22. Rasa Cemas

6.4K 352 14
                                    

Udahlah....

Happy Reading!!

***

Netta masuk ke dalam kamar dengan membawa alat untuk mengecek suhu tubuh anaknya dan beberapa alat lainya seperti termometer, Sphygmomanometer, oxymeter dan beberapa alat lainnya.

Ia mendekat dan memeriksa dengan beberapa alat yang di bawanya. Pelita hanya diam dengan mata yang menatap atap langit kamarnya, badannya sangat lemas.

Tapi yang ia pikirkan sekarang adalah helen, untuk apa gadis itu berada di sini? Bukankah sekarang pelita sudah tidak dengan denan lagi kan, jadi untuk apa ia ada di sini.

"Gimana ma? " tanya angkasa.

Netta menoleh, "Pelita cuma demam aja, nanti mama suntikin ob--"

"Jangan ma. " selah angkasa memotong perkataan netta.

"Apa? " tanya netta mengernyitkan dahinya.

"Mama lupa pelita gak suka di suntik? " tanya angkasa.

"Iya mama tadi salah, maksud mama nanti di kasih obat aja. " ralatnya.

Setelah itu netta membereskan alat-alatnya kembali, ia beranjak dari ranjang pelita dan melihat kedua teman gadis itu.

"Kalian gak ke sekolah lagi? " tanya netta heran melihat kedua gadis tersebut yang sedang duduk diam di sofa.

"Enggak ma, tadi angkasa minta tolong salun buat bantuin angkasa bawa pelita ke sini. " jelas angkasa sembari menoleh ke arah salun.

"Oh gitu, terus helen? " tanya netta menghampiri gadis itu.

"Gak tau ma. Ngapain lo ke sini? " tanya angkasa pada helen yang juga menatapnya.

"Tadi aku denger pelita sakit jadi aku langsung ke sini. " terangnya.

"Kan bisa nanti pulang sekolah. " timpal pelita yang mebuat semua menoleh ke arahnya.

"Iya. Pelita bener. " ucap angkasa.

"Udah udah, biarin aja. Mama belum kenalan sama temen kamu, siapa namanya tadi? " tanya netta berdiri di hadapan salun.

"Salun tante. " salun tersenyum dan langsung menyalimi netta.

Pelita menatap helen, melihat gadis itu pikiranya terlempar kembali pada denan. Waktu itu saat ia sakit denan yang merawatnya, tapi kali ini tidak.

"Udah jangan banyak mikir, lo istirahat biar cepet sembuh. " perintah angkasa membuat pelita mendesah kecewa.

"Iya. " setelah itu pelita memejkan matanya, menyingkirkan semua pikiran yang hanya dapat menyakitinya.

***

"Si helen aja di suruh pulang, kenapa gue kagak? " salun menatap angkasa kesal, lagi-lagi ia berada di kamar pemuda ini.

"Lo kan babu gue. " ucap angkasa berjalan ke balkon.

Salun mengikutinya, "Gue harus kerja. " ucap salun membuat angkasa amenoleh sejenak.

"Gampang, nanti gue anter. " balas angkasa menyalakan rokoknya.

"Lo tau? Ngerokok itu gak baik. " peringat salun melihat angaksa yang sudah menyesap rokoknya.

"Gue tau. " balas angkasa cuek.

"Lo tau tapi tetep aja di lakuin, ibarat lo nyolong dan lo tau itu buruk tapi tetep lo lakuin. " ucap salun masih menatap angkasa yang malah dengan santainya merokok dengan pemantik di tangannya.

Only SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang