Lima hari di rawat di rumah sakit, Han hanya menelpon Tari, tidak menanyakan kabar tapi menanyakan kapan pulang, gak enak di rumah sendiri.Tari meneteskan air matanya, harapannya pupus Raja seakan anak yatim yang tidak punya Ayah, lebih parah lagi mungkin Ayahnya ada di dekatnya tapi menganggapnya tidak ada!
"Alhamdulillah...hari ini Raja boleh pulang Mbak.Semua sudah ku selesaikan. "
"Makasih Ji...Bulik tolong bawakan tas itu! "Bulik mengambil tas yang di tunjukkan Tari.
Mereka terlihat lega,Tari menyembunyikan gundah hatinya Han tidak mau membayar biaya rumah sakit Raja,dia sempat kawatir dari mana dia bayar dia tidak punya uang sebanyak itu.Untung Tarji seperti mengerti kesulitannya, di selesaikan administrasi rumah sakit tanpa di mintanya.Sehari dari kepulangannya,Pak Arya dan yang lain bersamaan datang ke rumah.
Pak Arya menangis memangku cucu kesayangannya itu,Ibu Tari dan adik adiknya bergantian menggendongnya.
Suasana rumah sangatlah ramai,Tarji yang mengatur pertemuan itu dia ingin melihat bahagia di wajahnya dengan kehadiran orang yang menyayanginya, dia ingin Tari berpikir bahwa masih banyak yang peduli padanya dan Raja, itu yang ingin di tanamkan pada Tari agar kuat menanggung semua luka hatinya.
"Hem....ponakan ante tambah imut aja...hih....gemes! "Ara selalu berceloteh mengajaknya bercanda.
"Mbak....ada bekas apa di tangannya Raja?"setengah berbisik Ara langsung tau ada yang di sembunyikan kakaknya.
Tarji perlahan berbisik, minta Ara memberikan Raja pada Budhenya,Ara menolak tapi Tarji meyakinkannya untuk ikut dengannya."Jangan katakan apa apa!"
"Maksudnya?"
"Raja baru pulang dari rumah sakit kemarin. "Tarji setengah berbisik, di letakkan satu jarinya di mulutnya tanda Ara jangan berisik.Ara shock, diapun terduduk... Raja dari rumah sakit tapi kakaknya tidak mengabarinya kenapa?
"Dia tidak ingin merepotkan kalian, pastinya tidak ingin membuat kalian semua sedih. Jaga rahasia ini dari siapapun terutama Pak Arya... Paham maksudku!" Ara mengangguk, dia berusaha memahaminya.
"Siapa yang mendampinginya selama itu?Ya Allah...Mbak....aku bisa kok jaga rahasia pasti sulit untukmu Mbak,maafkan aku!"Ingin rasanya Ara berlari dan memeluknya, tapi itu tidak mungkin mereka pasti heran kenapa aku seperti itu.
"Sudahlah...yang penting Raja sudah kembali pulang. Tolong!"
Ara mengangguk melihat kepergian Tarji dengan rasa tak percayanya.
"Mas....tunggu!"
"Hemmm....ada apa?"
"Selanjutnya, tolong hubungi aku jika berhubungan dengan keduanya meskipun Mbak melarangnya aku berhak tahu dan kewajibanku menjaganya kumohon!"Tarji terharu melihat Ara memohon seperti itu,diapun memberikan jempolnya, Ara lega melihatnya."Assalamualaikum!"Han pulang, heran rumahnya sangat ramai ada apa ya,bukankah Raja sudah sehat, tapi mereka terlihat bahagia dan Raja sedang di kerubuti seperti madu.
"Wa alaikumsalam....Nah ini dia,hem...Ayah aku kangen sama Ayah...gendong aku Yah...cuci tangan sana! "entah mengapa Ara begitu saja lepas kontrol mengucapkannya.Tari sedikit cemas, dia mencium punggung tangannya mengambil tas yang di bawa Han.Mau tak mau Han menyalami semua yang di sana, tak lupa di peluk Ayah dan Ibunya.
"Sudah sana...bersihkan tubuhmu, gendong putramu kita makan bareng! "Ibu memberinya perintah.
Han menuju kamarnya dengan penuh tanya, siapa yang mengajak mereka ke sini, jangan jangan mereka tahu dia tidak membawa Raja ke rumah sakit, tapi Ayah dan yang lain terlihat bahagia?
"Siapa suruh mereka ke sini?"
"Datang sendiri Mas!"Tari berkata dan meletakkan tas, memberikan pakaian ganti untuk Han.
"Bohong!"Di pegang wajahnya, di tatap mata Tari dengan tajam.
"Deni Allah, mereka datang sendiri!"
"Awas bohong! "di dorong tubuhnya seperti biasanya, Tari hanya bisa menghela nafas... Kata istigfar terus di ucapkannya."Assalamualaikum!"suara seseorang.
"Wa alaikumsalam!"semua menjawab dan menoleh ke arah pintu.Deni Saputra datang, adakah hal penting,Tarji tahu Deni terobsesi pada Tari karena dia sendiri yang bilang, istri tuanmu cantik.. Kalau Han tidak mau bilang sama aku, apa Han tidak salah wanita, bukan seperti itu kan tipenya!
