Bab 18 : Interogasi

11.5K 1.2K 16
                                    

"Apa yang bisa kakak kami berikan pada mu?"

".…" Alfa menelan ludah. Di depannya, duduk 4 pasang suami istri dan 1 laki-laki single. Delta sudah lebih dulu di tarik bunda ke dapur, menghindarkannya dari menolong Alfa yang kembali lagi kena interogasi.

"Delta...baik, penyayang, pintar masak, nggak gampang menyerah, bisa menyemangati orang lain, dia…..punya Dafa dan aku menginginkan mereka."

"Bagaimana kalau kau tiba-tiba bosan?"

"….." Alfa menoleh ke arah adik laki-laki Delta.

"Bagaimana kalau ada yang jauh lebih baik, lebih penyayang, lebih pintar masak, dan….

"Saat ini, detik ini perasaan saya padanya adalah tentang betapa saya mencintainya dan menginginkannya. Saya nggak tau ke depannya akan seperti apa. Saya hanya baru bisa memberikan janji lisan dan tulisan. Bukti akan berjalan seiring waktu. Saya berharap saya nggak akan pernah bosan, akan selalu menyayangi dan mencintainya dan saya ingin tua dan mati bersama. Ini jawaban umum yang pasti selalu memiliki sanggahan karena belum bisa di buktikan."

Alfa menarik nafas dalam, berusaha menenangkan hatinya. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah pernah di bahas oleh keluarga Alfa sebelum ia mengalami kecelakaan dan Alfa juga menjawab hal yang sama.

"Saya juga berharap kalau pertunangan ini lanjut ke pernikahan, jadi saya bisa memberikan perjanjian dalam bentuk tulisannya dan mengizinkan kalian membacanya lebih dulu. Tapi...

Alfa melirik ke arah Delta yang membawa minuman. "Agak sulit."

Kakaknya Delta mengerutkan dahi bingung. "Sulit dimananya?"

"Lamaran saya….sudah di tolak hampir 100 kali. Dia..... hanya niat berteman, niat pacaran, niat tunangan tapi nggak niat nikah."

"……" Ngomong apa sih? Delta terkejut mendadak menerima tatapan datar dari saudara dan saudarinya. "Ke…kenapa? Nikah kan nggak segampang itu."

Kedua adik perempuan Delta menarik nafas dalam. "Kalau calonnya nggak jelas sih emang. Ini bibit, bebet, bobot calon kakak jelas banget loh kualitasnya. Kenapa masih nolak?"

".…"

"Ganteng iya. Meski gantengan aku dikit. Kaya? Kayaknya sih emang beneran banyak duit. Pekerja keras? Kulit putih mulus gitu, pasti mainnya di dalam ruangan ber ac aja. Body juga kekar . Tapi….tipe kayak gini emang bahaya sih."

"…" Alfa berusaha bersabar.

"Apa anda sering berpacaran sebelumnya? Berapa banyak mantan-mantan anda? Di daerah mana aja? Apa juga ada yang rekan kerja dan masih menjalin hubungan baik? Apa alasan kalian putus?" Kakak Delta kembali bertanya.

Delta menarik nafas dalam dan akhirnya duduk di samping Alfa. "Dia jomblo akut." Jawab Delta. "Dia nggak pernah pacaran karena sebelumnya dia nggak suka cewek."

"APA?!! DIA HOM….

"Bukan woi!" Delta memukul lengan adik laki-lakinya. "Dia cuma tertarik sama kerjaannya."

"Wow, berarti saingan kakak uang dong!, Hahahaha..."

"....."

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang