Pesan Bapak Riri

36 4 0
                                    

Percakapan hangat tercipta di antara mereka.Beberapa pertanyaan yang di benaknya terjawab sudah,kenapa Riri sampai sejauh itu menimba ilmunya. Cita-citanya menjadi perawat dan sekolah itu hanya ada di kota di SMAnya,tetapi gagal karena waktu untuk pendaftaran hampir tutup untuk efektif waktu jadi Riri bersekolah di SMA.

Riri terbiasa mandiri, menjadi seorang kakak dari 5 adiknya membuatnya sebagai pribadi yang lebih dewasa.Rajin membantu setiap pekerjaan rumah, tidak pernah pilih apa itu berat atau ringan baginya membuat orang lain senang itu juga akan membuatnya bahagia .

Di desa ini tidak di kenal apa itu hp,beberapa orang saja yang punya karena berhubungan dengan usahanya juragan sayur yang menjadi pengepul sayur untuk di kirim ke kota.Penerangan di desa ini sudah ada,di gunakan secara hemat lampu jalanpun di pasang di tempat yang ramai orang saja, penduduk sudah terbiasa dengan hal itu mereka tahu pasokan listrik di desa kurang jadi berhemat itulah yang di lakukan. Ada sebagian yang membuat penerangan dari biji jarak atau minyak kelapa untuk memenuhi kebutuhan penerangan di malam hari.Untuk berkirim kabar ada tukang pos yang setia mengirimkan surat di desa ini,Transportasi yang paling banyak sepeda ,ada beberapa orang yang menjadi ojek sepeda motor untuk mengantar ke tempat jauh juga mobil pickup bak terbuka untuk akses keluar masuk desa ke pusat kecamatan operasinya sebelum subuh sampai pukul 5 sore.

"Mobil yang di pakai untuk angkut barang itu maksud Bapak?"tanya Deni dengan ragu masak manusia di angkut seperti itu kan tidak ada tempat duduknya?
"Iya....tanpa duduk,yah campur dengan sayur kadang ayam apasaja yang akam di jual ke pasar.,"terangnya seperti tahu jalan pikran kedua lelaki itu.
"Riri juga... Maksud saya Tari?"Anang tak percaya Ririnya menjalani semua itu,sungguh beruntung hidupku berlimpah harta tanpa harus sengsara.
"Semua orang, bukan hanya Tari karena memang itu yang ada di sini,"
"Bisa Bapak bicara denganmu?" katanya menepuk bahu Anang, di lihatnya Deni dengan menggelengkan kepalanya,Denipun mengerti meninggalkan mereka berdua menuju kamar untuk tidur mumpung ada waktu istirahat biasanya tidak ada kata tidur siang karena Anang terbiasa memuatnya repot di setiap harinya.
"Tari sudah cerita semua, terima kasih banyak kamu sudah menjaganya dengan sangat baik,dia mutiara keluarga ini jadilah teman selalu untuknya jagalah dia ya!"ucapnya dengan berkaca-kaca mengelus kedua bahunya.Anang dengan pasti menggenggam kedua tangannya.Bukan hanya teman Pak kuinginkan putrimu dampingiku sampai akhir hayatku batin Anang.
" Pasti Pak Anang janji!"Merekapun berpelukan seperti seorang anak dan ayah, Tari yang melihatnya dari dalam sambil membawa pisang goreng hangat. Apa yang di bicarakan Bapak sampai meluk seperti itu.
" Ini Pak ....Mas ....Tari baru membuatnya mumpung hangat, Mas Deni mana?"
"Tidur di kamar!" jawab Anang.
Bapak berdiri mungkin mau istirahat karena biasanya setelah sholat asyar akan kembali ke kebun lagi.
" Lanjutkan ngobrolnya ,Bapak ke dalam dulu!" katanya berlalu. Syukurlah dalam hati Anang ini kesempatannya untuk bicara dengan Riri. Tari duduk di kursi tempat duduk Bapak. Tiba-tiba tiba Anang bersimpuh di depannya,di pandanginya Riri dengan penuh perasaan.Tari kaget tapi berusaha tenang, ini di teras takut ada orang lewat di kira apa-apa lagi tapi Anang hanya bersimpuh dengan menggenggam kedua tangannya " sendiri.
"Ri....maafkan Mas ya sudah buat kamu marah,kamu tahu kan Mas tak akan melakukan hal bodoh karena aku tahu kamu tidak suka sungguh itu di luar kendaliku melihatmu siuman membuatku sungguh bahagia aku takut kehilanganmu...maaf!" sorot matanya tulus.Taripun menggodanya,ingin tahu sampai di mana keseriusannya minta maaf.
" Apaan Mas cari kesempatan memangnya,huh!" wajahnya tampak kecewa aku tahu kamu reflek karena selama ini kamu sudah begitu setia menjagaku meski kita sering bersama dekat satu sama lain tetap menjagaku tanpa menjamahku.
" Ri...apa kamu gak percaya sama aku tolongggh...maafkan aku,"pintanya menatap Tari dengan sorotan tajam yang membuat gadis akan bertekuk lutut tapi tidak dengan Tari berhati batu.
"Tapi janji...tidak di ulang lagi,awassss!" katanya sambil mau nonjok wajahnya, lebih dekat lagi Ri biar kurasakan tonjokkanmu meski sakit wajahku yang penting tanganmu ada di wajahku.
" Heiii... ngarep di tonjok ya!" sepertinya Riri tahu jalan pikiranku hahhhh.
" Makasih,kamu memang baik hati," katanya tetap dalam posisi bersimpuh.
" Sudahlah,jangan bersimpuh begitu di lihat orang gak enak ,"dipegangnya kedua bahu Anang membuat dada Anang berdetak tak karuan Ri...kamu memegangku... kamu tahu itu membuatku ingin memelukmu,Ya Allah jaga semua ini jagalah aku tak ingin menjamahnya sampai waktunya tiba.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang