Delta dan Alfa merupakan tetangga dan teman sekelas dari TK hingga SMA. Meski begitu keduanya tidak pernah benar-benar berteman, hingga akhirnya Alfa kuliah di luar daerah.
Mereka dipertemukan kembali dalam suasana canggung. Alfa dengan jas hitam ra...
Alfa terbangun dari tidurnya, mendapati Delta sudah tidak berada di kamar. Ada memo di tulis di meja samping tempat tidur yang menyampaikan kalau istrinya itu pergi keluar sebentar dan akan kembali pukul 8 pagi.
Sekarang sudah hampir 2 minggu Alfa dan Delta di Jepang. Namun keduanya tidak lagi tinggal di hotel mewah kemarin, mereka memutuskan untuk menetap lama di sebuah villa di dekat pegunungan Fuji.
Delta yang awalnya agak tidak senang karena harus pindah (karena ia sudah bayar lunas untuk biaya hotel selama sebulan), akhirnya setuju ketika anak pemilik hotel tidak keberatan mengembalikan uang sewa. Jadilah, selama sisa liburan, mereka habiskan berdua di villa.
Tanpa anak, tanpa bodyguard, tanpa orang tua yang mengawasi, juga tanpa Nafta yang bawel, keduanya hidup rukun dan damai.
Alfa bangun dari tempat tidur, lalu merapikannya. Setelah itu segera pergi mandi dan menunggu Delta kembali.
Begitu istri tercintanya itu pulang membawa barang belanjaan dari pasar terdekat. Ia mengambil barang belanjaan itu membantu Delta membawanya ke dapur.
Dengan Delta yang pandai memasak dan Alfa yang cepat belajar, 2 piring nasi goreng terhidang di atas meja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenapa bukan makanan Jepang? Delta pernah bertanya pada Alfa dan bilang kalau dia juga bisa belajar memasaknya jika ada bumbu dan bahannya juga ada petunjuk cara masaknya. Tapi Alfa menolak, karena bagi pria itu, dimanapun negaranya dan berapa lama pun ia tinggal di sana, ia tetap lebih nyaman memakan makanan khas Indonesia.
Selesai sarapan pagi, yang satu cuci piring yang satu membilas dan menyusun piringnya di rak piring. Lalu keduanya mulai bersih-bersih rumah, cuci dan jemur pakaian, kerja sama yang hanya berlangsung sekitar setengah jam. Begitu semua pekerjaan rumah selesai keduanya beristirahat sambil menonton acara TV.
"Rasanya nggak pengen pulang." Celetuk Alfa yang kini sedang menyenderkan kepalanya di bahu Delta.
Istrinya itu menyunggingkan senyum. "Baru semalam kamu bilang pengen cepet balik karena Kalysa kangen sama kamu. Kok plinplan sih Pak!"
Alfa memonyongkan mulutnya. "Jarang bisa benar-benar malas-malasan kayak gini, hidup jadi nggak punya beban, kerjanya cuma di rumah aja. Kalau udah balik pasti, kegiatannya cuman rumah, kantor, luar kota, luar negeri sendirian. Membosankan!"
Delta menyunggingkan senyum. "Gini nih kalau udah kelamaan nggak kerja. Sifat pemalas nya keluar. Julukan workholic udah nggak cocok lagi di sandang sama kamu."
Alfa hanya tersenyum. Pria itu sibuk memainkan jemari istrinya, sesekali mencium tangan lembut itu.
Delta menarik nafas dalam. "Kita kan udah liburan lama nih, kamu...ada keluhan nggak? Misal...nggak suka aku ngamburin uang, ninggalin anak, atau...
"Nggak sama sekali!" Alfa memotong ucapan Delta.
Delta melirik sebal. "Dengerin dulu!"
Alfa menggeleng. "Aku nggak pernah keberatan kamu ngamburin uang, dan kita nggak ninggalin anak gitu aja, ada nenek kakeknya yang mengawasi, juga ada Nafta, juga ada lebih dari 10 bodyguard yang mengikuti mereka kemanapun, dan juga aku suka liburan berdua sama kamu. Kita bebas ngapa-ngapain tanpa gangguan dari siapapun." Di ending penjelasan itu, seseorang mencuri ciuman dari pipi kanan istrinya.
"Dulu aku nggak pernah ngebayangin bakal sebahagia ini memiliki orang di samping ku. Nggak pernah ngebayangin ngelakuin hal mesum, atau bertingkah lebay. Semuanya seolah memang begitu seharusnya ketika kamu mulai mengisi hari-hariku. Jadi kalau berhubungan dengan mu, aku nggak akan punya keluhan."
Delta menyunggingkan senyum dan mulai menyindir Alfa. "Kamu nggak ngeluh sama aku tapi ngeluh sama orang lain."
Alfa cengengesan dan langsung minta ma'af soal itu. "Aku nggak mau ngeluh karena aku ngin jadi suami yang sempurna di mata kamu."
"...."
"Aku nggak ingin kamu melihat sisi buruk dan sisi kejam ku. Hal itu hanya berlaku jika aku terlibat masalah di perusahaan atau ada yang berani mengusik keluarga ku. Tapi aku dengan sifat yang kamu tau juga adalah aku yang nggak pernah aku tunjukin ke orang lain. Jadi...berbahagialah karena menjadi orang yang paling spesial di hatiku."
Delta kembali tersenyum. "Kamu ini...kadang...kalau ngomong suka terlalu romantis, bikin orang lain nggak bisa ngeluh sama kamu."
"Iya dong!" Alfa malah bangga. "Terimakasih pujiannya. Aku emang pria paling romantis di dunia. Hahahaha~"
Dan juga paling lebay. Gumam Delta dalam hati.
"Sebenarnya aku nggak mau buru-buru pulang juga karena Zeno." Ungkap Alfa. Aku awalnya nggak mau bicarain hal ini sama kamu, karena ini menyangkut pekerjaan dan juga aku nggak mau dikira suka ngegosip. Tapi karena aku udah janji kalau nggak ada rahasia lagi di antara kita. Jadi kamu berhak tau masalah ini."
"Aku nggak bisa ngebiarin Zeno cepat-cepat nikah dengan calon istri yang keluarganya semuanya bermasalah. Nora punya orang tua angkat dengan ayah anggota DPR dan Ibu tiri sosialita yang sangat mencintai uang. Mantan suami yang seorang pengguna narkoba, kakak tiri perempuan seorang pelakor dan adik tiri laki-laki playboy yang entah udah berapa sering menghamili anak perempuan orang lain, tapi tak terungkap karena punya ayah yang bisa membungkam semuanya dengan uang. Dan dia juga punya ibu kandung artis terkenal yang selalu bermasalah dengan banyak pria kaya. Hidup Nora terdengar sangat menyedihkan, tapi yang lebih menyedihkan lagi, sebelum bekerja di kantor ku, dia dulu bekerja di klub malam yang menjadi tempat prostitusi terbesar di Jepang. Dengan alasan itu, aku tidak mau Zeno salah memilih. Karena bagiku Zeno adalah teman yang sudah ku anggap seperti keluarga ku. Dia wajib memiliki wanita terbaik di sisinya dan Nora bukan pilihan yang tepat untuknya.
Delta mengerutkan dahi. "Tapi...keputusan tetap di tangan Zeno, kamu nggak bisa mencegah Zeno untuk bahagia. Dan Nora...mungkin hanya bekerja di klub malam itu, dia tidak mungkin...
Alfa mengelus rambut Delta dan mengungkapkan yang sebenarnya. " Kamu tau kan, aku sebelum dekat dengan orang lain, pasti akan menyelidiki latar belakang orang itu sampai ke akarnya. Aku juga begitu terhadap mu dan aku beruntung, kamu wanita baik-baik yang tidak mudah putus asa di waktu tersulit mu. Kamu berbeda dari Nora, karena dia...benar-benar menjual dirinya sampai mempunyai anak. Nora...positif HIV AIDS, hasil kesehatan itu ku dapatkan 2 minggu yang lalu dan sudah ku beritahu pada Zeno. Tinggal menunggu keputusan teman itu dan menunggu Nora jujur pada Zeno karena sampai detik ini, wanita itu belum berani mengatakan hal yang sebenarnya. Aku nggak mau mereka menjalani pernikahan dengan kebohongan."
Delta benar-benar terkejut dengan fakta itu. Tapi kemudian menyadari Zeno kecil yang merupakan anak Nora.
"Zeno kecil sehat, dia memperoleh hasil yang negatif, untunglah setidaknya anak kecil yang tidak bersalah itu baik-baik saja. Aku merasa kasihan dengan nasibnya, tapi aku juga nggak mau teman baik ku terjerumus olah rasa kasihan itu. Jadi karena itulah aku menunda untuk pulang, karena kalau aku sudah pulang Zeno akan benar-benar menikahi wanita pembohong."
Delta mengerti akan maksud Alfa dan mereka mengakhiri pembicaraan itu dengan menunda kepulangan mereka seminggu lagi.
"Asyik!! Kalau begitu ayo kita keluar! Persediaan kondom milik ku sudah tidak ada. Kecuali kamu nggak keberatan aku nggak pakai itu tiap malam, aku sih oke-oke aja."
"...." Delta terdiam, ia kembali menarik nafas dalam. Benar, alasan di balik alasan mulia suaminya yang sedang berlari ke kamar untuk ganti baju itu, ada alasan mesum terselubung.
Sepertinya aku mesti melakukan pemeriksaan rontgen begitu pulang ke Indonesia. Semoga seminggu ini pinggang ku baik-baik saja.