Tiga bulan berlalu begitu cepat,Tari punya kebiasaan baru,menanam tanaman dalam pot, aneka sayur dan bunga terutama bunga mawar pink kesukaannya.Selama menunggu masa idah itulah, halaman rumah di sulap menjadi taman yang indah,pot yang di gunakan dari barang bekas di rumah, botol botol bekas air meneral,bekas bungkus minyak goreng refill dan lain lain. Raja sangat senang membantu kegiatan Bundanya,ada tanaman yang sudah bisa di panen,seperti tanaman kangkung, bayam,terong juga cabe. Tari membagikannya pada saudara saudaranya, Ara yang sering menelpon bahkan rutin berkunjung ke rumah, karena kangen kakaknya.
"Mbak...gimana persaannya? "
"Maksudnya?"
"Setelah sekian lamanya, Mbak menahan... "
" Sudah Dek....itu masa lalu,sekarang Mbak memikirkan Raja saja, dia ingin jadi Dokter seperti suamimu,ingat Ayahnya jika sakit bisa menolongnya sendiri, bahkan dia ingin punya rumah sakit sendiri...sebagai Ibu aku mendukungnya."
"Aamiin....semoga di kabulkan Mbak."
"Sana sebentar lagi, Adi datang kan menjemputmu...bersiaplah.Oh ya titip ya kirim sayurannya ke yang lain! "
"Mereka sudah ku suruh ke sini Mbak,enak aja aku di suruh anter biar lihat keadaan Mbak gak papa kan?"Tari mengangguk,dia tak keberatan asal mereka datang bareng keluarganya.Pramono cari cari kesempatan untuk ketemu Bundanya Raja,setiap Minggu pagi di luangkan waktunya untuk jalan jalan atau lari pagi melewati rumahnya, ternyata rumahnya 20 menit jika berjalan kaki.
Dia sering melihatnya menyiram dan merawat tanaman di halaman rumahnya,Pram hanya melihatnya saja karena tidak mungkin dia menyapanya,karena jarak halanan dan jalan raya lumayan jauh jika untuk menyapanya.
Siang itu Syifa minta di jemput tadi pagi bangun kesiangan, waktu istirahat di sempatkan untuk ke sekolah menjemputnya.
Dari kejauhan terlihat Syifa sedang berbincang dengan anak laki laki.
"Syifaaa....!"
"Ayahhh....duluan ya Ja..."
Tunggu dia panggil Ja...apa itu Raja, putra wanita itu?Setelah masuk ke dalam mobil, dia bertanya siapa anak laki laki itu?
"Raja Yah...nunggu jemputan, biasanya bareng aku naik sepeda tapi bannya bocor katanya."
"Ajak bareng, searah kan dengan kita!"Syifa segera turun,dan mengajaknya tapi Raja menolak,alasanya kasihan Omnya sudah janji jemput,sebentar lagi datang. Syifa kembali ke mobil.
"Sudah janji sama Omnya, kasihan katanya.... Ayo Yah!"Pram melihat ke arahnya, melambaikan tangannya ke arah anak itu,Raja yang melihat membalasnya.
"Raja itu anaknya mandiri, Yah...dia tidak mudah terima bantuan, meskipun sedang kepepet.Pernah tuh,lupa gak bawa bekal tapi dia gak mau di bagi, jawabnya puasa padahal dia lupa...tapi dia senang berbagi dan bantu teman teman,pokoknya baik banget deh seperti Bunda."
"Kok tahu dia baik?"
"Iya...kalau ada pesanan pasti kita di kirimi, kata Raja Bunda dapat pesanan ini di icipi...begitu,Bunda juga baik, kalau ada teman kita tuh yang gak bisa dan Raja belum ada dia kasih tahu cara ngerjakannya, "
Apa dia sesabar itu?
Dia teringat istrinya yang juga sangat sabar, tidak pernah marah pada Arsyta putri pertamanya, secapek apapun wajahnya selalu ceria dan tersenyum, itulah yang membuatnya sulit menerima wanita lain.Pekerjaan Tari berjalan dengan baik,Rega sebentar lagi akan menikah ganti Arda yang menggantikan posisinya sebagai penanggungjawab keluarga.Ajakan untuk tinggal di rumah Ibu di tolaknya dengan alasan sayang rumah itu sudah di kontrak selama 5 tahun ,dan ini baru tahun pertama.
"Ini adalah rumahmu, ini juga usahamu Nak,kamu berhak tinggal di sini dan juga menikmati hasil usaha ini,tinggallah di sini, Ibu ingin bersamamu di akhir hayat Ibu!"
"Bu...aku sudah nyaman di rumah itu,sayang kontraknya.. Meski bisa di alihkan, ada Bulik di sana.. yang sudah seperti ibu bagi Tari,Ibu di sini masih ada adik adik kan, Bulik tidak punya siapa siapa lagi kumohon Ibu mengerti! "
"Ibu mengerti kalau itu alasanmu,tapi sering ke sini ya nginaplah di sini !"
