Bab 26 : Karena Aku Tidak Bodoh

10K 1K 18
                                    

Ada 5 orang polisi yang datang ke rumah Alfa namun bukan untuk menangkap pria itu dan Zeno, melainkan untuk menangkap Zara.

Wanita itu memberontak, berteriak tidak terima, memaki para polisi, meludahi mereka. Tingkahnya persis orang gila.

Alfa dan Zeno jelas kebingungan lebih bingung lagi menatap Delta yang berdiri di samping pintu menatap pemandangan di depannya tanpa sedikitpun menunjukkan simpati.

Delta menyuruh Zeno ikut ke kantor polisi dan mengatakan pada pria itu ia akan mengerti kejadian sebenarnya.

Lalu tinggal lah Delta dan Alfa yang masih berdiri diam.

"Aku rasa kita perlu membuat kontrak pranikah sebum benar-benar menikah." Delta lalu masuk ke rumah mengabaikan tatapan bingung Alfa.

"Kalau kamu masih ingin menikah dengan ku, setujui semua hal yang tertulis di sini!." Delta mengeluarkan 2 lembar kertas yang berisi 5 poin dengan judul 'syarat pranikah.'

1. Berjanji setia sampai maut memisahkan.

2. Tidak berselingkuh, tidak ada poligami.

3. Tidak memberi perhatian lebih pada lawan jenis.

4. Selalu jujur satu sama lain.

5. Jika tetap ada kemungkinan bercerai, hak asuh anak, jatuh di tangan pihak wanita.

Setelah membacanya, Alfa langsung menandatangi kertas bermaterai itu. Dan diam-diam menyunggingkan senyum. Apakah setelah ini....aku juga akan di lamar?

"Aku sebenarnya ingin kita menikah setelah kedua orang tuamu sadar dari koma. Tapi....karena kita tidak tau kapan itu terjadi, jadi....aku ingin kita menikah akhir bulan ini. Aku sudah menghubungi keluarga ku, mereka sedang membuat surat cuti kerja sekarang. Aku juga sudah meminta bantuan adikmu untuk mencarikan mu wali, dan....kenapa kamu tersenyum seperti itu? menyebalkan!"

Akhirnya Alfa tak bisa menahannya lagi. Pria itu menarik Delta ke pelukannya. Dia benar-benar bahagia. "Jadi begini rasanya di lamar, ah~ senangnya."

Alfa melepas pelukannya lalu bertanya dengan nada penuh harap. "Aku tidak butuh tempat romantis dan seikat bunga mawar, tapi...cincin....

"Bodoh!" Delta mencubit pelan hidung Alfa, yang di cubit malah makin tersenyum senang.

"Sepertinya planning ku untuk melamar mu dengan cara paling romantis benar-benar gagal. Tapi aku nggak kecewa, aku tadi sempat berpikir kalau kamu marah padaku dan mendengar penjelasan Zara...jadi....auu!! Kok aku di cubit beneran sih!"

Delta mencibir. "Untuk yang satu itu aku marah!"

"Kamu nggak memberi ku kabar, membuat ku jadi berpikiran buruk tentang mu, lalu kamu pulang tiba-tiba dan membawa wanita. Untung aku menelpon Nafta dan dia menjelaskan tentang siapa wanita itu secara mendetail. Aku jadi bisa wanti-wanti jika bertemu dengannya."

Alfa mengerutkan dahi. "Maksud mu?"

Delta kemudian menarik nafas dalam sebelum menjelaskan dengan panjang lebar. "Nafta bilang kalau....kau dulu...menyukai Zara."

"Enggak! Itu nggak benar, aku hanya menganggapnya sahabat, perlakuanku dengannya sama seperti aku memperlakukan Zeno, tidak ada yang spesial." Sanggah Alfa tegas. Ia tidak mau Delta salah paham.

"Zeno dan Zara, bukan dari kalangan orang yang memiliki uang berlebih seperti mu, mereka hidup dalam kesederhanaan yang membuat mu kagum hingga kamu mau berteman dan memperlakukan mereka dengan baik. Itu yang di katakan Nafta pada ku, kamu tipe orang yang akan bersimpati pada mereka yang bekerja keras. Zeno di sisi lain, dia pria, dia mengganggap perlakuan spesial dari mu murni karena dia menganggap mu sebagai sahabatnya, tapi Zara...Nafta pernah bertanya padanya dan Zara mengakui kalau dia menyukai mu. Itu sudah terjadi sejak kalian kuliah."

"Nafta bilang kalau awalnya dia sempat berpikir kalau kamu dan Zara....akan ber ending menikah, karena hanya dia yang benar-benar dekat dengan mu, tapi kalian putus hubungan ketika kamu dan Zeno mulai bekerja di Indonesia. Nafta kaget karena tau Zara datang ke Indonesia dan bekerja dengan mu, lebih kaget lagi ketika aku memberitahunya kalau kau membawa wanita itu ke rumah, padahal bahkan ketika kalian masih kuliah, kamu nggak pernah mengajak Zara berkunjung ke rumah kalian."

"Nafta bilang dia sering melihat Zara bersama sepupu kalian dan makan berdua di cafetaria dekat sekolahnya, dia mengirah kalau Zara sedang berpacaran dengannya. Dan setelah kejadian beberapa waktu yang lalu tentang kecelakaan pesawat itu, Nafta curiga kalau Zara....kembali ke sisi mu untuk balas dendam. Tapi...itu hanya dugaan saja, dia mewanti-wanti agar aku lebih berhati-hati dan meminta ku untuk memakai kalung dan jam pemberian mu ini." Delta menunjukkan kalung dan jam milik Nafta.

"Nafta mengajarkan ku cara menggunakan kalung dan jam ini, dia bilang ini bisa langsung di hubungkan ke ponsel dan fungsinya seperti CCTV. Jadi...semalam aku melihat Zara menguping pembicaraan kita di dapur. Aku pikir dia pasti berniat melakukan sesuatu. Jadi....pagi tadi....aku meletakkan kalung ini di antara dahan bunga plastik itu dan jam ini ku letakkan di atas dispenser."

Delta memberikan kalung dan jam itu pada Alfa. "Nafta pulang pagi tadi dan memintaku untuk segera menuinya dan kami....menonton pertunjukan penting itu di pos satpam. Tentang kebohongan Zara semua terekam dengan jelas dan rekamannya sudah di berikan ke polisi. Kita benar-benar beruntung, benda kecil ini menyelamatkan reputasimu dan Zeno dan...juga menyelamatkan hubungan kita."

"...." Alfa mencerna semua informasi yang di berikan Delta, bersyukur bahwa hal buruk tidak terjadi pada mereka. Ia menatap Delta sebelum kembali memeluk wanita itu.

"Ma'af." Ucap pria itu lagi. Meski semua masalah yang terjadi hari itu berakhir berkat keberuntungan, tapi Alfa tetap merasa bersalah. "Aku berjanji tidak akan dekat dengan wanita lain, tidak meskipun kamu mengizinkan ku. Aku berjanji tidak akan membawa wanita ke rumah selain selain kamu, ibuku, ibumu dan saudari-saudari mu. Tolong jangan salah paham padaku karena aku tidak pernah jatuh cinta pada siapapun selain diri mu."

Delta tersenyum. "Aku tau. Aku tidak sebodoh itu untuk percaya dan termakan emosi. Setidaknya aku sekarang mencari tau dulu sebelum memojokkan mu."

Delta melepaskan pelukan Alfa. "Nafta ketakutan tadi, takut kalau aku benar-benar cemburu dan salah paham tentang hubungan mu dam Zara. Jadi....dia tidak sengaja membocorkan tentang planning mu....yang berniat melamar ku di villa mewah di Korea siang ini. Dia bilang kalau kamu sibuk mencari tempat bulan madu, memesan mas kawin, baju pernikahan rancangan desainer terkenal dan sengaja tidak menelpon ku berharap aku khawatir dan akhirnya menyetujui lamaran mu."

Alfa lega, meski adiknya itu membocorkan rencananya, tapi berkat dia pula Delta tak salah paham dan meninggalkan Alfa. "Jadi....kamu nggak keberatan menikah dengan orang seperti ku? Nggak ragu lagi?"

Meski malu, Delta akhirnya mengangguk setuju.

"Tapi masalah seperti ini mungkin akan sering muncul ke depannya. Soal pelakor yang bukan sekedar mendekatkan diri dengan menjual tubuh, tapi tipe pelakor pintar yang punya otak encer dan bermuka dua. Dan masalah aku sibuk dan akhirnya nggak punya waktu untuk kamu dan Dafa. Aku merenungi hal itu sepanjang malam, merangkai kata ma'af terbaik dan...berharap kamu nggak berubah pikiran tentang hubungan kita."

Delta tersenyum. "Soal seperti ini sudah ku pikirkan sebelum setuju menjadi kekasih mu, wanti-wanti seperti ini sudah ku dapat dari keluarga ku, juga dari Zeno. Tapi aku tetap setuju berhubungan dengan mu, memilih menanggung resikonya daripada kehilangan mu. Lalu kamu....apakah kamu sudah memikirkan masak-masak tentang status pernikahan ku sebelumnya, tentang aku yang sudah punya anak, tentang status kekayaan ku yang jauh dari punya mu, tentang sifat ku yang kurang perhatian dan aku....aku jujur tidak akan suka orang lain merebut milik ku, tidak lagi. Aku akan jadi keras kepala, posesif, dan sensitif terhadap mu dan terhadap rekan kerja wanita mu. Aku....ingin egois seperti itu. Aku ingin kamu memikirkan lagi soal....

"Aku tidak keberatan dengan apapun syarat mu dan aku juga akan seperti itu terhadap mu."

Delta menarik nafas dalam, lalu menatap Alfa setelah memantapkan hatinya. "Kalau begitu....ayo menikah!"

🌸🌸🌸

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang