Bab 15 : Future Planning

14.3K 1.4K 46
                                    

Alfa membeli rumah mewah di kawasan elit. Tak sembarang orang bisa masuk ke kawasan itu. Mereka harus punya izin khusus dari sang pemilik rumah, tidak peduli apakah mereka keluarga, teman atau kerabat dekat yang punya rumah.

Ketika membeli rumah itu. Alfa menunjukkan foto Delta, Dafa, Nafta dan Zeno serta 2 sekretarisnya. Jadi bodyguard yang di sewanya dari jasa pemilik perumahan itu hanya akan mengizinkan orang yang di foto yang di tunjukkan Alfa, untuk bisa masuk rumahnya.

Alfa menyewa 15 bodyguard, 5 bodyguard berjaga di ruang rawat ayah dan ibunya, 3 bodyguard untuk mengikuti Delta dan Dafa, 1 bodyguard untuk mengikuti Nafta, 2 bodyguard untuk mengikuti Zeno dan 4 bodyguard untuk Alfa sendiri.

Meski awalnya risih, tapi karena bodyguard yang mengikuti Delta tipe orang yang ramah dan menyukai anak-anak, akhirnya Delta membiarkan saja mereka mengikutinya.

Ada dua bodyguard laki-laki yang bertindak sebagai supir dan 1 bodyguard perempuan yang bertindak sebagai babysitter Dafa.

Sementara Dafa nyaman dengan orang-orang yang selalu mengikuti ibunya. Alfa tampak nyaman Delta ada di dekatnya. Nyaman yang terlalu nyaman sampai membuat Delta jengkel.

Delta sudah tinggal bersama Alfa hampir 2 bulan. Masalah pria itu dengan pelaku yang menyebabkan keluarganya kecelakaan telah di tangkap polisi dan sedang di proses kasusnya. Tapi Alfa tetap menolak untuk menjenguk kedua orang tuanya di Rumah Sakit, juga berziarah ke makam kakek dan neneknya. Delta hampir kehabisan akal, karena Alfa selalu menghindar dari topik itu. Pria itu juga dengan seenaknya membatalkan sewa tahunan Delta di kontrakannya dan menutup toko rotinya di kantin kampus.

"Kenapa kamu ngebatalin sewa kontrakan ku? Kamu jelas tau kalau aku nggak akan selamanya tinggal di rumah mu."

Alfa yang sedang makan soto di kantornya hanya menatap Delta sekilas. "Siapa bilang? Kita akan menikah, dan tentu saja kamu akan tinggal denganku selamanya."

"......" Emang kapan aku setuju kita menikah ha?

"Tapi aku tetap nggak mau tinggal di rumah mu lebih lama lagi. Tetangga mu bertanya pada ku apa hubungan kita. Aku nggak mungkin menjawab hanya pacaran, mereka akan berpikiran buruk tentang kita."

"Lalu bilang saja kalau kau istriku. Masalah selesai."

"Selesai dari mananya?! Orang-orang jelas tau kamu belum menikah, wajahmu itu terlalu sering lalu lalang di media sosial. Kamu juga sering ke kampus dan banyak orang bertanya tentang hubungan kita." Delta memukul Alfa. "Kenapa kamu bilang kalau aku tunangan mu?!"

Alfa tersenyum. "Sebenarnya aku mau bilang kamu…istriku, tapi aku ingat aku belum melamar mu lagi dan…takut orang tuamu salah paham tentang ku, jadi ku putuskan untuk….

"Jangan bicara sembarangan, aku masih belum mau menikah!"

"Hahahaha~ Siapa bilang aku mengajak mu menikah. Jangan ge er dulu sayang."

Terus mau mu apa?!

Alfa mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah menghabiskan 3 porsi soto. "Sementara ini aku hanya akan bertunangan dengan mu."

"Besok sampai 3 hari ke depan, aku cuti. Kita akan pulang ke rumah orang tuamu. Aku ingin memperjelas hubungan kita, sekaligus mengikatmu dengan cincin tunangan."

Delta menarik nafas dalam.

"Aku tau kamu masih ragu." Alfa menggenggam tangan Delta. "Kita memang nggak tau apakah kita akan berakhir menikah, apakah kamu akan berubah pikiran dan memberikan seluruh hati mu padaku. Tapi setidaknya, hubungan kita akan jauh lebih pasti. Dan…aku juga bisa dengan tegas mengatakan dan menolak wanita lain yang mendekatiku dengan menunjukkan cincin yang melingkar di jari ku."

The Last Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang