Berkumpul di rumah utama

26 2 0
                                    

Dengan cepat berita Tari jatuh pingsan jadi berita hangat, semua membicarakannya. Riris yang di telpon Anang sudah bilang jangan bilang siapa siapa tapi ketika terima telpon Riri berada dekat Diah yang bermulut ember jadilah berita itu tersebar tidak seperti yang di inginkan Anang.

" Ris aku ikut ya tengok Tari,semoga tuh wajahnya mengelupas biar jadi nenek renta kan kena air panas hhhhh tidak sekalian matanya yang kena!"
" Diahhhhh!"
" Kenapa, dia sudah rebut Pak Anang dariku!"
" Kamu bilang ngrebut kapan Mas Anang suka sama kamu, sadar hoiiii!" Riris marah mendengar kata kata Diah.Kamu gak sadar itu membuatmu jauh dari semua orang, Diah memang sahabatnya tapi entah kenapa sekarang Riris merasa tidak lagi mengenalnya.
"Sebelum dia datang pasti Pak Anang minta aku kan yang membantumu tapi sekarang kamu juga di abaikan sama dia,kamu gak sadar juga Ris, kamu di depak dari kursimu!"
" Aku malah senang tugasku tambah ringan gak masalah!"
" Kamu di butuhkan saat genting kalau ada dia kamu gak dianggap yang kamu anggap kakak itu hanyalah lelaki bodoh yang gila dan tak tahu diri,aku tahu Tari tidak ada perasaan apapun padanya tetap saja dia mengejarnya apa itu tidak bodoh.. gila parah!"
"Plakkkk..apapun itu kamu tidak berhak mengatai Mas Anang!" di tinggalkannya Diah dengan hati dongkol sudah mengatai kakak sepupunya itu, meskipun benar juga yang di ucapkan tetap saja dia tak bisa terima.

"Assala'mualaikum Mi Tari jatuh pingsan barusan Mas Anang telpon kata Mas Anang belum siuman nanti kalau sudah saya kabari lagi saya akan ke sana! " di kabarinya Mami Shila karena Anang bilang setelah siuman Tari akan di bawa dulu ke rumah utama ia ingin Ibunya lebih dekat dengan pujaan hatinya itu karena ibunya sering memintanya mengajak Tari ke rumah tapi Tari yang gak mau.Mami Shila terdengar cemas dan mendoakan Tari baik baik saja.
" Apa?Di mana dia sekarang!"suara Dewa mengangetkanya ,kenapa dia ada di sini mati aku bisa bisa Mas Anang marah padaku dikiranya aku yang memberi tahunya gimana nih batinnya sangat takut akan melihat kemarahan Anang karena Dewa tahu kondisi Tari aduhhh mati aku.
" Aku ikut,di mana Tari ayok kita ke sana!"
"Maaf jangan ya bisa di cincang sama Mas Anang aku, kumohon jangan ya!"
" Bodo amat itu bukan urusanku! " di tariknya tangan Riris dengan kasar, apaan sih lembut sedikit kenapa Wa kamu lebih ganteng kalau cemas seperti ini sayang bukan aku yang di cemaskannya.
" Gimana bisa dia jatuh pingsan gak becus jaga Tari itu dia bilang cinta ,konyol ! Atau ada seseorang yang sengaja membuatnya jatuh kok sampai jatuh pingsan?" mulutnya terus mengomel dan Riris tetep di gandengnya agar tidak lepas untuk bersama ke tempat Tari di rawat.

Riris memikirkan apa yang harus di katakan dia datang bareng Dewa ah buat masalah saja nih laki laki. Sementara Dewa bersiap melabrak Anang yang tak becus menjaga Tari padahal ada di sampingnya kenapa bisa celaka, awas kalau kesengajaan siapapun itu akan ku beri dia pelajaran sudah membuat Tari celaka kamu harus tanggung jawab An!
Sesampainya di sana ternyata Tari sudah siuman dan di bawa pulang, Dewapun bersikeras ikut untuk memastikan keadaan Tari dan minta Anang bertanggungjawab tentang ini kenapa bisa dia celaka.

Kris yang mengikuti dari jauh sedikit lega melihat Tari siuman wajah dan tangannya hanya di beri salep karena luka siram beruntung airnya tergolong air hangat tidak langsung dari kompor,tapi keningnya di jahit beberapa sehingga di perban ahh aku bodoh juga kenapa sampai keterlaluan seperti ini maafkan aku Ta aku cemburu kamu jalan sama lelaki lain.Diapun mengikuti sampai ke rumah di mana Tari di bawa .

" Assalamu'alaikum,Bu !"
" Wa '.alaikumsalam An kenapa bisa seperti ini, Ya Allah Ri sakit ya Nak...! " di tuntunnya Tari dengan cemas di ajaknya ke kamar tamu kamar pertama kali Tari datang ke sini.
Tari mencium punggung tangan ibu Anang tak nampak rasa sakit di wajahnya teelihat biasa saja, wajah sebelah kanan nampak merah juga tangannya .
" Alhamdulillah Bu saya gak papa kok!"
" Gak papa kamu bilang Ri..aku setengah mati kawatir katamu gak papa ahhhh terlalu kamu!" dengan wajah kesal di acak rambut Riri.
" An sudah jangan menggodanya,tidur saja Ri,biar segera pulih benar Anang di perban begitu bilang gak papa! "
" Nah kan Ibu setuju dengan aku!"Anang duduk di ujung tempat tidur sedang Ibunya ada ujung yang lain di samping kepala Tari yang berbaring.Ya Allah bagaimana aku tidak bisa membuka hatiku untuk lelaki setulus ini, Ibu Shila juga sangat peduli padaku maafkan aku Bu mengecewakanmu maafkan aku Mas!

"Assalamu'alaikum...!" terdengar ucapan salam yang bersamaan seperti Dewa apa aku gak salah dengar batin Anang ya itu suaranya kenapa dia ada di sini,diam diam di kepalkan tangannya sambil melihat luka Ririnya.Segera berdiri untuk melihat siapa yang datang.
" Wa' alaikumsalam!" di lihatnya benar Dewa bersama Riris awas kau Ris kenapa kau bawa dia ke sini.
"Heiii kenapa ke sini!"
" Gimana kondisi Tari, baik baik saja kan?" tanyanya ingin merasuk masuk ke dalam kamar.Tapi tangannya di pegang Anang di tarik untuk menjauh dari sana, Riris setengah berlari menuju kamar tamu tempat Tari berbaring.
" Mi...!"di cium punggung tangan Maminya sambil melihat Tari.
" Ya Allah Ri kok bisa pasti sakit banget ih sampai merah begini, di perban juga Ya Allah gimana kejadiannya Ri," di usap lembut wajah tangan dan kening Tari untuk memastikan Tari kesakitan tapi Tari terlihat biasa saja dan tersenyum manis sekali.
" Gak papa Mbak, besok juga sembuh sudah di kasih obat oles yang ini kok,sama di kasih obat nyeri jadi gak sakit percayalah gak papa!"
" Kamu sama siapa?"
" Dewa Mi!"
" Dewa hem lama tak ketemu dengannya!"Tari memandang Riris minta kebenarannya, Riris menganggukkan kepala.Pasti Anang marah besar semoga Ibu bisa membuatnya tenang Mbak Riris juga kenapa membawanya ke sini sudah tahu Mas Anang sangat benci Dewa hahhhh.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang