Selang beberapa bulan setelah di lamar Adi,Ara melangsungkan pernikahannya.Adi dari keluarga yang cukup berada, profesinya jadi dokter mewarisi ayahnya yang seorang perawat kesehatan di rumah sakit,ibunya seorang bidan yang bertugas di puskesmas kota.Adi putra satu satunya, jadi pada awal sudah di sepakati Ara tinggal bersama Adi, tapi Adi tetap mengijinkan Ara untuk bekerja asal Ara bisa membagi waktunya, ayah dan ibunya sudah pensiun jadi mereka ingin menikmati hari tuanya bersama keluarga putra satu satunya termasuk cucunya kelak.
"Bun...kalau Raja besar mau nikah, semua orang nikah Om Aji,Om Kris sekarang Ante Ara..."Tari tersenyum melihat mimik nya yang lucu ketika bicara.
"Sayang....Raja belajar dulu yang rajin, ngajinya juga.Raja harus lulus kuliah, ngajinya juga tetep lanjut karena sebagai lelaki Raja kelak bertanggung jawab pada keluarga, jadi imam dalam rumah tangga. "
"Raja jadi pimpin sholat ya Bunda,tapi ayah tidak pernah begitu?"
"Kan ayah sakit, ayah sholat sendiri,Raja jadi pimpin sholat juga jadi contoh baik dalam keluarga, nanti kalau Raja besar pasti tahu."
Raja memperhatikan setiap kata yang di ucapkan, Raja selalu mendapat rangking satu di kelasnya, urusan ngajipun dia tidak pernah ketinggalan, Tari selalu memberinya dukungan untuk semua kegiatannya."Mas...ayo kita datang ke pernikahan Ara!"
"Tidak...aku tidak ingin melihat mereka melihatku dan mentertawakanku,aku di rumah saja!"
" Aku tak tega Mas sendiri di rumah ayolah Ara pasti bahagia kalau Mas bisa ke sana. "
" Cukup Ri...aku tetap tidak ikut,kamu berangkatlah,ada Bibi di rumah! "
Di pegang tangan suaminya, di cium punggung tangannya sebagai ucapan terima kasih, meski gak tega tapi dia lebih tak tega lagi dengan Ara,dia tidak bisa bantu apa apa di saat semua sibuk mengurusi, Tari harus merawat Han, Ara tahu keadaan kakaknya itu jadi dia tidak mempersoalkan itu.
"Bulik...titip jaga Mas Han ya,tolong ...saya dan Raja ke pernikahan Ara, saya ingin Bulik juga hadir tapi siapa yang jaga Mas Han di rumah, Mas Han tidak mau ikut soalnya...gak papa kan?"
" Ndukkk...Ara adikmu,Bulik bisa datang ke sana setelah acara selesai, kamu berangkatlah Bulik di rumah jaga Han... Gak papa jangan kuatir ya!"Di tepuk bahu Tari dengan lembut, tanda merestui kepergiannya.Ara minta pernikahan yang sederhana, memanggil teman dan saudara terdekat saja, dia tidak ingin membebani ibunya, karena biaya untuk itu bisa di gunakan adik adiknya sekolah.Adi menyanggupi semua biaya jika memang Ara mau pesta besar, Ara tetap menolaknya.
"Yang penting syah Mas,teman dan keluarga tahu itu cukup,doa dan kehadiran mereka itu cukup bagiku...Mas gak papa kan?"Adi mengacak rambutnya, Adi jatuh hati padanya karena keteguhan prinsipnya tidak mau bersentuhan langsung meski dengan Adi pacarnya, menjaga dirinya persis seperti Tari kakaknya diapun melakukan itu Adi hanya bisa memandangnya dan mengacak rambutnya bagian yang boleh di sentuhnya,rasa sayangnya pada keluarga rasa tanggungjawab yang begitu besar pada keluarganya itu yang menambah rasa cintanya pada Ara.
"Mbak Tari datang kan? "
"Semoga saja, meski aku ragu...aku sudah cerita kan tentang sifat keras suaminya itu!"
"Sabar sayang,semua pasti sudah di atur Allah...ok aku pulang, waktunya kerja, istrahat cukup biar tampil cantik untukku besok ya! "di pegang bahunya di usap anak rambut Ara,Ara tersenyum melepas kepergiannya. Ara jadi seorang guru di SMA di kotanya, nilainya yang bagus saat ada perekrutan guru secara massal membuatnya terjaring jadi PNS.Regapun sudah lulus kuliah dia menjadi dosen di tempat kuliahnya dulu,dia yang memegang usaha keluarga sekarang di bantu Arda yang masih kuliah semester akhir,Reni sudah semester 6 dan Arum SMA kelas 3 tumbuh jadi gadis yang cantik,hidup mereka lebih terjamin dari kakak kakaknya yang harus selalu berjuang mencari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga,mereka berdua terbiasa mengelola usaha yang sudah di berikan kakaknya Tari, tapi Aralah yang paling sering ketemu kakaknya daripada yang lainnya.
"Mbak Tariiii.....Reni kangen!"
"Arum jugaaaa....!"pelukan hangat kedua adiknya di rasakan Tari, memang mereka jarang ketemu dengannya, Tari tahu Han tidak suka jadi yang lebih sering Raja yang di ajak ke rumah.
"Anteeeee.....aku gak di sayang, Bunda aja yang di sayangggg!"Raja terlihat merajuk, membuat wajahnya yang putih bersih memerah, yang hadir di situ tertawa lepas.Ibunya menghampiri Tari, di usianya yang semakin renta ibu masih tampak kuat, itu karena rasa bahagia melihat putra putrinya hidup rukun saling membantu satu sama lain, di ciumi putri sulungnya yang terlihat kurus dan layu itu bergantian dengan cucunya,ibu meneteskan air mata ketika menciumnya, kamu hidup susah karena kami nak, sekarang adik adikmu sudah jadi orang tapi hidupmu jauh dari kata bahagia maafkan ibumu ini.
"Sehat Nak?"
"Alhamdulillah Bu, Tari sehat Ibu sehat juga kan?"Tari bisa merasakan kecemasan ibunya setiap dia bertemu, tapi Tari tetap memperlihatkan wajah riangnya seakan dirinya baik baik saja.Hari itu benar benar hari bahagia, untuk keluarga Ara...bagaimana tidak setelah berpuluh tahun mereka bisa berkumpul jadi satu dalam suasana bahagianya,Ara mendandani kakaknya agar terlihat lebih cantik di hari pernikahanya, meski Tari menolak Ara tetap melakukannya, dia sudah membelikan gaun untuk kakaknya yang selama ini tidak pernah di lakukan Tari,boro boro mikir beli baju untuk kebutuhan cukup saja sudah sangat di syukuri Tari,meski Ara dan Rega yang sudah berpenghasilan memberinya, Tari menolaknya untuk sekolah adik adik saja Mbak bisa kok...kalau Mbak gak ada akan minta, tapi sekalipun itu tidak terjadi.
Suasana sakral dan penuh haru, tercipta di saat Rega menjadi wali nikah untuk Ara,semua ingat akan almarhum ayah, semua ikut larut dalam kesedihan air mata tak terasa menetes, tapi tidak dengan Tari dia begitu tegar, wajahnya yang terpoles riasan tipis terlihat anggun .Kris hadir bersama istri dan Ilham juga Seto,Tarji sekeluarga, Yoyok sekeluarga, teman sejawat Adi teman sejawat Ara dan sahabat sahabat Ara, membuat suasana pernikahan Ara meriah meski tanpa undangan, mereka hadir untuk mendoakan kedua pengantin yang sedang berbahagia."Mas....inilah kakakku yang luar biasa,yang sudah membuatku jadi seperti ini Tarisa namanya, Mbak ini Mas Adi Gumelar suamiku."Tari mendekapkan kedua tangannya, hemm...persis Ara dia cantik meski tubuhnya kurus mungkin beban hidup yang berat yang membuatnya begitu.
"Saya Adi Mbak...ijinkan kubawa adik Mbak bersamaku sampai akhir hayatku!"Tari tersenyum, menepuk bahunya dengan lembut.
"Jaga dia,sayangi dia ,jangan buat dia menangis untuk Mbak ya..."Tari terharu teringat dirinya sendiri yang tidak pernah merasakan cinta,tapi dia bisa menahan agar air matanya tidak menetes dari matanya.Ara mengenalkan kakak dan keluarga lainya pada mertuanya, mereka sudah sering mendengar tentang Tarisa dari Adi, betapa kerasnya perjuangannya untuk keluarganya, membuat rasa kagum sebelum tahu orangnya.
"Saya kakaknya Ara Bu...Pak,Assalamualaikum."
"Wa alaikumsalam Alhamdulillah sehat nak,kamu gimana sehat juga kan?"Dari Adi mereka tahu Tari merawat suaminya yang sakit stroke selama kurang lebih 4 tahun ini,ayah dan ibunya memberi saran setelah jadi iparnya, bisa membantu merawatnya.
"Kamu cantik Nak...mirip adikmu!"
" Terima kasih Bu...silakan Bu, nikmati yang ada maaf kami tidak bisa menyediakan yang lebih."
"Jangan merendah, semua ada... Itu tak penting yang penting kami dapet mantu seperti Ara, cantik sabar dan tanggungjawab itu cukup,dan bentar lagi kami akan di beri cucu. "
Ketiganya tertawa,Adi dan Ara yang mendengarnya tersipu malu malu.
"Bundaaa...aku mau minta itu ya, untuk Uti dan Ayah di rumah,boleh?"Tari mendekatinya, dan berbisik padanya,Raja tersenyum menghampiri kedua orang tua Adi,dia mengucap salam dan mencium kedua tangannya mereka.
"Saya Raja, ponakan Ante Ara Uti... Kakung...!"
"Sini... Sini....cium pipi Uti dan Kakung...!"keduanya terpana melihat ketampanan Raja.
"Raja mau main ke rumah Uti?"Raja melihat ke arah Tari, untuk minta persetujuan Tari mengangguk.
" In Syaa Allah kapan kapan Uti!"putranya begitu santun, Tari sudah mendidiknya dengan baik.
Setelah selesai semua, Tari pamit ketika berangkat dari rumah sengaja Adi menyuruh sopirnya menjemput, tapi sekarang sopirnya mengantar pulang orangtuanya, Adi tinggal satu hari dulu di rumah Ara sebagai syarat karena hari ke dua Ara yang ke rumah Adi, Adi mendapat cuti dua hari saja.
"Biar Tata aku yang antar, boleh Ma?"tanya Kris kepada istrinya, Kris sudah cerita semua tentang masa lalunya pada Fatim istrinya, kebaikan Tarisa di masa muda, maaf yang diberikan pada Kris, perubahan sikap Kris semua karena wanita di depannya itu,dalam hati Fatim sangat kagum ada wanita sebaik itu di dunia ini, setelah melihatnya langsung Fatim tahu kenapa dulu suaminya terobsesi padanya.
"Iya...kita bareng aja,gak papa kok."
Tari menggelengkan kepalanya, dia tetap sama keras kepala,dia tetap menjaga perasaan istri Kris, Tari tahu bagaimana rasa Kris terhadapnya dulu ....Yoyok dan Tarji menawarkan tumpangan untuknya, tapi tetap di tolaknya dengan halus.
" Terima kasih... Saya masih ingin di sini sebentar lagi."Itu alasannya, dia ingin menghindari fitnah, apalagi jika Han tahu dia tidak ingin salah paham.Mereka pun berpamitan, setelah kepergian mereka Tari minta di antar Rega dengan sepeda motor setelah Tari berganti pakaian dan mengusap make up tipisnya.Adi dan Ara saling berpandangan, melepas kepergian kakak dan ponakannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...