Waktu itu ingin di tonjoknya orang di depannya, tapi itu tak mungkin juga karena dia bukan siapa siapanya Tari, dia hanya karyawan Han. Dari kata katanya Tarji membuat jarak antara Deni dan Tari, sering Deni mengancam menghentikan kerjasamanya bila tidak Tari yang bicara dengannya.
"Selamat Pak Arya...atas cucumu!Aku saja belum punya sampai sekarang... Selamat jadi kakek ya!"
Pak Arya tersenyum,mengangkat tangan kirinya dan menyilakan Deni duduk.
"Lagi kumpul ya...kebetulan . Ada syukuran di sini kok ramai sekali?"
"Tidak...hanya kangen sama Raja."jawab Tarji,dia terus mengawasi Deni, matanya melirik ke sana sini dia pasti mencari Tari... Dasar.
"Pak Deni tumben ke sini?"Tarji mengajaknya duduk di ruang depan, sambil mendorong kursi roda Pak Arya,semoga Deni tidak buat masalah.
"Han mana... Tari juga kok gak kelihatan?"Modus...pura pura tanya Han... Hanya Tari yang kau inginkan huh,Tarji mulai jengkel.
"Hai...Den!" tiba tiba Han sudah ada di ruang tamu,Tarji lega Tari tidak muncul bersama Han.
"Ingin lihat putramu...aku iri padamu!"
"Kenapa?"
"Baru setahun menikah sudah punya momongan, aku...bertahun tahun belum.Istrimu hebat di ranjang pastinya Han..ha...ha...ha...!"dengan lugasnya dia berkata.Deg....dada Tarji sesak rasanya. Han terlihat terkejut mendengar kata kata Deni.
"Hanya itu tujuanmu, ada yang lainnya?"Han ingin mengusirnya segera dari sini,tapi itu tak mungkin dia adalah rekan bisnisnya.
"Han...pasokan beras darimu kurang, kenapa. Atau aku harus pindah ke orang lain?"
"Maaf Den,itu karena beberapa gudangku terbakar.Tapi yakinlah semua akan baik baik saja."Pak Arya berubah wajahnya ada kecemasan di sana mendengar kata kata Deni,Tarji segera mendekatinya di usap punggungnya untuk memberinya ketenangan hati.
"Beri waktu sebulan ini!"Han memastikan permintaan Deni.
"Ok...sebulan kalau kamu tidak bisa, putus kerjasama kita seperti kesepakatan awal!"
"Ok!"Han tegas untuk meyakinkan Deni.
"Oh... Ya kabar gudangmu itu gimana, sudah di bangun kembali atau mungkin akan kau jual?"sial dia sengaja memancingku,Ayah ada di sini aku harus bisa membuatnya tenang.
"Sudah di bangun...tenang saja!"di lirik Ayahnya dengan cemas,bagaimanapun Han tidak tega melihatnya seperti itu. Han lega Ayahnya terlihat tidak terpengaruh mendengarkan kata kata Deni.Setelah saling bercerita Deni pamitan, tapi dia ingin melihat Raja sebelum pulang, alasan yang di buat ingin segera punya momongan laki laki seperti Han.Mau tak mau Han akan memanggil Tari untuk membawa Raja,tapi sigap Tarji mendahului Han.
"Biar aku yang membawa Raja!" Han mengiyakan,di lihat wajah Deni kecewa.
Sialan mereka sengaja melarangku melihat Tari, awas kau.
"Ini untuk Tari...eh.. Maksudku putramu, aku tidak tahu hadiah apa yang pantas untuk putra seorang Tari dan Han... Tolong terima! "
"Gak...usah Den!"di tolak amplop putih pemberiannya.
Deni tak kehabisan akal, di selipkan amplop itu di balik baju Raja,kau sangat tampan Nak...cantik seperti Ibumu...di ciumnya Raja beberapa saat.. Bayangan Tari ada di sana.Di ruang tengah masih ramai ketika Raja di gendong Tarji,Ara heran melihatnya kenapa Tarji bukan Han, dia kan ayahnya.
"Aduh...om Aji...Raja...mau di gendong Ayah Han...aku mau Ayah gendong aku..!"mimik wajah Ara terlihat lucu, sehingga semua tertawa, Tari cemas melihat Han.Tarji perlahan menyerahkan Raja pada Han.
"Hemmmm.....ini...Ayahmu sayang, ikutlah dengannya...maafkan om Aji ya...sini Yah endong aku...!"Tarji ikut ikutan memasang mimik yang menggemaskan membuat semua tertawa, Han merasa terdesak. Tari tidak ingin Han marah, perlahan di terimanya Raja dengan kedua tangannya.
"Sini...sama Bunda saja ya...Bunda selalu kangen sama kamu sayang.." Han lega Tari menyelamatkannya, dia tidak ingin menggendongnya.
Ara dan Tarji saling berceloteh.
"Ah...Unda....gak seru.. Raja mau Ayah!"
"He...eh...Unda culang...Aja maunya Ayah Han...!"
Wajah mereka sangat menggemaskan, membuat yang di sana terbuai dalam bahagia,andai setiap hari seperti ini Ya Allah...Han berubahlah, jerit Tari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...