Sampailah di rumah Tari

42 4 0
                                    

Mereka berangkat dengan penuh harap segera bertemu Tari, dan tahu keadaannya, semoga dia benar-benar pulang ke orang tuannya.
" Pak, tolong pandu kami jangan di tinggal ya! " pinta Deni.Tukang ojek itupun mengangguk, sepeda motor yang di pakai termasuk butut,apa kuat untuk masuk lebih jauh,keterangan istri Pak Soleh ada tanjakan dan tikungan tajam,semoga semua lancar Ya Allah pertemukan aku dengannya dalam keadaan baik,Aamiin.

Sepanjang perjalanan Anang tak hentinya bersyukur,selama ini dia tidak pernah hidup sulit,Riri melewati hari yang sulit di tempat yang pelosok, tapi dia tak pernah sekalipun mengeluh, buktinya tidak pernah bercerita. Pemandangan kanan kiri banyak orang sedang bertanam, entah apa yang mereka kerjakan, tanahnya berbentuk petak bertumpuk, ini mungkin yang di sebut terasiring.Hawanya sejuk sekali, jendela mobil sengaja di bukanya agar dia menghirup udara yang sama dengan udara yang di hirup Riri,angin tolong bisikkan di telinganya, aku datang, aku rindu, bisikkan itu untukku dengan penuh cinta, Anang tersenyum membayangkan Riri akan kaget melihatnya.

Benar saja setelah 2 jam, tukang ojek itu berhenti di perempatan, turun untuk menanyakan alamat yang di beri Pak Soleh, dia terlihat mengangguk-angguk,syukurlah itu artinya sudah dekat.Hati Anang mulai tidak karuan, degup jantungnya tidak beraturan, tenang hai empunya hati,dia berusaha menguasai hati dan pikirannya,4 hari tidak melihatnya cukup membuat rasa rindu yang tak terkira.
" Motor butut itu hebat juga ya, An,kuat di medan seperti ini!"
" Mesinnya masih bagus, karena motor lawas,biasanya begitu, kalau pakai motor baru juga sayang kan kalau tiba-tiba kecelakaan, "
"Jauh begini An,kamu yakin akan melamarnya?"
" Usianya masih 16 ,Den,di jalani sajalah, yang penting Riri tahu aku sungguh-sungguh," katanya berharap.
Tukang ojek itupun berhenti,untuk memberi tahu keduanya.
"Alhamdulillah, Mas, sebentar lagi sampai! " tukang ojek memberi tahunya,Deni sudah melihat puncak rindu seorang Anang yang benar-benar tidak bisa di tutupi,wajahnya memerah penuh dengan ceria dan rasa malu.
"Hem, yang mau ketemu, senyum sendiri, aku mau di ajak loh!" ledeknya.
" Awas kau Den,jangan bicara macam-macam,atau gelengkan kepala dan anggukkan kepalamu tak usah bicara!" perintahnya,hemm,kita lihat apa kamu sehebat itu bisa bicara ketika ketemu dia.
Terlihat tukang ojek berhenti di depan sebuah rumah, halamannya sangat luas, rumahnya juga besar berbentuk joglo, dindingnya dari papan, bercat putih terlihat bersih,banyak bunga di halaman, tanaman buah juga ada, terbilang banyak,ada yang terlihat berbuah.Benarkah ini rumahnya,tampak sepi.
"Mas,siapa namanya?"tanya tukang ojek itu.
"Tariii, Pak!" Deni menjawabnya,dan tertawa kecil,melihat Anang asyik dengan lamunannya. Tukang ojek itupun menuju ke sebuah rumah yang berada di depan rumah itu,kebetulan di lihatnya ada seorang perempuan sedang menjemur pakaian.Setelah berbincang, kembalilah ke Deni.
" Ya, Mas benar ini rumah, Mbaknya,monggo segera turun,saya pamit dulu!" tukang ojek itu pamit, Anang segera turun mendengar benar ini rumah Riri,dan di berinya beberapa lembar uang ratusan untuk tukang ojek yang sudah rela mengantarnya,dengan wajah senang tukang ojek itu pun berlalu, dia merasa terlalu banyak ongkosnya hendak di kembalikan tapi Anang menolaknya dengan lembut.

"Assalamu'alaikum!" Anang berdiri di depan pintu yang memang terbuka,beberapa saat keluarlah seorang paruh baya namun masih terlihat aura cantiknya,hem mungkin ibunya Riri.
" Siapa ya, mau apa Mas?"jawabnya heran, di lihatnya ada mobil di halamannya.
" Bu, apa benar ini rumah Riri?"
" Bukan, Mas!" Ibu itu menjawabnya. Anang lupa namanya Tari.
" Maksud saya Tari Bu?"
" Tari, baru ini rumahnya,kenapa ,ada apa ya, Masnya siapa,"teringat cerita Tari ketika baru pulang,apa ini bosnya, ah bagaiman mungkin, dia sampai mencari putrinya.Dengan hormat di salami tangan Ibu itu,di cium punggung tangannya.
" Maaf, Bu, kalau tiba-tiba ,saya Anang teman kerjanya," deggg,benar kata Tari bosnya tampan, artinya dia benar cinta pada putrinya, sejauh ini dia ingin temui putrinya yang hanya bawahannya dan dia bilang temannya, sungguh baik anak ini.
" Oh, maaf, Nak ayo masuk dulu  maaf ya beginilah rumah Tari, kotor tidak seperti rumahmu,ayo masuklah!" menoleh ke arah Deni yang masih di halaman, dia memberi kode untuk masuk.Alhamdulillah ,akhirnya sudah sampai di rumah pujaan hatinya,terima kasih Ya Allah.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang