Bab 30 : Kekhawatiran

11.7K 992 14
                                    

Apa salahnya kalau setelah menikah kamu tidur bersama. Bukan hanya dengan bantal guling yang berada di atas tempat tidur, tapi dengan seseorang yang memeluk kamu atau balik kamu peluk ketika tidur.

Delta mengalami dilema batin ketika duduk di atas tempat tidur ber seprei merah itu. Siang itu ketika tiba di Korea, Delta tak langsung menuju kamarnya bersama Alfa, ia sibuk melihat pemandangan indah rumah yang di sewa Alfa untuk bulan madu mereka.

UN Village.

Delta yang pecinta drama Korea serta Kpop ini jelas tau betapa elit dan mahalnya perumahan yang ia tempati sekarang. Hebatnya lagi sang suami....ehmm....Delta masih agak canggung mengakui Alfa sebagai suaminya, karena hal itu membuat pipinya memerah. Pria itu dengan santainya mengatakan 'oke' dan membooking rumah di sana selama 2 minggu.

'Rumah ini sekarang jadi milik kita, dia memberikannya secara cuma-cuma sebagai hadiah pernikahan kita. Uang sewa yang awalnya sudah ku bayar malah di kembalikan lagi kemarin sore.'

Jawaban itu membuat Delta benar-benar terkejut. Segitu mudahnya dapat rumah di Korea dan itu gratis. Wow....

Oke. Kembali lagi ke topik kenapa Delta dilema. Pertama-tama. Ia menyadari sekali setelah melihat Alfa memasuki kamar beberapa menit yang lalu dan mengatakan kalau dia akan mandi.

Delta juga barusan mandi karena kelelahan berkeliling jalan-jalan, ini sudah hampir jam 9 malam. Delta menyadari kalau malam ini...dia tidur bersama Alfa. Yak ampuun!

Harusnya malam pertama mereka adalah kemarin, tapi karena banyak keluarga Delta di rumah dan karena Dafa merengek tidak mau tidur sendirian, alhasil malam itu Delta tidur bersama Dafa.

Tapi malam ini.... mereka benar-benar akan tidur berdua. Tidak! Aku belum siap!

Dag dig dug. Delta terus melirik ke arah kamar mandi. Gugup, takut dan bingung harus bagaimana. Itulah Delta saat ini.

Dan begitu pintu kamar mandi terbuka Delta sudah berbaring menutup rapat-rapat matanya pura-pura tidur. Ma'af.....aku benar-benar belum siap!

Paginya, Delta bangun dan segera membantu ibunya memasak, mengabaikan Alfa yang sebenarnya juga sudah bangun dan menatap kepergian Delta dengan helaan nafas dalam.

"Gimana....kalau dia kecewa? Aku kan...bukan...gadis perawan. Aku juga nggak seksi dan juga ada bekas luka operasi di perutku. Gimana....kalau setelah itu dia kecewa dan....

"Anak bunda kok galaunya sampai ke situ sih!" Ibunda Delta mengelus kepala anak perempuannya itu. "Bunda yakin dia mau nikah sama kamu bukan cuma karena penampilan dan riwayat masa lalunya kamu. Lagipula....kamu yang paling ngerti kalau sudah lama nggak berhubungan intim bahkan yang nggak perawan pun bisa merasa kesakitan sama seperti perawan. Kalau dia sampai menceraikan anak bunda yang satu ini hanya gara-gara masalah itu. Bunda bakal kutuk dia jadi batu."

"...." O...oke.

"Gimana kalau kita bully dia dulu?"

What! Delta langsung menoleh ke sumber suara dibelakangnya. Ayahnya bersandar di pintu dapur dengan segelas susu hangat. "Kita akan uji coba seberapa sabar suami kamu itu ngadepin bunda dan kamu yang tergila-gila akan Korea. Nggak usah kasih perhatian, anggap aja kita lagi dapat liburan gratis dan bebas ngabisin uangnya buat keliling Korea. Pergi dari jam 7 pagi, pulang jam 9 malam."

"...."

"...." Delta melongo menatap ayahnya. Apa....kau benar-benar ayah ku?

"Seminggu ini biarin bunda, ayah dan Nafta nyenengin Dafa, biar dia nggak manja sama kamu lagi dan biar kadang Dafa bisa di titipi ke kita agar kalian punya waktu berdua. Selama ini kan, Dafa bahkan masih nggak mau tidur kalau nggak di gendong kamu dulu. Jadi....yah demi kebaikan kalian juga ke depannya. Dan juga...Ayah....pengen punya cucu perempuan."

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang