Holaa💕💕💕
Tetap semangat nungguin Angkasa - Pelita oke❤koreksi juga kalau ada typo dan lainnya😂
Saya lebih suka baca in komen kalian deh😊makasih buat masukan dan terus koreksi kalau saya ada salah dalam penulisan ya❤
Enjoyyyyyy
Happy Reading!!
***
Setelah sampai di rumah, Angkasa langsung turun dan menutup pintu mobil dengan sangat keras. Ia berjalan meninggalkan pelita seorang diri begitu saja.
Pelita yang merasakan kemarahan Angkasa hanya bisa terisak di dalam mobil, tadi itu sangat-sangat membuatnya takut. Angkasa yang mengeluarkan amarahnya, membuat ia seolah tak bisa menatap pemuda itu.
Tapi kenapa Angkasa tadi bisa samapi semarah itu? Pelita sangat heran dengan reaksi yang angkasa tunjukan. Ini adalah pertama kalinya Pelita melihat Angkasa marah, padahal setiap hari pemuda itu hanya bisa jahil dan julid.
Dengan langkah berat pelita turun, ia berjalan perlahan karena takut nanti akan ada sang Mama yang melihatnya. Pasalnya mata Pelita kini sudah sembab akibat menangis sedari tadi di sepanjang jalan.
Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri dan melihat asisten rumah tangganya yang hendak keluar dengan membuka pintu.
"Astagfirullah non, kaget bibi." ucapnya sembari mengelus dada.
Pelita menghembuskan nafasnya lega, "Mama ada bi? " tanya Pelita.
"Nyonya lagi di rumah sakit non, katanya tadi ada hal mendesak." Pelita mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa satu kata pun.
Ia langsung menaiki anak tangga dengan cepat dan membuka pintu kamar lalu menutupnya rapat, tak lupa ia juga mengunci pintu kamarnya dan memeriksa beberapa kali agar pasti terkunci.
Pelita melempar tas sekolahnya asal, ia berdiri di hadapan cermin kamarnya yang menampakan seluruh tubuhnya.
"Rasa nya gue mending gak ada aja, dari pada nyusahin kayak gini. " air mata lolos dari matanya yang Indah.
Pelita terduduk di lantai, ia memejamkan matanya sejenak. Berharap semuanya hanya mimpi, mengapa semuanya terda sulit.
Namun dengan cepat gadis itu beranjak dan langsung pergi ke kamar mandi, ia harus membersihkan tubuhnya terdahulu.
Setelah selesai menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi, Pelita memakai setelan kaos oblong berwarna hitam dan celana training yang kini membuat tubuhnya terasa hangat.
Pelita memutuskan untuk pergi ke kamar Angkasa, sebaiknya ia minta maaf pada pemuda itu. Ia tidak bisa keras kepala dan membela dirinya sendiri yang sudah jelas-jelas bersalah.
Dengan langkah mantap Pelita pergi ke kamar Angkasa dan membuka pintunya perlahan, gadis itu masuk dan menutup pintunya kembali.
Angkasa pasti ada di balkon, kini ia sudah tau sifat Angkasa yang jika dalam keadaan kalut ataupun sedang mendapat masalah pasti pemuda itu akan berada di sana dengan rokok yang ia hisap lalu hembuskan.
"Asa... " panggil Pelita yang kini ia duduk di pinggir tempat tidur Angkasa.
Tak ada jawaban, entah kenapa ia tak berani menghampiri Angkasa kali ini. Padahal ia selalu seenaknya ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Siblings
JugendliteraturKembar tak identik. Angkasa yang keras kepala. Pelita yang sabar. Angkasa punya Pelita. Pelita punya Angkasa. Angkasa dengan seribu rahasia di hidupnya. Pelita tahu itu, namun sikapnya seolah dia tak mengetahui semua rahasia yang angkasa punya. K...