"Mm…..waktu SMA dulu....apa kamu kesal kita satu kelas lagi?"
Pertanyaan itu membuat Alfa bingung. "Aku menyuruhmu tidur, kenapa kamu malah mengenang masa SMA?"
Delta menarik nafas dalam. "Belum ngantuk. Kita bahas topik itu aja. Soalnya….aku udah lama penasaran soal itu."
Alfa menarik nafas dalam lalu mengangguk. Di mulailah obrolan bertema nostalgia malam itu.
"Kita udah kenal dari TK, sekelas terus bahkan sampai bangku SMA, orang tua kita juga jadi dekat karena kita bertetangga. Tapi kamu….kamu nggak pernah sekalipun mengajak ku bicara. Jadi ku pikir….sejak dulu kamu nggak suka padaku."
Alfa tersenyum. "Emang enggak! Cuma ngerasa aneh aja kalau kamu menghilang dari pandangan ku, berasa ada yang kurang. Kita ketemu bahkan ketika membuka jendela pagi, siapa yang bisa menyangka kalau kamar kita bersebelahan. Lalu berjalan dan pulang ke arah yang sama setiap hari, ketemu dan bahkan jadwal piket kelas kita juga sama. Secara nggak langsung, aku jadi memperhatikan mu meskipun aku nggak mau. Dulu aku selalu berpikir…..dia lagi…dia lagi, nggak nyangka kalau waktu itu kamu berpikiran sama seperti ku."
Entah kenapa penjelasan itu membuat Delta kesal. Ia langsung mencubit lengan Alfa dan membuat pria itu meringis. "Kamu bilang kalau kamu sudah menyukai ku sejak SMP. Jadi itu hanya bohongan saja?" Delta ingat waktu Alfa datang ke rumahnya, pria itu mengatakan hal itu di depan kedua orang tua Delta.
"Dulu aku nggak berpikir seperti itu, atau sepertinya dulu aku nggak sadar kalau aku jauh lebih menyukaimu ketimbang teman-teman perempuan yang lain di sekolah. Ingat kan waktu kita di pasangin lagi jadi pangeran dan Cinderella, waktu acara 17san di SMP. Sebenarnya waktu itu wali kelas bertanya pada ku, dengan siapa aku ingin di pasangkan, aku lebih memilih mu. Waktu itu wali kelas ingin memasangkan ku dengan anak perempuannya yang juga teman sekelas kita, dia bilang kalau aku sudah terlalu sering berpasangan dengan mu, jadi butuh suasana baru. Anak perempuan itu bahkan ada di sana waktu aku menolak dan bilang aku nggak mau jadi pangeran kalau pasangannya bukan kamu. Kalau di pikirkan aku selalu memilihmu menjadi pasangan ku sejak TK. Intinya hanya kamu saja anak perempuan yang ku sukai berada di dekat ku."
Delta tersenyum, lalu mengatakan pendapatnya. "Aku di benci gara-gara di pasangin sama kamu terus, padahal aku selalu bilang ke wali kelas kalau aku nggak mau jadi Cinderella, ternyata ada penyebabnya toh, kenapa aku terus di paksa."
Alfa tersenyum lalu memeluk Delta dari belakang. "Di hari terakhir SMP, aku melihat mu di antar anak SMA pakai motor, bajunya penuh coretan nggak jelas dan kalian mengumbar kemesraan di depan rumah. Aku tiba-tiba kesal dan berharap nggak satu sekolah dengan mu lagi, lagi pula….kamu cukup bodoh."
Kampret!
Delta mengingat terakhir seseorang membanting pintu pagar rumahnya dengan keras. Waktu itu ia melihat anak laki-laki tetangganya terlihat kesal. "Oh, jadi waktu itu…." Delta tertawa. "Aku dan Kak Tyan kaget banget tau nggak. Kami mengira kamu marah karena nggak lulus, hahaha. Padahal aku tau kamu juara umum. Dan siapa bilang kami mesra-mesraan. Perasaan dia hanya mengelus kepala ku karena aku ini adik kesayangannya, dia lulus SMA dan kuliah di Jawa, temen dekatnya kakak ku yang juga akrab dengan ku karena dia anak tunggal. Duh, jadi kangen kak Tyan."
".…" Seseorang langsung cemberut mendengar kalimat terakhir itu membuat Delta tersenyum senang dan lantas mencubit pelan pipi Alfa.
"Kak Tyan udah nikah dan punya 4 anak loh pak! Tolong di handle kecemburuannya."
Meski masih cemberut, Alfa melanjutkan ceritanya. "Karena itu aku kaget kok kamu bisa masuk SMA favorit dan bertemu dengan mu membuat ku ingat kejadian di depan pintu itu. Jadi aku kesal dan tambah kesal karena kita malah satu kelas lagi."
"Tapi kamu tetap membantuku ketika aku di hukum di saat MOS (Masa Orientasi Siswa), waktu kita telat datang dan aku di suruh lari sendirian." Ingat Delta.
"Aku benci sesuatu yang tidak adil. Karena aku juga telat, makanya aku ikutan lari." Jelas Alfa yang membuat Delta mencibir.
"Dan sejak saat itu kamu jadi anak laki-laki paling populer di SMA, udah pinter, tampan, tinggi dan punya sifat cool, tipe yang di gilai bahkan oleh guru-guru baik yang masih single maupun yang punya anak perempuan."
Alfa tiba-tiba menatap Delta dalam. "Tapi kamu nggak pernah terlihat tertarik padaku, kamu bahkan nggak pernah memberitahu teman sekelas bahwa kita bertetangga dan selalu satu sekolah, hanya beberapa orang yang tau karena mereka pernah satu sekolah dengan kita. Aku pikir….kamu yang nggak peduli pada ku, sampai.…hari terakhir SMA dimana bodyaguard ku mengambil foto mu yang sedang memegang amplop pink dan menatap ku. Lalu salah satu teman dekat mu di SMA yang bekerja di perusahaan ku bilang, kalau kamu pernah mengatakan padanya kalau kamu menyukai ku. Itu membuat ku entah kenapa senang dan aku masih mengingat mu meski kita akhirnya berpisah."
Delta ingat kejadian hari terakhir di SMA itu, lalu tersenyum simpul. "Surat itu…..bukan untuk mu."
"Apa?!!"
Delta lagi-lagi tersenyum. "Surat itu juga bukan dari ku. Itu milik teman sebangku ku yang naksir Pak Guru ganteng yang sedang bersalaman dengan mu. Dan masalah aku bilang aku menyukai mu…." Delta diam sesaat lalu menatap Alfa. "Itu….mungkin…..sama seperti rasa yang kamu rasakan terhadapku. Terlalu membingungkan untuk di sebut menyukai, tapi aku tidak membencimu. Sama seperti yang kamu rasakan, rasanya aneh kalau kamu nggak ada. Waktu itu teman yang jatuh cinta pada Pak guru itu, bertanya pada ku dan mengira kalau aku juga suka pada si Pak Guru, dan menurut teman ku itu….Pak gurunya sepertinya juga lebih perhatian pada ku, padahal sudah jelas kalau dia itu guru yang sedang mengajari siswi dengan nilai terendah di kelas. Jadi….waktu itu aku bilang pada teman ku itu, kalau aku mau berpacaran, aku akan memilih mu di banding Pak Guru itu, karena aku lebih mengenal mu, kamu hampir mendekati kata Perfect, yah….kecuali bagian yang aku sama sekali tidak pernah bicara dengan mu. Itu hanya ungkapan….agar membuat hubungan ku dan dan temanku itu tidak hancur, dia satu-satunya teman dekat ku di SMA, tapi setelah lulus SMA kami malah nggak pernah saling menghubungi lagi."
"Jadi surat itu?" Tanya Alfa kembali penasaran dengan surat di tangan Delta dulu.
"Teman ku itu meminta ku memberikannya pada Pak Guru, tapi dia masih sibuk bicara dengan mu jadi aku menunggu kalian bicara sampai selesai."
Alfa akhirnya mengangguk mengerti. "Tapi kamu juga masih ingat dengan ku saat kita bertemu lagi."
"Emang apanya yang dari kamu berubah? Kamu tetap tinggi, tampan dan….menawan, yah kecuali sikap kamu yang menyebalkan itu. Aku awalnya berniat ramah dan bahkan ingin mengenang masa lalu bersama. Tapi kamu malah jutek dan mengungkap masa laluku. Menyebalkan sekali!."
Alfa tersenyum. "Jadi….sejak dulu kamu udah berpikir kalau aku ini….tinggi, tampan dan menawan, hahahaha."
"…." Kenapa dia malah fokus nya di sana? Menyebalkan!
"Jadi kalau waktu itu aku ramah, kamu juga akan bersikap ramah pada ku?"
"Pada dasarnya aku memang orang yang ramah, kecuali pada orang yang nggak ramah pada ku.
Oke. "Jadi kalau aku baik, maka kamu akan lebih baik pada ku?"
Delta mengangguk. "Aku akan membalas kebaikan orang lain dua kali lipat dari yang di berikan nya pada ku."
Oke. "Jadi kalau aku bilang aku mencintaimu, kamu…..akan mencintai ku dua kali lebih besar?"
"…." Delta menutup mulutnya menolak membahas itu
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Chance (END)
RomanceDelta dan Alfa merupakan tetangga dan teman sekelas dari TK hingga SMA. Meski begitu keduanya tidak pernah benar-benar berteman, hingga akhirnya Alfa kuliah di luar daerah. Mereka dipertemukan kembali dalam suasana canggung. Alfa dengan jas hitam ra...