Akhirnya semua teratasi,berkat kesaksian Pak Ahmad dan Pak Diro,polisipun memberi saran agar tetap berhati-hati,lelaki yang di tabrak adalah OG yang memang sering berkeliaran di jalan kota.
Anang ,memberi upah pada dua lelaki yang sudah menolong di antarnya juga ke rumahnya.Di rumah sakit, Anang segera ke ruang perawat menanyakan kondisi lelaki yang sudah di tabrak,bagaimanapun Anang punya hati tidak membiarkan begitu saja. Alhamdulillah lelaki itu hanya luka luar,ada satu jahitan di kepalanya, tapi dokter bilang semua baik-baik saja,syukurlah.Semua biaya di bayar Deni, segera mereka meninggalkan rumah sakit melanjutkan perjalanan, hari menjelang sore, sampai Anang sadar belum sholat,sekalian menenangkan hatinya,mampir di sebuah resto untuk sekalian makan.
"Den, maafkan, aku!" katanya menepuk bahunya ketika menuju meja makan di resto itu.
" Aku yang salah, bicara yang tidak-tidak tentang Riri,maaf,"Denipun merasa bersalah, sudah tahu lagi sensitif dia mancing emosi Anang. Mereka makan dengan tenang di mintanya masakan yang di bawakan Riri ketika makan siangnya, pepes, sambal teri dan sayur asem, berasa Riri yang masak untuknya.
"Makasih, Ri," terlontar kata ketika pramusaji menaruh makanan di depannya.
"Hooooooiiii,jangan halu!" teriak Deni,mengagetkannya ,ahhh ternyata anganku saja,batin Anang.Denga setengah hati, Anang makan,Denipun tertawa melihat semua itu.
"Kita gak akan jalan kan, kalau malam, cari penginapan sajalah, An, besok pagi kita lanjutkan,gimana?"
" Ok...!"Setelah makan mereka sengaja menunggu waktu asyar agar tidak berhenti lagi,baru melanjutkan perjalanan. Di mintanya kopi hangat untuk menani perjalanan panjangnya,agar tidak ngantuk.
"Den, aku yang nyetir, kamu istirahat!"Anang meminta kunci mobil,tapi tidak di hiraukan Deni, mana mungkin aku tega dia nyetir nglamun dikit bisa nyemplung sungai,dulu ketika gila karena cintanya di khianati, Deni hampir masuk sungai untung belum,dia gak mau itu terulang lagi.Anangpun masuk, membiarkan Deni yang jadi kemudinya.Jalanan mulai sepi,di lihatnya peta sederhana juga gogle map,di cocokkan lokasi yang ada di peta, ah lumayan jauh.
"Kita gak nyasar kan, Den?" kenapa semakin ke dalam semakin jarang rumah, meskipun jalannya seperti jalan kota,namun tidak ada bangunan seperti toko,atau rumah makan,kanan kiri nampak pepohonan yang tinggi dan lebat ada mangga, mahoni, entah apalagi, terlihat suasananya beda dengan kotanya.
"Den,kita berhenti ya, kalau ada warung atau apalah, tanya ke orang lagi biar aman,!" Deni mengangguk.
Setelah 30 menit ada banyak bangunan lagi, rumahpun mulai banyak,mungkin ini seperti pusat kecamatan, lumayan ramai.
" Pak, maaf numpang tanya, alamat ini apa masih jauhkah?" di tunjukkannya tulisan yang di fotonya dari sekolah Riri,orang itu sedikit mengernyitkan dahinya,"2 jaman Mas, tapi jalannya jalan kerikil,belum aspal,"jawab orang itu.
" Kondisinya,gimana maksudnya lampu penerangannya, tata letak rumahnya,ramai gak Pak?" tanyanya lebih lanjut. Untuk meyakinkan lanjut jalan karena hari mulai petang.
"Ada lampu jalan, tapi jarang, untuk rumah semajin ke sana semakin jarang, Mas," terangnya.
"Terima kasih, Pak," tak lupa di berinya uang beberapa lembar warna biru, ilmunya Riri nih di pakai, Deni melihatnya dengan senyum.
"Jalan Den!masih 2 jaman,semakin ke sananya, semakin jarang, jalannya kerikil kata bapak tadi,lampu jalannyapun jarabg gimana, nih lanjut atau kita cari penginapan saja?"
"An,di tempat seperti ini ada penginapan kamu kira Bogor bantak villa woii,mikir dong!" Deni tertawa dengan keras,Anang lupa mereja ada di daerah ,benar gak ada penginapan.
"Jalan saja cari mushola, yang penting bisa sholat nanti kita tanya lagi!" Anang menyandarkan badannya,bagaimana kamu bisa lahir di daerah seperti ini Ri,mutiara yang tersembunyi di pedalaman....hem.
Terdengar dengan samar suara adzan, mereka memutuskan mencari asal suara.Akhirnya tampak bangunan sederhana, dengan lampu yang minim, orang di mushola itu tampak heran dengan keduanya.
"Assalamu'alaikum,numpang sholat, Pak, " kata Anang memohon Deni masih memarkirkan mobil.
"Monggo,silakan ,Mas!"seorang laki-laki laki paruh baya mempersilakannya.
Setelah sholat, sengaja keduanya menunggu di teras mushola untuk bertanya kepada imam, setidaknya dia pemimpin di sini.
"Maaf boleh saya bertanya, Pak? nama saya Anang dan ini Deni," di terangkannya secara singkat tujuan ke sini, dan berniat mencari penginapan terdekat, namanya Pak Soleh, beliau berkata ini pedesaan tidak ada penginapan, kalau mau boleh nginap di rumahnya,dan keduanya sepakat menerima tawaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...