Bab 3 : PENJELASAN YANG TIDAK JELAS SAMA SEKALI

23K 2K 98
                                    

Setelah pernyataan gila Alfa, mereka berakhir duduk di cafetaria yang berada di sebelah mini market. Hujan masih turun dengan derasnya, jadi mereka berteduh dan makan di sana. Delta berusaha bersikap tenang dan meminta penjelasan dari pria itu.

"Pertama, aku nggak pernah ngerasa punya hubungan sama kamu. Kedua yang aku nikahin kemarin itu jelas bukan kamu, dan aku juga nggak pernah selingkuh. Jadi bagaimana mungkin anak ku bisa jadi anak mu?"

Alfa mengabaikan Delta, matanya fokus menatap cake-cake yang diletakkan pelayan cafetaria di atas meja. "Kamu bilang apa?" Tanya pria itu polos. "Ah...mau cake yang mana?" Pria itu kembali mengabaikan Delta dan bertanya pada Dafa.

"Tolong singkirkan cake-cake yang manis ini dari sini! Kamu pengen bikin anak ku kena diabetes!" Delta benar-benar frustasi melihat 8 piring cake yang terhidang di atas meja. Meja yang kecil itu sekarang mirip meja di rumah makan Padang.

Alfa menghela nafas dalam dan memanggil pelayan, menyuruhnya membungkus 4 piring cake di atas meja itu. Ia lalu memesan 1 jus jeruk untuk Delta, 1 susu coklat hangat untuk Dafa dan tentu saja ice choco untuk dirinya sendiri. Delta hampir ingin bertanya, ketika pria itu tiba-tiba berkata. "Yang di atas meja punya ku. Aku belum sarapan pagi, dan aku sangat lapar sekarang, nah aku makan dulu."

"...." Dan kamu sarapan pagi dengan cake?

Delta menatap ngeri ketika Alfa menghabiskan 4 potong cake itu dalam waktu kurang dari 15 detik. Pria itu benar-benar serius melahap semua cake itu, bahkan tak menyisakan sedikitpun. Delta menatap anaknya dengan pandangan bersalah karena terlihat ngiler saat melihat Alfa makan dengan lahap.

"Aku...suka anak-anak." Jelas pria itu setelah menghabiskan cake nya. Sekarang tangannya asyik mengaduk ice choco yang baru diletakkan di atas meja. "Aku pengen anak kamu jadi anak ku!"

"What!!!"

Alfa kembali menjelaskan maksudnya. "Aku bilang...aku pengen...Dafa menjadi anakku dan kamu harus setu...

"...Loe...impoten ya? AUUU!" Delta mengelus kepalanya yang dipukul pelan oleh Alfa pakai sendok. "Apaan sih?! Sakit tau!"

Alfa menatap Delta dengan pandangan kesal. "Gue pengen anak lo, nggak berarti gue impoten." Kali ini Alfa berhenti bersikap sopan.

"Lah terus kenapa? Lo kan bisa bikin sendiri."

Alfa mendengus kesal. "Bikin gampang, prosesnya kan butuh waktu, 9 bulan itu nggak sebentar, belum lagi resiko kegugurannya. Dan gue juga nggak punya pasangan sekarang."

Delta mengerutkan dahi bingung. "Lo kan tinggal nikah aja, terus berhubungan intim sama bini lo. Soal lama waktunya emang wajar kan, dan soal resiko...gue yakin orang kayak lo pasti bisa nyewa dokter spesialis terbaik di negara ini. Atau...mau gue cariin panti asuhan, lo bisa angkat anak...

"Nggak mau!" Alfa langsung menolak sebelum Delta menyelesaikan perkataannya. "Gue cuma mau anak lo!"

"Ma'af tapi gue nggak mau jadi bini lo!"

"...." Alfa terdiam berusaha menahan emosinya. "Emang yang ngajak lo nikah siapa? Gue bilang kan....gue pengen anak lo. Nah...lo nya nggak perlu ikut, gue nggak butuh lo kok."

"......" Kampret juga nih orang. "Terus lo pikir gue mau ngasih anak gue ke elo gitu. Lo pikir gue segila itu apa?"

Alfa menatap Delta dengan pandangan serius. "Gue....bisa beli anak lo...AUUU....APAAN SIH LO, SAKITT!!" Kali ini giliran Alfa yang dipukul Delta pakai sendok. Pria itu mengelus keningnya yang berdenyut sakit.

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang