39. Batagor Kesayangan

5.2K 304 19
                                    

Holaa❤❤❤

Tetap semangat nungguin Angkasa - Pelita😍

Jangan lupa juga koreksi kalau ada typo ya😊saya gak ralat ulang soalnya.

Enjoyyyyyy

Happy Reading!!

***

"Cie yang udah akur sama papa. " pelita sedari tadi terus berbicara seperti sampil menusuk-nusuk pipi angkasa.

"Berisik. " balas angkasa. Tapi pemuda itu tak juga menjauhkan atau bahkan menghempaskan lengan pelita yang terus saja menusuk pipinya menggunakan telunjuknya.

Saat ini mereka berdua sedang memakan batagor kesukaan pelita dulu. Gadis itu dengan senang hati memakannya.

"Cie angkasa... " lagi-lagi gadis itu tak berhenti menusuk pipi angkasa menggunakan telunjuknya.

Tak ada jawaban, angkasa malah sibuk makan. Yah, sejak pertandingan basket itu entah mengapa hati angkasa seperti mulai luluh perlahan demi perlahan.

Pikiran buruk semua tentang satya kini tergantikan dengan hal yang positif. Angkasa tahu bahwa papa nya juga pernah muda, ia pernah menjalani kehidupan seperti angkasa.

Bahkan kata netta mereka hidup tanpa arahan dari kedua orangtuanya. Angkasa saja baru beberapa kali bertemu dengan kakek neneknya.

Tak pernah ada penjelasan dari Netta maupun Satya. Keduanya sama-sama bungkam bila di tanya tentang kakek maupun nenek.

Yang angkasa bisa catat dari keduanya adalah bahwa Mama nya hanya memiliki seorang ayah, sedangkan papa nya hanya memiliki seorang ibu.

Kakek dan neneknya tinggal di aussie. Terakhir mereka bertemu itu saat angkasa baru naik ke tingkat smp. Sudah lama sekali jika di ingat kembali.

"Jangan ngelamun, entar kesambet. " pelita mengibaskan tangannya ke atas dan ke bawah di depan wajah Angkasa.

"Ta. " seru Angkasa.

"Apa? " tanya pelita.

"Coba deh lo inget tempat ini. Ini tuh tempat paling sering kita datengin ta, apalagi ini makanan kesukaan lo. " terang Angkasa berharap dengan mata yang mengisyaratkan rasa penasaran.

"Ogah. " tolak pelita mentah-mentah.

Angkasa mengernyit, "Kenapa? "

Pelita menghembuskan nafasnya pelan, "Denger ya angkasa. Gue kemaren-kemaren juga pernah gitu, malahan sering pas orang rumah lagi pada tidur. Gue selalu maksain diri buat nginget semuanya, tapi hasilnya nihil. " jelas Pelita sabar.

Ia memberikan jeda sejenak, gadis itu menyuapkan satu sendok batagor ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan cepat. Lalu ia minum dalam satu tegukan.

"Lo tau apa yang gue rasain? Sakit. Kenapa? Karena tiap kali gue mau nginget semuanya, kepala gue malah sakit gak kepalang. Bukan kalian aja yang pengen gue kayak dulu lagi, tapi diri gue sendiri juga pengen ngembali jati diri gue yang sebenernya. "

"Kalau aja kalian tau di balik perjuangan gue. Tapi gue gak mau keliatan tertekan ataupun lemah di depan kalian, gue emang pelita! Tapi gue udah bukan pelita yang sama lagi. Mungkin tuhan mau gue jadi kuat, biar gak keliatan lemah kayak dulu. "

"Bahkan gue benci diri gue. Gue ngerasa tersesat aja gitu, rasanya ini bukan tempat gue. Gue kayak orang linglung yang gak tau ini itu. Pernah terbesit di pikiran gue buat berhenti aja ngejalanin hidup ini, tapi gue mikir lagi. Masih banyak yang sayang sama Pelita, walau sekarang si Pelita udah berubah 100% gue gak bisa rebut dia dari kalian. "
Gadis itu berbicara tanpa ekspresi bahkan tak ada air mata ataupun rasa takut dan semacamnya. Entah mengapa itu sangat membuat angkasa terenyuh, untuk pertama kalinya ia melihat seorang pelita menceritakan keluh kesahnya dengan tegar seperti ini.

Only SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang