Suasana rumah Han sangat ramai, Pak Arya dan keluarga datang bersamaan keluarga Ara.Pak Arya memaksa berkunjung meski belum waktunya untuk mengungjunginya, dia merindukan Raja.
Sementara Ibu Tari sudah tahu Tari baru saja pulang dari rumah sakit, pelan pelan Ara memberi pengertian pada ibunya kenapa tidak memberi tahunya pas di rumah sakit,Ara tidak ingin ibunya kepikiran.
"Kenapa kamu tidak bilang, Nduk....Ibu bisa membantumu menjaga Raja,aku ini neneknya!"Ibu kecewa mendengarnya.
"Bu...maafkan aku,di sana tidak boleh di tungguin banyak orang ada Bulik dan Mas Tarji, ada Mas Han juga yang selalu di sana bergantian....jadi Ara tidak memberitahu ibu...maaf ya.Sekarang Mbak sudah pulang, Alhamdulillah. Kita ke sana bareng bareng."
"Mbak....aku besok saja ini ada banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan dua hari ini di ambil,salam untuk Mbak Tari ,aku janji ke sana."
"Ya sudah, Ibu sama Mbak yang ke sana, jaga adik adik ya, kita gantian Arda dan yang lain biar membantu pekerjaanmu biar tepat waktu."
Begitulah mereka selalu kompak dalam membagi tugas,Ara dan Rega sudah bisa di andalkan. Kehilangan Bapak, kerasnya hidup untuk mencukupi kebutuhan keluarga membuatnya bisa berpikir dewasa,ajaran Tari yang selalu memberinya motivasi untuk mandiri untuk selalu kerjasama satu sama lain sudah terpatri dalam jiwa mereka.Raja selalu jadi idola saat seperti ini.Tari sangat bahagia,dia masih terbaring di tempat tidurnya,Tarji yang menempatkan tempat tidur di ruang tengah, dia ingin Tari bisa melihat kebersamaan keluarganya ,itu pasti membahagiakan hatinya,bukan Han yang memikirkan itu.
"Sayang....kenapa kamu pucat?"Bu Santini sudah ingin bertanya sejak datang, melihat Tari tidur di ruang tengah dia curiga, tapi di tahan pertanyaan itu.
"Han mana?"dilihat Han tidak ada di sana,Bulik dan Tarji yang ada ketika mereka datang.
"Han ada Bu,di kamar."Tari menjawabnya.
"Ayah...sini, Raja mau ikut kakek kan...hem...sini...sini...dipangku kakek ya...hah....dia tertawa kek!"Tarji mencairkan suasana.Pertanyaan Bu Santini menjadi terlupakan dengan keceriaan Raja,Tarji benar benar bisa membuat Raja bertingkah.Kedua orang tua itu tetap bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang terjadi, Han tidak muncul mendampingi Raja Tari terbaring lemah, meskipun dia ikut tertawa tapi ada rasa sakit melihatnya seperti itu."Bi....tolong cerita, menantu kenapa?Dia terlihat pucat,apa dia sakit?"Bulik mengambil nafas,dia bercerita tentang kondisi sebenarnya, Bu Santini terkejut.
"Apa....kalian tega ya....kami ini orang tuanya kami juga berhak tahu kalau dia sakit,ah....kalau terjadi apa apa kami tidak memaafkan kalian semua!"Bu Santini terlihat marah, bagaimana mereka berpikiran seperti itu, meski suaminya sakit tapi itu tidak benar membiarkan menantunya berjuang sendiri,apalagi Raja butuh perhatian dan penjagaan.
"Nak....apanya yang sakit,maafkan kami ya tidak menunggui mu...besok lagi jangan seperti itu,kami ini orang tuamu.... Kami akan kuat jika kalian memberitahu pelan pelan... Tolong...kamu juga Ji...jangan di ulang!"Bu Santini memeluk Tari dan menangis, dia merasa tidak berguna, di saat Tari sakit semua menyembunyikannya.Pak Arya yang sedang memangku Raja, mencoba memahami kata kata istrinya.
"Yah....maafkan Tarji ya..."Tarji memegang tangan tua itu, tangan yang sering membelainya, tangan yang menyayanginya seperti putranya sendiri,perlahan di ceritakannya keadaan Tari.... Pak Arya meneteskan air mata dan memandang menantunya, di usap kepala Raja mewakili perasaan sayangnya untuk menantunya.
"Assalamualaikum!"mereka menoleh dan menjawan salam. Ada Ara dan Ibu berdiri di depan pintu.
"Ibu....ayo masuk Bu!"Tarji bergegas menyalaminya, Ara yang melihat mertua kakaknya menghampiri dan bersalaman dengan mereka.
"Mas....Bapak dan Ibu sudah tau?"dengan berbisik dia bertanya pada Tarji.Tarji mengangguk,meminta Ara memanggil Han dari tadi dia di kamar dan tidak tahu kehadiran orang tuanya.
"Kenapa tidak Mas saja,sudah dari tadi baru di panggil sekarang!"Ara keberatan Tarji melotot ke arahnya, mau tidak mau Ara berangkat juga memanggil kakak iparnya,lagian aneh juga Mas Han sudah siang begini kenapa di kamar saja, masak gak denger ramai di depan jarak kamar dan ruang tengah juga deket....hhhhh...memang aneh, suami macam apa begitu tahu istri sakit orang lain yang ada untuknya....hhhhhh...rasa kecewa dan kesal ada dalam hatinya.Tok....tok....tok...."Assalamualaikum!"
Beberapa kali Ara mengetuk dan memberi salam, Han membukakan pintu setelah beberapa lama.
"Wa alaikumsalam....apaaaa!"dia bangun tidur jam segini Ya Allah...
"Mas....ada Bapak sama Ibu ."Ara tidak ingin bicara lama lama, dia segera pergi.
"Tunggu...dari kapan?"
"Dari tadi pagi!" Apaaaa....Ayah Ibu ke sini dan aku tidak tahu, sial hhhhh pasti kena marah, apalagi Tari sakit lagi,tadi malam Han tidak bisa tidur,lama dia tidak mencurahkan hasratnya dia ingin membangunkan Tari tapi ada rasa tidak tega, tapi akhirnya dia sudah tak kuat lagi di sepertiga malam dia minta jatah untuk bisa menghilangkan rasa sakitnya itu Tari meskipun lemah mengiyakan dia tahu Han tidak pernah bisa bertahan lama dalam hal ini,abis sholat subuh Han tidur sampai sekarang.Keluar dari kamar dengan hati berdebar,rasa bersalah membuat Han berjalan setengah hati menghampiri orang tuanya.Ada banyak orang di sana,Tarji sudah di sini juga...sial...
"Yah...Bu....kapan datang? "
"Sini kamu!"Bu Santini langsung menyuruhnya duduk di dekatnya, Han tahu persis apa yang akan di lakukan ibunya.
"Hannnn.....kamu ini sudah jadi ayah... Ibu bilang kan jaga dia dengan baik.Masak Tarji yang menjaganya, gimana sih kamu.Kami datang ke sini mengunjungi kamu dan keluargamu, kami ingin melihatmu bersama istri dan anakmu....tapi... Apaa....Hannn...!"
Banyak lagi kata kata yang keluar dari ibunya,meski marah nada suaranya tetap terdengar pelan hingga orang di sekitarnya tidak mendengar apa yang di bicarakan Bu Santini dengan Han,Tari melihat wajah Han cemas, pasti Ibu marah padanya....biar saja sekali sekali aku tidak menutupinya... Maafkan aku Mas.
"Maaf Bu....tadi malem gak bisa tidur,Raja rewel, "Han cari alasan padahal dia tidak sedikitpun menyentuh Raja hatinya masih belum bisa nerima Raja. Hanya kata maaf yang berulangkali di ucapkannya ,Ibu terus meminta Han menjadi lelaki yang baik lelaki yang bertanggungjawab pada keluarganya."Gi...mana Han usahamu?"Pak Arya setengah terbata menanyai Han.
"Alhamdulillah lancar...Ayah jangan kuatir, konsent pada terapi agar Ayah bisa pulih seperti sediakala ya!"
Pak Arya mendengar Han seperti menghindari pertanyaannya.
"Han...ju...jur...sama...A...yah."
"Ya...Yah....semua baik kok."Pak Iman segera mendekati tuannya, di usap punggungnya agar tenang.
"Memang ada sedikit kendala tapi semua sudah terselesaikan."
Pak Arya melihat kebohongan di mata Han dia tahu jika Han bohong karena dia Ayahnya, Han tidak memandang wajahnya jika dia menyembunyikan sesuatu."Assalamualaikum!Han....gawat Han ada pekerja gudang jatuh dari....!"suara Damar terdengar dari luar,tidak biasanya dia ke sini biasanya dia telpon dulu ada apa... Mati aku ada Ayah di sini.
"Han....maaf...lagi kumpul ya."Damar terkejut di ruang tengah keluarga Han sedang berkumpul.
"Ada apa Mar?"Tarji mendekati Damar ,setengah berbisik dia minta untuk merahasiakan jika itu kabar buruk ada Pak Arya di sini dia sedang sakit.
"Tunggu...katakan ada apa?"Bu Santini ikut bicara.
"Tidak....hanya ada pekerja yang pengin ketemu sama Han."Damar mengubah kata katanya.
"Jatuh tadi kamu bilang itu...gudang apa maksudnya jangan bohong!"
Damar melihat Tarji dan Han, tapi tatapan Pak Arya dan Bu Santini membuatnya tak enak .
"Pekerja di gudang baru jatuh, ada beberapa pekerja yang ikut tertimpa di bawahnya."
"Apaaa....terus gimana!"Han segera berdiri mendekati Damar.
"Sekarang di bawa ke rumah sakit, kamu harus ke sana mereka minta kamu bertanggungjawab biaya perawatannya,"
"Berangkat Han!"Pak Arya tegas, dia tahu itu tanggungjawab Han sebagai pemilik,tapi Han bingung dia tidak punya uang untuk itu, ah....yang penting ke sana dulu daripada repot menjawab pertanyaan Ayah dan Ibunya.
Pak Arya ingin tahu banyak, Tarji pasti tahu gudang baru apa maksudnya, apa Han membangun gudang baru... Syukurlah berarti usahanya berkembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...