Tari memberi kabar pada keluarganya jika dia hamil,antara senang dan tidak Ara memberi ucapan selamat untuk kakaknya,dia tahu persis bagaimana kakaknya di perlakukan buruk oleh Han, sikap tak bersahabatnya sikap diamnya jelas dia tidak suka pada kakaknya.
"Mas....Mbak Tari gadis yang sangat baik tolong jaga dan lindungi dia untuk kami ya,"Ara sengaja menemui Han ketika di rumahnya.
"Apa peduliku...itu bukan urusanmu!"Han menghardik Ara,Han terlihat tidak suka Ara memberinya perintah.
"Mas tau...banyak lelaki pecintanya,tapi Mas beruntung... Maslah yang menjadi jodohnya kumohon sayangi kakakku ya."Ara tetap meminta meski Han menolaknya.Han berlalu begitu saja, tanpa kata .
Dari percakapan itu Ara tahu Han tidak mencintai kakaknya, kakaknya menikah hanya untuk membantu keluarganya itu sakit untuk Ara,tapi Ara tidak ingin yang lain tahu hal itu."Alhamdulillah selamat ya Mbak,semoga jadi anak soleh jika laki laki soleha jika perempuan.. Pinter,baik ...sabar dan rupawan seperti ibunya.. Aamiin!"jawab Ara dari telepon,Ibunya yang ada di samping Ara ikut bersyukur putrinya di beri amanah semoga keduanya selalu di lindungi Allah.
"Makasih ya dek atas doanya!"
"Boleh aku main Mbak..aku kangen adik adik juga! "
"Boleh"Tari menjawab meski hatinya ragu, Han pernah bilang keluarganya gak usah ke rumah bikin ruwet saja begitulah Han.Tapi Tari tak sampai hati mengatakannya pada Ara,apa nanti yang dipikirkan mereka jika mereka tahu Han melarang mereka datang."Assalamualaikum...siang Yah!"Tari minta ijin Pak Arya agar keluarganya di ijinkan datang ke rumahnya.
"Wa alaikumsalam Nak...apakabar kamu sehat kan gimana cucu Ayah..sehat juga kan.Ingat jaga dia,boleh bekerja tapi jangan lupa istirahat saja Tarji akan membantumu lagian Han sudah tahu kesalahanya dia janji sama Ayah akan lebih hati hati,fokus pada kehamilanmu ya!" panjang lebar Pak Arya mencemaskan keadaanya.
"Alhamdulillah, kami sehat Yah.Tari janji akan menjaganya sepenuh hati...Yah boleh gak Ara dan yang lain sering ke rumah mereka ingin melihatku dan calon ponakannya tumbuh sehat...maaf..."Tari minta bantuan Pak Arya untuk bilang pada Han agar mengijinkan mereka datang.
"Kenapa begitu?"Pak Arya merasa aneh Tari memintanya, apa Han pernah melarangnya.Tapi Pak Arya mengiyakan permintaan menantunya itu.Pak Arya mengabari Han jika keluarga Tari akan sering datang, Tari butuh dekat dengan keluarganya untuk menjaga emosinya karena ibu hamil membutuhkan banyak kasih sayang dan perhatian terutama dari orang terdekatnya,Pak Arya langsung memerintah dia tidak bilang jika Tari memintanya, Han mengiyakan perintah Ayahnya itu meskipun berat hati dia tidak bebas lagi, waktu dengan Tari akan terbagi.
"Han...kamu harus rajin dampingi istrimu ya!Dulu pas Ibumu hamil kamu,tidak pernah lepas dari pandangan Ayah.. Ibumu selalu ingin dekat dengan Ayah...sama istrimupun begitu jadilah suami dan Ayah siaga untuk calon anakmu! "
"Iyaaaaa Ayah,Han tau kok!" Han mengiyakan saja kata Ayahnya, meskipun dia belum berencana ke sana Han belum merasa jadi Ayah untuk calon anaknya dia masih memikirkan dirinya sendiri."Assalamualaikum....Mbak Tariiiiii...!"Ara datang dengan keluarganya,mereka saling berpelukan Bi Darsi yamg melihatnya ikut terharu, mereka sangat menyayangi Tari pastinya ,semoga Han bisa berlaku seperti itu padanya.
"Wa alaikumsalam..."Bi Darsipun ikut menerima kedatangan mereka, adik Tari semua cantik yang laki laki juga tampan,Ibunya meski terbilang berumur masih terlihat awet muda.
"Selamat datang ....semua saya Darsi siap melayani kalian semua." Bi Darsi menundukkan kepalanya. Ibu menolaknya menjabat tangan dan memeluk Bi Darsi dengan hangat, demikianpun yang lain menjabat tangan, mencium punggung tangan Bi Darsi penuh hormat.
"Saya Ara,ini Rega Arda Reni dan Arum Bulik,terima kasih. "Ara sangat sopan mengenalkan adik adiknya.
Suasana hangat menyelimuti keluarga Tari,Tari sangat bersyukur bisa berkumpul dengan keluarganya inilah yang membuatnya bertahan melihat senyum dan tawa mereka. Bi Darsi mengambilkan minum dan makanan kecil untuk mereka,Ara tanpa di minta sudah ada di belakangnya.
" Sini Bulik Ara bantu bawa!"
"Sudah...biar Bibi saja... Sana... Kamu kangen kan sama kakakmu, Bibi terbiasa ini tugas Bibi. "Ara tidak mengindahkannya dengan tersenyum dia tetap mengambil alih nampan yang di bawa Bi Darsi,mereka benar benar anak yang sangat ramah andainya putriku masih ada pasti seusia dia.
"Assalamualaikum!"Han datang, semua menoleh padanya.
"Wa alaikumsalam...Alhamdulillah sudah pulang Mas.Mere...!"Tari mencium tangannya.,Han menerimanya.
"Aku sudah tahu kemarin Ayah memberitahuku,kamu yang minta kan!"setengah berbisik di telinganya,semoga dia tidak marah batin Tari.
Han menyalami Ibu Tari.
"Kapan datang, Bu?"tanyanya basa basi,Han duduk dan memandangi mereka semua.
"Tadi siang Mas...maaf kami kangen pada Mbak Tari, kami ingin segera melihatnya ,Mas apa kabar?"Ara memberi isyarat pada adiknya untuk bersalaman.Han menerima jabat tangan mereka, Tari lega semoga ini awal yang baik.
"Oh...aku ke kamar dulu!" Han melihat pada Tari.Dengan patuh Tari mengikutinya ke atas.Ara dan yamg lain terdiam,melihat kepergian kakaknya.
" Hayooo....di makan, di habiskan makanannya..!"Bi Darsi memecah kesunyian mereka.
Dan merekapun saling bercanda, Bi Darsi ingin merekapun bahagia tidak ingin melihatnya sedih, terlihat jelas Han tidak suka kehadirannya."Kamu kan yang minta mereka datang?"pandangan matanya jelas kecewa,Tari tidak patuh padanya dia sudah melarangnya datang.
"Mereka hanya ingin berbahagia atas kehamilanku...kumohon jangan marah! "setulus hati Tari bersimpuh memohon pada Han.
"Jangan lupa tugasmu!"di pegang wajah Tari di tatapnya dengan tajam wajah istrinya,Tari memberanikan diri mencium pipinya.Dia selalu takut jika itu akan membuat Han marah.
Han sering bilang jangan mulai dulu,pernah dia melakukannya sekedar menciumnya di saat Han tertidur Han marah dan mendorongnya.
Han terdiam menikmati ciuman istrinya,Tari berlalu pamit setelah itu.Hem dia sangat lembut, batin Han manis kalau sedang meminta padanya.Han merebahkan tubuhnya,teringat kata kata ayahnya ibu hamil akan minta perhatian lebih ayahnya dan Han adalah ayah dari bayi itu artinya aku harus menjaganya, dia darah dagingku.Dia sangat baik tetapi entah kenapa aku senang jika dia menangis dan kesakitan, aku merasa puas apa ini salah ...apa aku jahat padanya... apa ada yang salah denganku... ahhhh.Han mengambil wudhu untuk sholat Asyar,dia jadi sering sholat semenjak Tari memintanya meski kadang dia meninggalkannya.Menjadi rutinitas Ara dan keluarga mengunjungi Tari bergantian dengan Pak Arya, mereka benar benar memberi perhatian penuh pada Tari semua menyayanginya,meski urusan ranjang Han tidak bisa menguranginya sikap kasarnya agak sedikit berkurang, itu membuat Tari banyak berharap suaminya bisa mencintainya seutuhnya meskipun dia juga ragu.
"Mas..besok periksa yang terakhir Mas bisa antar aku kan?"
"Bisa kan di antar Ibu atau Ara mungkin?"Han tidak pernah mengantar periksa kehamilannya ada saja alasannya, Tari menutupinya dari Pak Arya jika di tanya di jawabnya sudah di antar,padahal dia selalu di dampingi Ara dan Pak Iman yang mengantarnya.Untuk kali ini Tari ingin sekali saja Han tau kondisinya.
"Tolong Mas...sekali ini!"Tari bersimpuh dan mencium tangannya,dengan perut yang semakin membesar tentu sulit untuknya namun Tari melakukannya.Han melihat istrinya,akhirnya diapun iba.
"Ya.. Aku antar..bangun!"Karena perutnya Tari sulit untuk bangun dan dia terjungkal.
"Astagfirullah...!"Tari berusaha bangun,Han menolongnya.
"Makanya gak usah sok kuat.. Perut besar gitu bersimpuh jangan di ulangi!"
"Makasih Ayah!"Tari mencium kedua pipinya dengan lembut,Han memegang wajahnya dalam dalam.
"Mas...sholat dulu!"Tari mengingatkan Han, meskipun hamil hasrat pada istrinya tidak berkurang sedikitpun.
Han mencium bibir istrinya beberapa saat sebagai gantinya.Awas kau nanti batin Han terbayang kesenangannya.Tari tersenyum melihat semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomansaAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...