Sita datang ke rumah

16 2 0
                                    

Pak Arya mencari tahu tentang Dewi, dia kurang yakin akan pengakuannya.Pak Arya tidak ingin Tari tersakiti,bagaimanapun dialah yang memintanya untuk menikah dengan putranya, Pak Arya merasa bersalah jika Tari terluka hati.
"Terserah gimana caramu, temukan dia cari bukti kuat bukan Han yang membuatnya hamil!"perintahnya pada Tarji putra Pak Iman.
"Siap, Pak....saya usahakan! "Tarji sangat menghormati tuannya, Pak Arya juga menyayanginya, mulai kecil semua biaya sekolah Pak Arya hingga dia lulus kuliah.Pak Arya menawari memegang usaha sendiri, Tarji menolak merasa belum mampu dia ingin belajar banyak dari tuannya, meski itu usaha warisan orang tua berkat kegigihan usahanya berkembang pesat suplai beras dan cairan tebu dari perusahaannya sudah menyebar ke mana mana,selain gigih Pak Arya sangat dermawan banyak pekerjanya yang menjadi anak asuhnya di setiap tempat usahanya mempunyai orang kepercayaan, sekarang Pak Arya tinggal mengawasi usahanya itu,dia berharap Han bisa meneruskannya meski hati kecilnya ragu Han orang yang royal mudah mengeluarkan uang hanya untuk bersenang senang.

Hari Minggu tiba,suasana rumah Han ramai Pak Arya dan istrinya selalu mengunjunginya.Pak Iman dan Bik Tini kadang ikut untuk sekedar melepas kangennya pada Han, Han adalah putra tuannya tapi sejak bayi mereka merawatnya, meskipun Han tidak bersikap seperti putranya mereka selalu rindu bila lama tak ketemu.
"Assalamualaikum Han gimana sehat Nak?"Pak Iman merangkulnya dengan kasih sayang. Han hanya menganggguk dan bergantian mencium dan memeluk orang tuanya.
"Wa alaikumsalam Alhamdulillah sehat Mang...Mang Iman sehat kan, Bapak... Ibu...Bibik.... Sehat kan?"Tari menjawab salamnya dengan ramah menanyakan kabar mereka.Mereka saling tegur menyapa seakan lama tidak ketemu padahal setiap minggu mereka ketemu Tari entah mengapa melihat Tari itu keinginan mereka tiap saat.
"Nak...ayo ikut Ibu jalan jalan, Ibu janji kan kita beli pakaian syar'i mumpung semua di sini kita berangkat! "Ibu Santini bicara pada Tari.
"Yahhhh....di tinggal! "Pak Arya memandang istrinya.
"Ayok...ikut sekalian!"
"Males Bu....!"Han menjawabnya,dia meninggalkan mereka diam diam, Pak Arya yang memperhatikan segera menahannya.
"Hannnnn....antar Ibu dan istrimu!Bik Tini yang masak,jangan lama lama ya Bu kita makan siang bersama! "Han gusar dia tidak bisa menolaknya.
Tari dan Ibu bersiap,Pak Arya mengajak Pak Iman main catur.
Pak Iman tertawa melihat wajah Han, dia merasa heran Han tidak senang dengan tugas itu.

Sepanjang perjalanan Ibu banyak bercerita tentang kota ini.
"Ibu sering melewati jalan ini dengan jalan kaki."
"Oh...iya .Ibu lahir di sini?"
"Ya...lahir dan di besarkan di sini.Kakek dan nenek pedagang di pasar,bangun pagi itu menjadi kebiasan kami. Hidup kami dulu sengsara, sulit ekonomi Ibu terbiasa hidup kekurangan, tapi kakek pekerja keras hingga akhirnya bisa membuka usaha sendiri..."Ibu mengenang masa kecilnya.
"Tapi kenapa tidak seperti itu.."
"Apa !Aku maksudmu...itu dulu jamannnya beda sekarang!"Han tahu maksud Tari.
"Jaman boleh beda Han, tapi perilaku baik itu harus di tiru...nenek yang sudah memanjakannya, nenek bilang kasihan Han tidak akan kubiarkan seperti kamu yang sulit masa kecilnya biar Han menikmatinya...begitu kata nenek jadi Han...."
"Kenapa Ibu menjelekkan aku! "Han tidak suka Ibunya bercerita pada Tari.
Han teringat neneknya,nenek yang sudah memanjakanya yang memberi kesenangan apapun padanya,nenek juga yang sudah mengatur hidupnya termasuk pernikahannya.
"Stop...Han, setelah parkir susul kami ya!"Ibu menggandeng Tari,pasar yang di bilang Ibu mirip sebuah Mall mungkin ini pasar modern hemmm Ibu gaul juga.
"Ibu sering ke sini?"
" Ya...dulu. Sekedar jalan jalan atau mampir makan di resto jawa yang masakannya mirip dengan masakanmu.Nanti kita mampir tapi beli minum saja, kita makan siang bersama di rumah."

Setelah berbelanja beberapa lama Ibu mengajak mampir ke resto .Drrtt... telpon...dari Han kenapa menelponku.
"Ya...Han...Ibu sudah selesai... Di resto ya di tunggu Ibu!"Ibu masih tidak mengerti Han tidak menelpon istrinya.
"Kamu tidak bawa hp,Nak?"
"Saya tidak punya Bu."
Astagfirullah keterlaluan Han,bagaimana bisa membiarkan istrinya seperti itu hp adalah sarana komunikasi berarti selama ini Tari tidak pernah menghubungi keluarganya Ya Allah tega kamu Han!
"Han...kamu terlalu!"Ibu langsung marah ketika Han datang.
"Belum duduk.. Ibu kenapa marah marah..!"Han melambai pada pelayan di sana untuk memesan kopi kapucinno kesukaannya.
"Nah..kan pesan saja sendiri!"Ibu heran melihat Han apa seperti ini dia bersikap. Ibu memesan minumannya dan untuk Tari.
"Jawab Ibu!Kenapa kau biarkan istrimu tidak punya hp?"
"Dia tidak minta!"
"Berarti kamu juga tidak pernah mengajaknya pulang? "
"Dia juga tidak minta!"
"Han...tega kamu, Ibu ini mertuanya saja kangen makanya kenapa tiap Minggu Ibu sempatkan ke rumahmu,apalagi dia Ibu kandungnya setelah kehilangan suaminya pasti butuh tempat untuk berbagi.. Terlalu....besok kita ke sana!"Ibu terlihat marah,Tari bahagia rasa rindu pada Ibu dan adik adiknya hanya di tahan saja hanya Allah yang menjadi tempat berbagi bagaimana Han memperlakukannya melukai hati dan perasaannya dan dia sudah berjanji akan menyimpannya sendiri.
"Kamu juga Nak kenapa tidak minta!"
"Mas Han sibuk Bu, kasihan."belanya,baguslah kamu membelaku.
"Han...kamu sudah dewasa berubahlah sebentar lagi mungkin Allah memberimu anak belajarlah betanggung jawab Nak!"Ibu masih kecewa,Han melihat Tari dengan kebencian gara gara dia Ibu marah padanya.
"Bu...sudahlah Tari gak papa, saya yang salah tidak bilang! "
"Belikan istrimu hp,biar mudah komunikasi ..."Tari memegang tangan Ibu supaya tenang.
Han menatapnya penuh kebencian.

Sementara itu Pak Arya masih asyik bermain catur di ruang tengah,tiba tiba datang seorang wanita berpakaian seksi langsung masuk menghampiri mereka,parasnya terbilang cantik berkulit sawo matang tapi cara berpakaiannya membuat Pak Arya tidak suka.
"Ke mana Han...kalian siapa?"
Apalagi ini apa temannya Han, seperti inikah teman wanitanya selama ini?
Tapi setelah beberapa saat melihatnya Pak Arya ingat bukankah ini wanita yang di cium Han waktu itu Astagfirullah benar..dia...kenapa dia ke sini?
"Han....tidak di sini ini rumahku ada urusan dengan Han?"Pak Arya berusaha mencari tahu.Pak Iman sebenarnya tahu dia adalah Sita pacar Han sebelum dengan Dewi karena Sita terlalu agresif selalu meminta di nikahi Han...Hanpun meninggalkanya.
"Kalian siapa?"
"Aku pembeli rumahnya."Jawab Pak Arya melihat Pak Iman untuk diam.
"Oh...!"Sita duduk ,setengah memerintah pada Pak Arya.
"Kamu bohong..ambilkan aku minum,pasti kamu pembantunya kan?"Pak Iman ingin menariknya keluar tapi di tahan Pak Arya.Pak Iman ke dalam untuk ambil minum dia tahu persis Sita suka es jeruk karena Pak Iman dulu sering mengantarnya.
"Kenapa tidak telpon Han langsung bisa tanya?"
"Aku buat suprise untuknya,kepo banget sih!"katanya sambil melihat lelaki di depannya,Pak Arya risih melihat tingkahnya bagaimana Han bisa berteman dengannya.
Untung bukan dia menantunya tidak sopan. Pak Iman membawa minuman.
"Nah...begitu ada tamu ya di layani.. Kok tahu minuman kesukaanku?"tanya nya pada Pak Iman.Pak Iman hanya mengangguk,apa dia pura pura tidak ingat padaku atau dia mabuk?
"Aku mau nikah dengan Han!"teriaknya tiba tiba.Pak Arya hampir saja menamparnya jika Pak Iman tidak menahannya.
"Kelihatannya dia mabuk Pak...biar saya bawa dia keluar atau saya antarkan ke mana begitu?"Pak Arya mengangguk,dia tidak mau istrinya dan Tari tahu.. Aku harus buat perhitungan dengan Han, Dewi belum selesai belum dapat bukti kini ada lagi wanita lainnya Tari maafkan Bapak Nak hatinya benar benar sedih,meski dia belum tahu apa hubungan wanita itu dengan putranya.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang