemu calon pacar yang masih setia menyandang kata 'calon' itu.

Dafa.....

"...." Delta menatap anak laki-lakinya yang sudah seperti kapten tim ini. Hmm.....anak ini....kenapa jadi nakal begini?

Dafa tentu saja selalu ceria, dengan si kembar Sena, Alandra dan Andreo (anak kembar Varo) yang mengikuti tingkah laku anak itu, juga Kalysa yang selalu di sertakan dalam tim (meskipun tidak melakukan apa-apa selain duduk diam dan menjadi putri). Genk chibi itu berlarian seputaran taman rumah yang luas, membangun benteng dari kardus (yang akhirnya benar-benar di bangun sebuah kastil kecil oleh Varo meski ribut dulu dengan Alfa). Delta hanya berusaha bersabar dengan tingkah mereka terutama ayah dari anak-anak yang tak pernah dewasa itu.

Orang tua Alfa, meski di larang Alfa untuk berpergian jauh, hal itu tidak bisa menghentikan mereka yang punya hobi treveling.

"Kami tidak keluar negeri, hanya keluar kota. Naik pesawat pribadi, di kawal oleh Bodyguard profesional dan pilot berlisensi. Ada 16 ribu pulau di negara tercinta kita ini, rasanya sayang kalau tidak di kunjungi semua, apalagi kami masih sehat."

"....."

"Tenang saja, kami akan pulang tiap ulang tahun Dafa dan Kalysa, juga ketika ada momen liburan sekolah dan ketika musim duku tiba. Kita jelas harus ke kampung mertua, hahahaha."

"....."

"....."

Alfa dan Delta hanya bisa saling tatap melihat kedua orang yang sangat bersemangat itu. Dan yah...mereka akhirnya benar-benar menghabiskan waktu di luar kota, berkeliling Indonesia.

Karena itu jugalah, para anak-anak sudah jarang di ajak jalan-jalan keluar rumah. Alfa dan Delta memilih menyediakan semua fasilitas di dalam pekarangan rumah mereka yang luas, mereka kadang keluar rumah hanya untuk membeli perlengkapan dan langsung pulang.

Karena Dafa tidak pernah mengeluh dan selalu terlihat senang, jadi Alfa dan Delta tidak tau kalau anak itu kadang diam-diam mengajak komplotannya (si kembar dan Kalysa) untuk keluar dari pekarangan rumah dan bermain di taman bermain yang berada 15 menit dari rumah.

"Kami biasanya keluar ketika mama dan papa pergi bekerja, lalu pulang sebelum papa dan mama pulang. Hanya bermain 2 jam, lalu langsung pulang."

"Di sana banyak anak kecil, juga ada Om penjaga yang mengikuti kami. Kami memberikannya 5 kotak coklat sebagai pembayaran tidak melapor ke  papa dan mama."

Penjelasan panjang itu akhirnya di ketahui setelah Kalysa menghilang. Dafa menjelaskannya sambil menangis dan Alfa tidak tau harus bagaimana menghadapi anak laki-lakinya itu.

Kalysa di culik. Seorang perempuan dengan pakaian mewah membawa Kalysa yang berada di toilet taman, menggendongnya dan memasukkannya kedalam mobil. Hal itulah yang terlihat di CCTV.

Pengawal muda berusia 20 tahun, yang menjaga anak-anak menangis sejadi-jadinya. Waktu itu ia sibuk membantu Andreo yang hampir jatuh dari perosotan. Hanya sebentar berlari dari toilet yang jarangnya hanya lima langkah, lalu Kalysa menghilang.

Memang tak butuh waktu lama untuk menemukan Kalysa. 1 jam setelah Pengawal anak-anak menelpon dan mengatakan bahwa Kalysa hilang, polisi segera melakukan pencarian. Ia di sekap di rumah mewah di samping taman bermain. Penculiknya adalah seorang wanita gila yang anak perempuannya baru saja meninggal 1 hari sebelumnya da wanita itu tidak terima akan kematian anaknya.

Kalysa yang begitu berada di pelukan Delta yang tadi terus menangis, jadi ikutan menangis lalu anak kecil itu pingsan.

3 hari setelah kejadian itu, Kalysa masih di rawat di Rumah Sakit. Ia takut di tinggal sendirian, terutama ketika malam hari dan lampu kamar rawat di matikan. Anak itu akan langsung bangun dan menangis histeris, lalu mendadak sesak nafas dan pingsan lagi.

Nyctophobia, gangguan psikologis di mana seseorang memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap kegelapan. Itulah diagnosa dokter yang menangani Kalysa.

Alfa dan Delta ingat ketika mereka menemukan Kalysa di rumah mewah itu. Memang pada waktu itu, rumah yang terlihat megah di luar namun nyatanya sangat mengerikan di dalam rumah, penuh dengan barang yang di acak-acak dan Kalysa di kunci di sebuah kamar gelap.

Meski dokter mengatakan kalau phobia semacam itu bisa di obati, tapu Alfa dan Delta tetap saja sangat cemas.

Alfa bahkan memasang lampu ekstra di taman rumah agar tetap terlihat terang benderang di malam hari. Tidak pernah lagi mematikan lampu rumah walaupun di malam hari. Tidak peduli dengan biaya tagihan listrik yang melonjak.

Dan Dafa yang berdiri di luar sambil mendengarkan ucapan dokter bahwa adik perempuannya sakit setelah di culik. Ia menggigit bibirnya berusaha untuk tidak ketahuan menangis. Berjanji akan menjaga Kalysa sebaik mungkin dan berjanji untuk tidak bermain di luar rumah lagi.

Sudah setahun berlalu sejak kejadian itu. Sikap Dafa sedikit berubah dan meski hal itu membuat Alfa dan Delta heran, tapi mengingat anak itu masih tetap tersenyum ceria, mereka akhirnya tenang.

Dafa tidak pernah meminta bermain di luar rumah, bahkan di pekarangan rumah lagi. Benteng tempat mereka biasa bermain sekarang sudah di penuhi sarang laba-laba.

"Lebih aman di dalam rumah, tidak akan basah kena hujan, tidak akan panas dan tidak ada tante jahat lagi." Ucap Dafa ketika Sena bertanya kenapa mereka tidak boleh bermain di luar rumah.

Delta yang mendengar ucapan Dafa yang berusaha menjelaskan pada adik-adiknya (si kembar selalu di titipkan di rumah mereka ketika Varo bekerja), hanya tersenyum dan menarik nafas lega. Senang karena akhirnya Dafa mengerti betapa bahayanya bermain di luar.

Meski begitu, Delta tetap menyempatkan diri mengajak anak-anak itu bermain di luar rumah saat liburan. Tidak mau anak-anak merasa tertekan, meski Dafa selalu menolak jika di ajak ke taman bermain. Mereka tetap bersenang-senang bersama terutama jika di ajak ke kebun strawberry. Dafa juga selalu menjaga adik-adiknya seperti bodyguard (menoleh ke kanan dan ke kiri serta menjauhkan adik-adiknya jika ada orang dewasa yang tidak di kenal mendekat ke arah mereka😅).

🌸🌸🌸



The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang