Setelah selesai berkemas,semua berkumpul di ruang tengah.Semua tampak tegang wajah sedih jelas terlihat ,adik-adiknya memegangi semua bagian tubuh Tari ada yang pegang tangan, pegang bajunya minta pangku seakan tidak rela melepaskannya.Ibunya berkaca-kaca,hanya Bapak yang tetap tenang tersenyum pada mereka yang akan berangkat ke kota.
"Nak,jaga baik-baik dirimu!Bapak yakin kamu bisa,jangan terlalu risaukan kami yang di sini jaga sholatmu,makan teratur biar sehat selalu doa kami selalu menyertaimu,seringlah berkirim kabar ya, Nak!"di belainya pucuk kepala putrinya dengan penuh kasih di peluknya dengan rasa sayang meski terlihat tegar Anang melihat ada tetes bening di pojok matanya yang segera di usapnya.
" Hikkssss....Mbak Tari kapan pulang lagi, aku masih angen, pengin main dan di ceritain dongeng nina bobok.. hiksss..!" tangis Arum adik bontotnya semakin keras di gendongan Riri dan memeluknya tak mau lepas.Ibu mengelus Arum, membujuknya untuk turun takut mereka kemalaman .
" Dengar Mbak,lebaran besok Mbak pulang di bawakan mainan banyak kita main bersama lagi yah ,minta apa nanti di kirim Mbak ayo bilang, cantiknya hilang loh," di ciuminya Arum dengan lembut, Arumpun menurut.
" Benalkah?Alum mau boneka panda, mainan masak-masakan ,boneka barbie pokoknya cemua ya Mbak!" Taripun mengangguk memeluknya untuk berpamitan.
" Bapak... Ibu kami minta maaf sudah merepotkan, boleh kami datang lagi ke sini?" Anang menjabat tangan lelaki itu dan mencium punggung tangannya.
" Sangat boleh, pintu rumah ini terbuka untuk kalian, Nak!" di peluknya Anang dan Deni bergantian dengan tulus.Semuanya bergantian memeluk Tari dan menangis, Tari tetap tegar atau mungkin menahan diri untuk tidak keluar air matanya.Anang merasa berat meninggalkan mereka hanya 2 hari tapi serasa sudah lama mengenal keluarga ini.
" Mas boleh kami peluk?" tanya mereka berharap, Anangpun membuka kedua tangannya dengan lebar bergantian di peluk di ciumnya kening mereka bergantian kecuali Ara yang malu karena dirinya sudah remaja, di ciumnya punggung tangan Anang dan Anang membelai pucuk kepalanya, ah hati ini serasa sudah memiliki keluarga ini.Lambaian tangan mereka mengantar keberangkatannya dengan seuntai doa yang selalu bertaut.Anang duduk di belakang menemani Tari,benar dugaan Deni dia akan melihat mereka berduaan di belakang dari spion aduhhh buat iri kau An batinnya.Tari menyandarkan tubuhnya serileks mungkin, dia tidak pernah duduk berdampingan dalam waktu lama dengan Anang, takut Anang berpikiran aneh-aneh.
" Ri...kamu bahagia tinggal di sini?"
" Aneh kamu ini,Mas.Ya bahagialah di sinilah aku lahir dan di besarkan,air tanah dan udara di sini sudah belasan tahun membuatku seperti ini bersama keluarga besarku, kenapa?"
" Aku iri, Ri!"
" Iri.. aku salah apa?" katanya menoleh ke Anang.
" Di tempat seperti ini kamu tumbuh di hujani kasih sayang kebersamaan kalian itu yang tidak pernah aku rasakan..." matanya menerawang jauh mengingat sejak usia 2 tahun sudah di tinggal ayahnya, hanya ibu yang memberi curahan kasih itu,untung ada mamang dan mbok yang teramat sayang padanya,tapi melihat kebersamaan keluarga Riri membuatnya iri.
" Ah...kasihan, cup..cup..cup..jangan nangis Mas dengar kata Bapak kalau Mas mau datang pintu itu terbuka untukmu mungkin itu bisa mengobati rasa irimu, aku mau kok berbagi keluarga denganmu "Deni yang mendengar tersenyum.
"Berarti lebaran aku ikut kamu pulang ya!" Taripun mengangguk. Anangpun tertawa gembira,dan akan menjabat tangannya Riri,tapi dengan sigap Tari menempatkan telapak tangannya di depan wajahnya.
" Stopp!Gak usah pegang!"
" Riii....pelit amat sih, aku mau bilang terima kasih saja kok,!" pintanya menekuk kakinya di atas kursi mobil menghadap ke Tari.Tari tak melihatnya berusaha menghindarinya.Deni merasa geli sendiri ingin tertawa tapi takut sama Anang, Tari berusaha banget jaga jarak dengan Anang.
"Sama-sama, Mas lagian belum lebaran kan masih lama iya kalau aku masih kerja sama Mas?"jawab Tari tanpa melihat Anang yang masih berharap.
"Ri..kamu kalau pergi masuk keluar desa gimana,maksudku naik apa ?"
" Dari rumah jalan kaki ke tempat ngetem mobil pick up, terus ke terminal dekat pasar ke kecamatan,dari sana naik mikrolet turun di terminal di kota dari terminal kota baru naik bis antar kota, kadang langsung naik ojek dari rumah ke terminal yang dekat pasar supaya cepat emang kenapa?" Taripun menoleh pada Anang,Anang memang bisa cari cara agar Tari melihatnya batin Deni.
" Den,turunkan kami di terminal nanti tunggu di terminal pemberhentian aku pengin merasakan naik bis kota tunggu di sana,telpon aku nanti ya!" perintahnya, Tari melihat Anang dengan wajah kesalnya merasa di jebak, apaan sih modus pasti Mas Anang Ya Allah jaga aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...