Waktu berlalu begitu cepat dan hari pernikahan Delta dan Alfa pun tiba.
Delta menatap pantulan dirinya di cermin. Dulu ia tak se deg-degan sekarang. Dulu hanya senyuman yang menghiasi wajahnya. Ia mengikhlaskan masa lajangnya untuk di persunting pria yang di yakini akan hidup bersamanya sampai maut memisahkan.
Khawatir, takut, trauma. Delta menelan kata itu bulat-bulat. Ia terus menetapkan hati bahwa kali ini ia tidak akan salah pilih, tidak akan salah melangkah. Kali ini ia berjanji akan memperjuangkan pernikahannya. Say no buat para pelakor di luar sana.
Ibunda dan Ayah Delta datang memanggilnya untuk segera masuk ke gedung serba guna, acara pernikahan akan di mulai 5 menit lagi. Terlihat mata ibunda Delta berkaca-kaca.
"Bunda selalu berharap kamu bahagia." Ucapan itu tulus dari hatinya yang membuat Delta hampir menangis.
Begitu acara di mulai, ketegangan makin terasa, Delta bahkan menyadari Alfa yang biasanya penuh percaya diri itu, terlihat gugup bahkan beberapa kali mengelap keringat di keningnya.
Akhirnya acara inti pun berlalu dengan khidmat. Bak pangeran dan putri sehari. Delta dan Alfa duduk di singgasana mereka menyambut uluran tangan para undangan yang mengucapkan selamat dan semoga bahagia sampai akhir hayat.
Meski pesta itu adalah sebuah pesta pernikahan besar, namun Delta membiarkan saja sang mempelai pria di seret oleh rekan-rekan bisnisnya. Pesta berakhir dengan Delta yang di tinggal sendiri di kursi utama.
"Nggak perlu minta ma'af. Acaranya kan udah selesai. Aku ngerti kok!, abis ini kan kamu juga cuti panjang, kesempatan mereka buat bertemu dengan mu pasti sulit. Aku juga mau ngobrol bareng beberapa teman kuliah ku. Mereka banyak yang nggak bisa datang dan cuma kirim pesan lewat WA." Ucap Delta ketika Alfa meminta ma'af padanya.
Setelah yakin kalau Delta tidak marah, Alfa akhirnya berani meninggalkan istrinya itu.
"Selamat ya! Akhirnya laku lagi."
"....." Kalimat menyakitkan itu membuat Delta menoleh. Ia kenal pria dan wanita yang menghampirinya itu. Mereka adalah kakak dari ayah Delta. Tamu yang sengaja tidak di undang olehnya.
"Ku pikir anak rekan kerja ku akhirnya menikahi putri cantik jelita namun malah menikah dengan bekas orang lain. Pelet keluarga mu sepertinya benar-benar manjur."
"...." Delta berusaha bersabar, ia tidak mau mempermalukan diri di pesta pernikahannya.
"Meski sebenarnya aku nggak mau ngasih wejangan, toh kalau bukan kami berteman dengan orang tua mempelai pria, kami nggak akan tau kalau salah satu anak kerabat kami menikah. Tapi aku akan tetap memberi wanti-wanti. "Wanita cantik, berkelas itu banyak, yang muda, menarik dan lebih menggoda itu lebih banyak lagi. Pegang tangan suami mu baik-baik, jangan sampai bikin malu keluarga lagi, apalagi sampai hamil sebelum bercerai."
"...."
"Berdandan dan bertingkah lah layaknya kelas atas, yang kamu nikahi itu seorang milyarder. Jangan sampai dia malu. Lihat, harusnya kamu dibawa berkeliling dan di perkenalkan ke rekan-rekan kerjanya, tapi kamu malah di tinggalkan duduk sendiri. Ini membuktikan, bahwa dia malu orang lain mengetahui status istrinya. Heran sekali kenapa kalian bisa menikah. Jangan-jangan....." Wanita itu memindai tubuh Delta dari kepala sampai kaki. Lalu berkata pelan, "janda emang selalu menarik hati pria, hati-hati saja, ketika dia bosan, kamu pasti di buang lagi."
"...." Delta masih tidak memberi respon apapun. Ia menunggu kedua orang itu selesai menghujatnya.
Setelah tak mendapat respon apapun. Akhirnya dua orang itu terlihat kesal. Delta pun menyunggingkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Chance (END)
RomansaDelta dan Alfa merupakan tetangga dan teman sekelas dari TK hingga SMA. Meski begitu keduanya tidak pernah benar-benar berteman, hingga akhirnya Alfa kuliah di luar daerah. Mereka dipertemukan kembali dalam suasana canggung. Alfa dengan jas hitam ra...