Minggu pertama

23 2 0
                                    

Han pergi setelah makan siang ,dia merasa jenuh beberapa hari bergelut dengan rumah, dan istri barunya itu.
"Mas...mau ke mana? "
"Jangan banyak tanya!"
"Kalau pergi lama pintu akan ku kunci, gerbang depan juga tolong di kunci.Oh ya Mas sudah sholat belum ayo kita jamaah! " Tari tahu Han tidak pernah sholat,tapi dia tetap selalu mengajaknya.Seperti biasa diam dan berlalu,tapi Tari menjabat kedua tangannya meskipun Han tidak suka, di cium punggung tangan suaminya itu.Ketiga sahabat yang melihatnya tersenyum,Han beruntung mendapat istri cantik dan soleha.

Seperti biasa,mereka kongkow di cafe langganan mereka. Meski Han kasar, suka bergonta ganti gadis tapi dia tidak pernah minum alkohol merokok pun tidak. Di cafe minum kopi kesukaannya bercanda dengan sahabatnya atau gadis yang dekat dengannya itu yang biasa di lakukakannya.
"Han...Dewi mengancamku dia benar benar ingin memenjarakanmu!"Riyanto mulai pembicaraannya.
"Mana dia berani!"Damar menjawab.
"Dia punya bukti kalau kamu yang melakukkannya!"Riyanto melihatkan foto kiriman Dewi.Ada foto Han waktu membantunya pulang malam itu.
"Semua bisa kalau seperti itu, Tok!"jawab Han.
" Lihat semua,ini kamu menciumnya di tempat tidur.. Lihat ini! " mereka mencermatinya.
"Han..gila kamu apa kamu melakukannya?"Damar memandang sahabat dan bosnya dengan tak percaya.
"Tidak...aku hanya membantunya tidurkan dia, ini sengaja ada yang ngambil foto ....brengsek!"Han menggenggam tangannya, siapa yang ikut andil pasti ada orang lain.
"Mar...tolong selidiki ikuti dia, aku yakin dia menjebakku.!"
"Aku ikut..."Seto menjawab dengan cepat.

"Hai...kalian lama menghilang. Hai...Han sayang...gimana kabarmu?"Dewi sudah ada di samping Han di peluk Han dengan manja seperti biasa,tapi Han segera mendorongnya.
"Kita tidak ada hubungan apa apa sekarang!"Han melihatnya dengan benci.
"Han...kamu ayah dari calon bayi kita!" di pegang tangan Han untuk memegang perutnya.Han menepis tangannya.
" Han...kamu jahat ini anakmu Han!"Dewi menangis.
Riyanto menenangkannya, dialah yang masih yakin Han melakukan itu,dia kasihan pada Dewi.
" Sudah...tenang Wi..Han akan tanggung jawab kok!"
" Gila kamu Tok!"Damar berbisik,Han terlihat ingin menampar Riyanto tapi di tahan Seto.
Damar mengangguk setelah Riyanto berbisik padanya. Damar mengajak Han pergi, sementara Riyanto memberi pengertian pada Dewi.

"Mar...apa kata Riyanto?Aku harus bertanggungjawab begitu,tak mungkinlah aku baru saja menikah bisa gila orang tuaku!" Han terlihat kesal sekali.
"Han...Riyanto pura pura kamu bertanggung jawab, mendekati Dewi dengan berteman dengannya mungkin dia akan bicara. "Damar menerangkan.
" Mulai hari ini ikuti ke manapun dia pergi buktikan bukan aku pelakunya!Pusing kepalaku!" Damar melihat ke arah Seto, Seto tahu maksudnya mengikuti langkah Han. Setelah  beberapa lama , Seto mengantarnya pulang hari sudah malam.

Pikiran Han  kalut,meski dia yakin bukan dia yang melakukannya dia takut Dewi nekat, dia tidak mau orang tuanya tahu masalah ini.
Sampai rumah,di bukanya gerbang dan menguncinya dari dalam hari sudah larut. Meski hanya berbincang Han tak menyadari kalau hari sudah larut,di tekan bel pintu rumahnya sendiri.
Lama tidak di bukakan pintu,dia lupa ada kunci duplikatnya, pasti dia sudah tertidur. Di ambil hp di sakunya di cari no telp istrinya lagi lagi dia lupa dia kan tidak punya hp bodohnya aku!
Tari mendengar suara bel berdenting,mungkin Mas Han pulang.
Han merangsek masuk ketika pintu terbuka,di dorongnya tubuh Tari sambil menggerutu.
" Lama banget buka pintunya tidur seperti kebo...hhhhhhh!"
"Baru pulang, Mas?"
Han tidak menjawabnya, dia langsung  masuk kamar. Tari mengikutinya, dia biarkan Han masuk kamarnya.Mungkin dia tidak sadar,Tari tersenyum.
Han langsung merebahkan tubuhnya,tak butuh waktu lama diapun terlelap.Tari tidak mau menganggunya,di ambil selimut diapun tidur di bawah dia bisa tidur di manapun dia tidak mau Han marah.
Tengah malam terdengar isak tangisnya membelah kesunyian, Tari mengadukan suara hatinya pernikahan yang memang tidak di inginkannya mendadak terjadi,kehilangan bapak ...suami yang tidak menganggapnya suami dalam angannya lembut, menyayanginya bisa jadi imam tidak di dapatnya dari Han,Ya Allah beri aku rasa sabar ...bisa kuat menghadapinya.... rubah cara berpikirnya, ijinkan aku membawanya ke jalanMu.Dia semakin terpekur dalam tangisnya.

Han melihat istrinya sholat,dia menangis apa yang di tangisinya.Aneh ....tapi tunggu kenapa aku tertidur di sini?Han bangun dan beranjak dari tempat tidurnya,apa dia juga tidur di sini sialan...hhhhhhh.
Han segera keluar dari kamar...Tari tidak melihatnya, dia masih mengadukan perasaannya... Setelah merasa lega, di lepas mukena dan di lipat sajadahnya.
Dia sudah pergi kapan perginya, semoga dia gak marah padaku karena tidur satu kamar.
Tari keluar untuk mengambil minum,di lihat Han sedang duduk di meja makan,ada gelas soft drink di depannya.
"Kok bangun Mas!"
"Kenapa aku bisa tidur di kamarmu?"katanya dengan nada marah.
"Mas sendiri yang masuk ke sana,tapi jangan kawatir aku tidur bawah ."
"Mas...mau di masakan apa?"
"Terserah!"
"Tapi.. Belum ada apa apa Mas,setelah subuh antar belanja aku tidak tahu tempatnya."
"Aku pesankan saja,belanja minta di antar Pak Iman saja atau Tarji, aku ngantuk..."
"Nanti kubangunkan ya, kita sholat bareng!"
"Awas bangunkan aku!"Han menuju ke atas dan melotot ke arah Tari, Ya Allah tak sedikitpun dia punya tak rasa padaku?
Han sengaja segera pergi dia mulai melihat istrinya yang tampil cantik di malam hari, dia kan istriku kenapa aku belum menjamahnya apa salahnya. Han berbalik ,di pandangnya mata istrinya sangat dekat Tari mundur menghindarinya hatinya berdebar, sorot mata penuh kebencian yang di lihat darinya.
"Jangan banyak tanya..!"diapun segera berlalu.
Tari lega Han pergi, entahlah Tari merasakan takut jika Han berada dekat dengannya.

Setelah seminggu berlalu,seperti janji orang tuanya mereka tiba tiba datang, Han lupa kalau ini hari Minggu.
Tari tampil berhijab,menyiram bunga dalam pot aneka bunga di belinya temasuk mawar pink kesukaannya yang di belinya waktu belanja, dia memilih Pak Iman saja yang mengantarnya, Tarji masih belum menikah dia menjaga untuk tidak bersama dengan lelaki lain selain Han dia seorang wanita yang sudah bersuami
"Assalamualaikum...Tari,kamu terlihat beda tambah cantik!"Ibunya langsung menghampirinya.
"Ibu...Bapak...Wa alaikumsalam,pagi sekali gimana sehat Bu...Pak?"di letakkan selang air, di jabat tangan keduanya dan mencium punggung tangannya.
"Han mana!Pasti masih tidur kan,tidak berubah itu anak?"Pak Arya merangsek masuk,Ibu menggandeng tangan menantunya dengan bahagia,Tari benar benar istri idaman dia berhijab dia istri yang soleha.
"Nak....kamu tidak bangunkan Han?"
"Sudah...bu. Butuh waktu untuk itu, Mas Han biasa seperti itu In Syaa Allah pelan pelan bisa mengubahnya.Ibu sudah sarapan, Tari masak nasi pecel ayam goreng, ikan mujair sama trancam mentimun."Tari menghibur dirinya sendiri.
"Dia berlaku baik padamu kan?"
Tari mengangguk,dia tidak mau menceritakan tentang Han kuatir Ibunya cemas,menutupi kekurangan suami itu menjadi tugasnya sekarang.
Ibupun lega, di lihatnya Tari dengan rasa haru mudah mudahan kamu bisa membawanya ke arah yang lebih baik.

Di kamar Han,Pak Arya tidak basa basi. Di tarik selimut Han, supaya bangun dan benar Han menggeliat,dia tidak suka jika ada yang menarik selimutnya.
"Apaan sih..sudah kubilang jangan...!"
Kata katanya terhenti dia melihat bukan Tari yang di sana.Ayah...

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang