18. Cemas

6.5K 385 22
                                    

Holaaa💕💕💕

Saya up nih, jangan lupa koreksi kalau ada typo guys. Di chapter ini kayaknya bakalan banyak banget typo bertebaran, soalnya saya rusuh banget nulisnya😭sorry ya❤

Dan maafkan jika penulisan angkasa menjadi angaksa 😂

Tetap semangat❤Enjoyyyy

Happy Reading!!

***

Entah mengapa malam ini angkasa merasa resah. Ia pergi ke balkon kamarnya dengan sebatang rokok yang telah ia nyalakan, perlahan namun pasti ia hembuskan.

Tunggu, mengapa pelita belum ke kamarnya untuk menyuruh angaksa makan malam? Tumben sekali. Apa ada sesuatu yang menghambat gadis itu datang kemari? Ah, padahal hanya tinggal beberapa langkah ke kamarnya.

Angkasa memutuskan untuk pergi ke kamar gadis itu, ia mematikan rokoknya dan keluar kamar. Melihat kamar pelita yang tertutup rapat membuat angkasa langsung masuk ke dalam.

Gelap.

Kata itu mampu mendefinisikan kamar pelita saat ini. Angkasa mengeluarkan ponselnya dari saku, menutup pintunya. Ia berjalan ke arah saklar lampu dan menyalakannya hingga ruangan kamar gadis tersebut terang benderang.

"Ta.. " panggil angkasa, tapi tak ada sakutan darinya.

"Ta.. Lo ada di dalem gak? " panggil angkasa lagi.

Angkasa mematikan senter di ponselnya, mengedarkan mata hingga pandangannya terkunci di susut kamar. Apakah itu pelita? Atau hanya tuyul yang sedang menyamar saja.

Tanpa basa-basi angkasa berjalan dan berjongkok di depannya, dengan perlahan ia menyentuh lengan gadis itu.

"Ta.. Ada yang nyakitin lo kah? " tanya angkasa menurunkan suaranya.

Pelita mengangkat kepalanya, menatap angkasa yang juga menatap dirinya dengan heran tapi selanjutnya ekspresi angkasa berubah kaget.

"Lo kenapa? " tanya angkasa merasa heran melihat mata sembab dan hidungnya yang sangat merah. Terlebih dengan mata pelita yang sama memerah bertaburkan air mata.

"Asa... " pelita sesegukan menatap angkasa.

Tanpa bicara lagi angkasa langsung menarik saudara kembarnya itu untuk berhambur ke pelukannya. Mengusap penggung gadis itu berusaha menyalurkan kekuatan agar ia tak semakin sedih.

"Gue nunggu sampe lo cerita. " ucap angkasa tiba-tiba.

Namun bukannya menjawab pelita malah semakin memeluk angkasa semakin erat. Andai saja pelita bisa menceritakan pada angkasa saat ini, mungkin pelita akan lebih tenang. Tapi tak bisa menceritakannya sekarang, perlu waktu untuk dirinya untuk menyelesaikannya.

"Udah makan? " tanya angkasa yang di balas gelengan oleh pelita.

"Makan dulu yuk, papa sama mama udah nunggu pasti di bawah. " lanjutnya.

Pelita mengangguk. Angkasa membantu pelita untuk berdiri dan menuntunnya ke kamar mandi.

"Katanya makan malem. " beo pelita.

"Lo mau makan malem sama ingus lo yang meler kemana-mana kayak gitu? Siapapun bakalan gak napsu makan kalau liat kereta ijo lo. " ucap angkasa memasukan pelita ke dalam kamar mandi.

Gadis itu tersenyum mendengar penuturan angkasa, dasar. Pelita segera membersihkan wajahnya dan keluar dari sana yang langsung di sambut angkasa dengan tangan yang melipat di dadanya.

Only SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang