Malam sebelum Tari memutuskan pulang, dia bermimpi di peluk oleh Bapaknya,dengan erat sekali tanpa suara,Taripun menangis sembari minta maaf karena tidak memberi kabar tentang kelulusannya, biasa dia berkirim surat,karena dia tidak punya hp, pernah Anang memberinya masih di segel tapi dia menolak, terlalu banyak dia berhutang pada bosnya itu jadi dia menolak, aku beli sendiri kalau sudah cukup uang.Dia terbangun di tengah malam, karena habis kecelakaan Tari libur seminggu, tiba-tiba ada rasa bersalah pada keluarganya, selama ini orang tuanya sudah susah payah menyekolahkannya meskipun, Tari pun memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memberi les privat pada adik teman-temannya,berapapun yang dikirim orang tuanya dia bersyukur masih dikirim uang,adiknya yang banyak juga butuh biaya untuk sekolahnya.Jadi malam itu di putuskannya dia pulang.Sebelum pulang sengaja dia mampir ke sekolahnya berharap ijasah sudah bisa di ambilnya, ia punya uang yang lebih untuk ongkos dan memberi ke orang tuanya, tips dari rekan kerja Anang di kumpulkannya dengan rapi,meskipun dulunya dia tidak tahu untuk apa uang itu,karena masih tertutup dendam.Selama ikut Anang sepeserpun belum pernah dia mengeluarkan uang untuk biaya hidupnya,Anang sudah mencukupinya, gajinya yang baru satu bulanpun tidak di mintanya,meskipun di tawari Anang,besok kalau butuh, jawabnya.
"Assalamu'alaikum,Pak?" di ciumnya punggung tangan guru-guru yang ada di ruang TU mereka terkejut melihat Tari dengan bekas luka,sebelum ada yang tanya Tari dengan sopan, menjawab apa yang di pikiran gurunta itu.
"Keserempet mobil, Pak , Alhamdulillah, tinggal pulihkan saja,kok!" katanya duduk di kursi tamu di ruangan itu,Tari adalah primadona di SMA ini,selain cantik,cerdas, dia juga baik hati satu lagi ,gadis tak punya hati, banyak yang suka, tapi tak satupun yang di terimanya,sungguh unik.
"Kuliah di mana, Tar?" tanya Pak Rudi guru matematikanya.
" Kan kamu ikut PMDK,semuanya lolos sepertinya,pilih yang mana?" dengan sedih dia menggeleng.
" Gak saya ambil, saya mau kerja saja, adik saya banyak, mereka juga butuh biaya, Pak," dia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
" Semoga di kabulkan semua cita-citamu,kamu anak yang berbakti, pasti Allah selalu memberimu yang terbaik, "
" Aamiin....!" jawabnya.Perjalanan pulang ke rumahnya hampir 8 jam,kadang lebih kalau dapat bis malam antar kota satu jurusan akan cepat, dari terminal kota ke terminal kotanya,di lanjutkannya naik minibus yang butut karena asapnya yang luar biasa, di lanjutkan baik mobil pick up terbuka, kalau ada kalau tidak karena terlalu sore, Tari biasanya ngojek,Alhamdulillah aman jadi meskipun malam Tari tidak kuatir,Tari membayangkan keluarganya akan senang, melihatnya tiba-tiba tiba datang.
Terbayang kelakuan Anang padanya saat di rumah sakit, ungkapan cinta Anang membuatnya menangis karena dia tahu tak bisa membalasnya, entah karena apa, sebaik apapun setampan apapun setengah mati membuat Tari bahagia, tak pernah dia merasakan desiran di hatinya, dia memang nyaman, sayang itu ada,tapi bukan untuk bersama, itu yang di takutkan ketika Anang melindunginya, memberi semua fasili
tas hidupnya, rasa cemburunya, dia tahu Anang sudah jatuh hati padanya, mungkin akulah gadis terbodoh di dunia,kurang apa coba Anang tampang keren, baik hati,se iman, mau ngalah, di atas sempurna, Anang pun terlalu menjaganya, tidak pernah dia memakai kesempatan dalam kesempitan karena tiap hari mereka berada dalam satu ruang, satu mobil,satu kamar bahkan, sekalipun tidak pernah macam- macam, yah baru di rumah sakit itu, dia menerima pelukan dan ciuman dari seorang laki-laki."Assalamu'alaikum!" menjelang magrib Tari tiba di rumah, rumah yang sudah membuatnya tumbuh lebih dewasa dari usianya, karena di sinilah orang tuanya mendidiknya untuk selalu berbagi dengan 5 adiknya, menjadi pelindung,menjadi contoh untuk mereka, dan Tari berhasil jadi kakak idaman.
"Mbak Tariiii," seperti biasanya mereka akan berebut memeluknya,Alhamdulillah semua sehat, di lihat Bapak sedang duduk di meja dekat jendela dengan mengaji, kebiasaan rutinitas menjelang.magrib. Kucium punggung tangan, kening dan dahinya, kupeluk penuh kerinduan.
" Tariiiii!" suara Ibunya dari dalam rumah,Taripun memeluk Ibunya,di ciumi wajah Ibunya yang masih cantik di usianya yang 50 tahun,putih bersih. Malam itu,mereka tidur di ruang tengah dengan menggelar tikar mendhong, menjawab bergantian pertanyaan .
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...