"Kalau nginap aku akan ajak Bulik, kasihan di rumah tidak ada temanya!"
Ibunya bahagia, Tari sekarang lebih sehat tubuhnya tampak berisi, wajahnya lebih berseri mungkin beban hidupnya sudah berkurang."Assalamualaikum!"suara anak perempuan terdengar dari teras depan.
"Wa alaikumsalam..."
" Ada yang bisa di bantu..? "sepertinya Tari kenal anak ini,Arsyifa teman sekolah Raja,tapi tunggu di lihat di belakangnya berdiri lelaki itu...yah lelaki yamg pernah di lihatnya di sawah waktu itu....apa dia putrinya?
"Arsyifa kan...?"
"Iya Bun...ini aku anter buku Raja, maaf tadi Syifa lupa tapi Raja keburu pulang, besok ada pelajaran ini.Rajanya ada?"
"Ada...ayo masuk dulu!"Tari menyuruh mereka masuk ke ruang tamu,dia ke dalam untuk memanggil Raja dan minta tolong Bulik membuatkan minum.
"Syifaaaa....ada apa?"
"Ini bukumu ketinggalan,tapi aku sekalian tanya ada yang kurang aku pahami boleh kan?"
"Siniiii....tangan Syifa di tarik untuk ikut dengannya,di ajak Syifa di teras depan ada meja dan kursi di sana, karena masih sore Raja tidak harus menyalakan lampu, jika di dalam gelap kalau untuk membaca,keduanya sudah asyik belajar bersama,mereka lupa ada dua orang di dalam yang memperhatikannya.Beberapa saat keduanya hanya diam,Tari kikuk karena setelah kepergian Han baru pertama kali ini berhadapan langsung dengan lelaki lain, hanya berdua saja.
"Maaf sudah mengganggu."Pram berusaha memulai pembicaraan.
"Iya gak papa ....silakan di minum!"
Pram mengambil teh hangat yang di bawa wanita tua, entah ibunya atau apanya Bunda Raja.
"Namaku Pramono,Ayahnya Syifa "
"Saya Tarisa Bunda nya Raja."
Hem...namanya Tarisa,Pram mencuri pandang, wajahnya cantik di balut hijab meskipun tanpa make up.
"Oh..iya Raja berangkat sekolah bareng Syifa loh...kalau boleh, mungkin pas ada kesulitan Raja bisa bareng sama Syifa."
Tari menganggukkan kepala, dia tidak ingin berlama lama berduaan, dia menyadari keadaannya sekarang dia seorang janda takut ada fitnah meskipun tidak ada yang tahu,dia keluar dan melihat Raja masih asyik menerangkan sesuatu pada Syifa.
"Ada kesulitan? "
"Tidak Bund...ini sudah kok!"Pram mengikuti langkah Tari, dia seakan mengerti kenapa dia di tinggalkan,Tari merasa tidak nyaman hanya berdua saja dengannya.
"Sudah kan...?"
"Iya Yah....Alhamdulillah, terima kasih Ja..aku pulang dulu ya,maaf sudah merepotkan."
"Sayang... Tadi Uti sudah buat minuman di minum dulu ya, baru pulang mubadzir...kasihan Uti sudah membuatkan untukmu,ayo di minum dulu!"Raja menarik lengan Syifa lagi ke dalam,Pram tersenyum maksud hati menghindarinya ternyata mereka di tinggalkan lagi tapi beda tempat, mau gak mau Tari mempersilahkan Pram yang sedari tadi berdiri.
Setelah duduk saling diam,Syifa mengejutkannya.
" Sudah Bun...maksih banyak,ayo Yah...oh iya boleh aku ke sini Ja...aku baru tahu loh kalo rumahmu di sini meski kita sering ke sekolah bareng...sampai besok ya."
Keduanya berpamitan, Tari menjawab salam mereka."Kamu pernah ke rumahnya sayang?"
"Tidak Bun...kenapa?"
"Gak papa...tanya aja."
"Syifa itu tidak punya Bunda, dia di tinggal sejak lahir...malah lebih kasihan dia ya Bund,dari bayi tidak tahu wajah Ibunya....aku punya Bunda yang sangat sayang padaku!"di peluk Tari dengan erat, di cium kedua pipinya bergantian, Tari membalas perlakuan putranya itu,di usap kepalanya penuh kasih.
"Tapiiii....Syifa pernah cerita,kalau Ayahnya sangat pinter meski tidak punya Ibu semuanya di kerjakan sendiri, jadi Syifa merasa punya ibu begitu...sama seperti Raja punya Bunda yang seperti Ayah."
Tari tersenyum, menggamit lengannya untuk di ajak masuk ke dalam rumah sambil bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomantizmAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...