Tinggal di rumah Anang

94 6 0
                                    

Hari pertama kerja, ada yang aneh Tari hanya duduk di ruangan Anang, hanya menumpuk nota tagihan sesuai tanggal,yang banyak.Dalam hatinya bertanya,pesuruh apaan, seperti sekretaris serasa, lebih enak malah.
Tapi dengan tekun di tata semua sesuai perintah Mbak Riris,karena Mas Anang belum datang, padahal sudah pukul 8 ,tapi bos yah suka-suka dialah,berangkat kapanpun tak masalah,semua tender percetakan mulai kalender, buku pelajaran, baner,undangan di kota ini sudah mendarah daging,itu kata Mbak Riris di sini adalah bangunan ke 10 dari berbagai tempat yang di buka.Kaya benar, menurutku, karena aku lahir dari keluarga kecil yang tidak seberapa gajinya, hanya 15 hari sudah tutup lubang gali lubang dari koperasi Bapak di tempat kerjanya.
"Pagi, Ri,gimana tidurmu semalam?" sambil melepas jaket kulitnya, pakai kaos oblong yang ketat membuat terlihat body tubuh yang kekar,Tari segera mengalihkan pandangannya.
"Mas, muslim kan?"
"Kenapa memangnya?"
"Maaf biasakan salamlah kalau masuk, salam itu doa,loh!"Gadis ini benar,itu tidak pernah terpikirkan,meskipun dia muslim tapi tidak pernah menjalankan syariatnya, sholat kalau mau, dan tidak malas ia melaksanakannya,bisa di hitung dengan jarilah, padahal ibunya adalah muslim yang taat, rajin ibadah paling tidak. Diapun mengikuti saja apa kata Tari,keluar dari ruangan dan balik lagi,dengan wajah setengah marah,karena ada yang berani ngatur tingkah polahnya.
"Assalamu'alaikum,pagi!" katanya mengulangi awal masuk.Tari tersenyum puas.
"Wa alaikumsalam, Alhamdulillah sehat, Mas!" jawabnya dengan wajah bangga sudah buat bosnya nurut apa katanya.

Dia duduk dengan kaki di angkat di atas meja, sambil bahunya di sandarkan,ahhhhh,rasanya capek, sebelum berangkat dia pergi ke rumah kecilnya yang jauh dari rumah utama yg ditinggalinya bersama ibunya,ada di pinggiran kota,untuk ditempati Tari,yah dia ingin menjaganya betul-betul entah kenapa dia merasa dekat, atau mungkin kerinduan hadirnya seseorang untuk mengisi relung hatinya,sebelah sekian lama dia tak pernah memikirkannya, biarlah sang waktu yang menjawab, yang penting Tari harus aman dan nyaman.
"Masssss!" teriakan Tari membangunkan lamunannya.
"Apaan sih, ganggu khayalan saja, kenapa?" bentak Anang yang merasa kaget.
"Tuh,kaki tempatnya di bawah." lagi aturan darinya, tapi aneh nurut saja itu kaki perlahan di turunkan.
"Ri, kamu belum jawab rumahmu di mana?"
"Jauh sekali,Mas.Gak mungkin tahu juga ada di bawah gunung, perjalanan dari sini 8 jaman kalau bawa mobil pribadi, kalau ngebis ya tambah lama, kan banyak nurunin penumpang," jawabnya sambil memilahi nota.
"Memang ada alamat jauh sekalii, yang benar kamu Ri?" katanya sambil melihatnya.
"Kabupaten R, dua kota dari sini,tapi aku tinggal di pelosok,"terangnya.
"Kok kamu kerja, gak pengin kuliah? Nilaimu jelek ya?" katanya menggoda sambil membuka dekstop yang ada di mejanya. Tari menghela nafas panjangnya,dia masih belum ingin membahas ini, karena dadanya terasa sakit mengingat harapan yang tak sampai soal kuliahnya.
"Maaf,jangan bahas itu,Mas!" pintanya dengan wajah yang tiba-tiba tiba muram,ada apa ya?Kata Anang dalam hati.
"Ri,nanti aku yang antar kamu ke tempat tinggal yang baru,setelah sholat dhuhur kita berangkat, biar kamu pas kerja besok kamu tidak capek!" katanya sambil tersenyum.Tari hanya mengangguk.
Dari tadi Mbak Riris gak kelihatan, ke mana ya?
" Mas,Mbak Riris ke mana kok gak kelihatan? " rasa ingin tahunya muncul,pas nerima Tari Mbak Riris keluar dari sini.
"Ini khusus ruanganku, tidak boleh ada yang di sini, kecuali aku yang minta!" jadi aku special baginya berarti.
"Wah, aku special for yuo,..." sambil tertawa Tari menutup kedua tangannya.
" Memang,kenapa ,kan aku bosnya!" jawabnya sengit, gak terima di ketawain, tapi melihatnya tertawa semakin menambah rasa tak terperi dalam hatinya. Karena suda selesai, Tari menumpuk nota di meja Anang.Anang kaget secepat itu, ada ratusan nota tagihan yang akan di kirim,hebat gak salah dia di sini, aku ada teman ngobrol yang cantik.
"Bersiaplah, kita ke tempat tinggalmu!" perintahnya, Taripun mengiyakan,masuk ke dalam ruang belakang, mandi sholat dan berganti memakai kaos oblong warna pink,bertopi dan mengikat rambut dengan sapu tangan.
Sepanjang perjalanan, keduanya diam,Tari menikmati pemandangan sepanjang jalan, Anang bercengkerama dengan bayangan Tari, meskipun dia ada di dekatnya, entahlah wajah itu selalu saja membayanginya,sejak pertama melihatnya.
Sampailah di sebuah rumah, dengan halaman luas, tapi besar bergaya arsitektur jawa kuno, terbuat dari papan yamg terjajar,di cat dengan politur ,kuno tapi modif.Apa ini tempat tinggalku, berapa satu bulannya, mampukah aku bayar!
" Turunlah, ayo masuk!" di bukakan pintu untuknya, di bawakan tasnya seperti bukan bawahannya tapi orang yang di sayanginya, dengan tanda tanya Tari mengekor masuk ke dalam.
Sepi, gak ada orang, memang tampak kamar berjajar, ukiran nampak di setiap di pintu kamar, indah sekali benar-benar masih jadul tapi terawat.
" Mbok, Riri datang, tolong buatkan minum!" teriak Anang pada seseorang, datang seorang wanita usia 50 th dengan memakai kebayak dan berkain jarik.
"Selamat datang Nak, sini tasnya!"di bawanya tas Tari ke dalam,tapi dia masih tidak mengerti, apa semua ini.
"Mas,tolong jelaskan!"
" Ri,maaf ,kamu adalah karyawanku, pesuruhku,aku gak mau kamu kenapa napa,ini rumahku di tinggali mamang sama istrinya, jadi kamu lebih aman pulang pergi kamu bareng mamang, tidak boleh nolak!"sebelum Tari mau menanyakan lagi, Anang sudah dalih ultimatumnya,semoga aku tidak salah menerimanya.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang