Anang dan Deni menikmati dipan dari kayu berukir, meskipun tidak se empuk di rumahnya,cukup nyaman untuk merebahkan badannya yang kelelahan, kurang tidur tadi malam di gigit nyamuk,gelap seperti kuburan, untung ada sinar dari hp yang full.Ada dua guling, dua bantal warna pink,harum baunya seperti bau tubuhnya,di peluknya guling itu dengan erat,mewakili perasaannya.
"Buk!"Deni menimpuknya dengan guling.
" Kesambet,awas loh!"
" Biar,gak suka!" jawabnya terus memeluk guling.
"Peluk terussss,awas bau ilermu ketahuan Riri loh..."ledeknya.
" Gak papa...!" sambil menggoda Deni, di ciuminya guling itu,membuat Deni tertawa ,tak ada beban.Kamar ini bersih, baunya juga harum,alas berlantai
ubin warna pink,di dinding kamar terpajang foto-foto Riri yang memang cantik dari kecilnya padahal banyak foto hitam putihnya,medali yang di tata rapi,ada lemari kaca berbahan kayu berukir juga,tropi yang cukup banyak,di bukanya lemari itu,di bacanya tulisan di setiap tropi,mulai juara lomba pidato,puisi,matematika ,ipa, mengarang, catur, macapat dan masih banyak lagi lainnya,Ririku memang benar - benar hebat, tak salah aku jatuh hati padanya, kelak kalau aku punya anak pasti cantik dan jauh lebih cerdas dari ibunya,diapun tersenyum sendiri membayangkannya.
"Wooooiiiiii,..... Senyum sendiri,mikiran apa hayo, pasti mbayangin nikah sama Riri,!"Deni mengagetkan lamunannya,dia hanya tersenyum, tahu saja Deni ini,hemmm memang itu yang ku bayangkan.
Ada jendela di kamar itu,yang terbuka,membuat angin segar merasuk ke kamar ini,di lihatnya melalu jendela,ternyata banyak bunga melati ,mawar juga kenanga di pot,makanya kamar ini harum baunya,Jadi inilah kamar Riri.Setelah puas melihat ,angin seakan meninabobokkan keduanya, merekapun tertidur, Deni terlebih dahulu tidur,Anang menyusulnya dengan perlahan, sambil mencium guling dan ada senyum bahagia di bibirnya."Thok...thok...!"pintu memang di tutup dari luar, setelah Ibu Riri mengajak keduanya ke kamar, untuk istirahat tahu kalo mereka datang dari jauh.
"Assalamu'alaikum!" Riri,itu suaranya,diapun berlari meski jaraknya begitu dekat,dan di bukanya pintu dengan semangat.
" Wa alaikumsalam....Ri..ri,"ternyata bukan, gadis sekitar umur 13 tahun, cantik seperti Riri berambut pendek, tersenyum melihat Anang yang begitu semangat.
"He, salahhh orang, saya adiknya,nama saya Ara,maaf Mas,silakan mandi dulu, Mbak Tari sebentar lagi pulang!"katanya menggoda Anang.
" Mau di antar atau pergi ke kamar mandinya sendiri,karena sebentar lagi beduk?" tanyanya.
"Makasih, sebelah mana, nanti berangkat ke sana sendiri?"
"Dari kamar ini jalan lurus,di belakang rumah sebelah kanan ya, bisa kok mandi bareng, mari Mas!" katanya sambil melirik Deni yang tidur nyaman di dipan berkasur tipis.Di bangunkannya Deni,Deni pun mengucek kedua matanya yang masih pengin tidur,benar Anang kamar ini wangi, apa seperti ini bau tubuh Ririnya, hemm mau juga tuh aku,ah apaan sih, bisa di dendeng Anang aku.
"Heummm, huahhhhh....!"
" Ayo bangun,kita mandi,mungkin tempat mandinya seperti di tempat Pak Soleh, kita bareng saja ya!"ajaknya,Deni dengan malas mengangguk.
" An,kita di sini saja ya, gak kembali,suasananya buat pengin meluk guling terus, tanpa AC pun oklah,ya!" pintanya merengek. Apaan, kok dia yang gak pengin kembali,seharusnya aku dong.
"Boleh,aku kembali sendiri sama Riri, kamu di sini saja!"di godanya Deni.
" Rumahnya adem, wangi, suasananya beda banget,damai rasanya apalagi kamu sudah lama gak ajak aku refresing, huh!"
Di jitaknya kepala sahabatnya,di tariknya tangannya, untuk segera mandi.Aku mau bamget di sini Den,mau banget, kita lihat saja nanti ya,batinnya.Beberapa hari mereka tidak melihat hp sama sekali, sepertinya tidak ada pesan atau telpon masuk, atau Anang sengaja tidak membukanya karena selalu membayangkan Riri,tapi Denipun sama tidak menyentuh hpnya, untuk melihat pesan atau telp, kalau lihat jam atau butuh senter baru di pegangnya hp nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomanceAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...