Dendam Dewi

13 1 0
                                    

Kris berusaha ketemu Tari lewat Ara,sering dia berkirim pesan untuk mengirim pesan kerjaan di selipkan menanyakan kabar bosnya,Ara tahu Kris hanya memancingnya dan Ara tidak ingin terpancing.
"Assalamualaikum."hari itu Kris benar benar ingin menelponnya.
"Wa alaikumsalam."
"Pakabar Ra...gimana semua lancar?"
"Alhamdulillah....lancar semua."
"Ra...boleh aku tahu sesuatu?"
"Soal apa ya Pak?"
"Bisa ubah caramu memanggilku?Sepertine kok aku tua banget di panggil seperti itu...ha....ha....ha.."dari seberang dia meminta Ara.Ara tertegun pasti ada maunya nih.
"Maaf...saya takut,kan Bapak bos saya gak sopan rasanya."
"Sopan saja,anggap kita sahabat biar tidak canggung lagi...kumohon!"
"Saya coba...Pak!"Ara mengiyakannya meski rasanya aneh,tapi bagi Ara biasa sebenarnya memanggil orang yang lebih tua dengan panggilan Mas,tapi ini ke bosnya rekan kerjanya jadi terdengarnya aneh.
"Ok...begitu lebih baik,di coba ya!"
"Ada perlu... Tumben hubungi saya biasanya kan asistennya?"
"Ra....aku mau cerita, tolong dengar dan bantu aku.Aku janji tidak akan melanggar janjiku sendiri."Deg....Ara sudah mulai tahu ke arah mana pembicaraan ini.
"Kamu sedang tidak repot kan atau bisa kita ketemu biar lebih enak bicaranya?" dengan cepat Ara menolaknya,lewat telpon saja lebih aman.

Kris mulai bercerita mulai awal tentang hilangnya Tari sampai akhirnya dia bisa menemukannya dari Yoyok, Kris sadar cintanya tak mungkin bersambut dia hanya ingin menjaganya seperti seorang kakak menjaga adiknya .Kris minta bantuannya untuk bisa ketemu Tari satu kali saja untuk tahu jawaban sebenarnya apa yang terjadi.
"Tapi...itu tak mungkin?"
"Kenapa apa suaminya melarangnya?"
"Mbak Tari memang ingin melupakan masa lalunya."
"Tolong Ra...sekali saja,buat pertemuan itu tak sengaja. Sebentar saja Ra...kumohon bantu aku!"katanya memohon, membuat Ara iba,bukankah dia berniat baik meskipun tahu kakaknya tidak mau langsung ketemu dengannya, dia kan menghindari bertemu dengan orang lain untuk menjaga pernikahannya, apalagi kalau Han tahu bisa marah pada kakaknya.
"Saya gak janji bisa apa gak... Tapi saya coba ya Mas!"Kris lega... Ara mau memanggilnya Mas....artinya dia menganggapku sebagai kakaknya.
"Makasih... Makasih banyak Ra...kutunggu kabar darimu... Ok.. Maaf ya sudah sita waktumu,makasih Assalamualaikum!"Ara menjawab, di dengar dari seberang suara bahagia seorang Kris hanya dengan mendengar janji yang belum pasti dari dirinya.

Dengan tergesa Dewi menggendong putranya Angga Pratama,dia harus segera ketemu Riyanto untuk mengantarnya ke rumah sakit,dia sudah janjian tapi tidak datang juga akhirnya Dewi putuskan untuk melihatnya sampai ke jalan raya.
Dengan cemas di lihatnya hp,mungkin ada pesan masuk atau panggilan untuknya dari Riyanto.Tak sabar di telponnya Riyanto...tapi tidak ada jawaban... No sedang di luar area.
"Ke mana dia....sial...janjian dengan dokter jam 10 ...ini jam 10 kurang 10 menit...di mana kamu Tok...?"
Kris yang sedang lewat merasa kasihan ada wanita menggendong bayi sendirian, dia tahu ini bukan jalan angkutan umum dia terlihat cemas.Perlahan dipinggirkan mobilnya,di hampiri wanita itu untuk tahu apa yang di tunggunya.
"Assalamualaikum...ada yang bisa di bantu Mbak?"
"Iya.......Wa alaikum.....salam. "Dewi menjawabnya, dia jarang mendengar salam dari seseorang sapaan yang di dengarnya sapaan umum.. Hai...halo...pakabar...dia tergagap menjawabnya.
"Mbak...dengar saya?"
"I....ya..."
"Mbak mau ke mana, mau saya antar kasihan bayinya kepanasan."
"Saya mau ke rumah sakit."
"Ayo,saya antar!"Dewi terdiam sejenak,daripada nunggu Riyanto yang belum jelas menjawabnya,diapun mengangguk tanda setuju.Kris membukakan pintu depan untuk Dewi,wanita yang baru di temuinya.
"Makasih sudah mau antar."Dewi melihatnya, tampan juga dia sayang kulitnya sawo matang bukan tipeku...hah....Kris konsent nyetir, tanpa menoleh dia mengangguk dan tersenyum.
"Mas namanya siapa?Saya Dewi!"
"Oh...ya.Mbak kok sendirian tidak minta antar suaminya?"
"Gak,entah ke mana dia...awas nanti!"katanya setengah geram,karena sudah membuatnya menunggu lama.
"Kok begitu sama suaminya?"Kris heran kata kasar keluar darinya, dilihat dari penampilannya dia wanita cantik yang modis, pakaiannya terlihat seksi sengaja memperlihatkan lekuk tubuhnya,Astagfirullah kenapa aku sejauh ini.
"Biar saja dia tega biarkan aku nunggu lama di kira gak panas apa,sudah kubilang jangan telat eh di hubungi saja gak bisa gimana gak marah hhhhh...!"dia terus menggerutu,Kris tersenyum Ya Allah berikan aku istri sesabar Tata, semoga suaminya bisa sabar menghadapinya.
Beberapa saat tibalah di parkiran rumah sakit, Kris membukakan pintu untuknya, tak lupa Dewi ucapkan terima kasih. Segera Kris pun berlalu untuk menuju tempat bekerja, hari ini dia tidak pergi di kawal Ilham dia ingin ketemu Ara, tapi ternyata di tolak meskipun begitu Kris bahagia Ara mau memenuhi permintaannya meski belum jelas.

Tak sengaja bahunya menyenggol bahu seseorang ketika keluar dari ruang periksa dokter anak.
"Heiiii.....sial....liat dong kalau jalan...dasar!"Dewi berteriak sambil memeluk erat putranya.Tarji yang di senggol, segera menoleh Dewi... Itu suaranya, dan benar dia Dewi menggendong bayi.
"Dewiiii...!"
"Apaaaaa....hai Ji....!"
"Kamu yang kenapa lihat kamu ke mana jalannya tadi?"Tarji tertawa, Dewi melihat jalannya ternyata dia yang salah sudah berjalan berlawanan arah jadi menghalangi jalan orang yang datang dari arah berlawanan.
"Kamu mau ke mana atau dari mana?"Tarji punya rencana lain setelah melihatnya.
"Pulang Ji,dari periksakan ini."di tunjuk bayi yang di gendongnya.
"Putramu?"Dewi mengangguk,diapun berpamitan .
"Wiiii....sudah ada yang jemput?"Dewi menggeleng karena Riyanto tidak bisa di telpon.
"Tunggu sebentar saja, aku ambil sesuatu ku antar pulang sini duduk dulu!"Di geret tangannya, untuk duduk di bangku tunggu depan lobi,Dewi mengiyakan daripada nunggu Riyanto tidak jelas.Tak lama Tarji sudah kembali,merekapun berjalan beriringan menuju parkiran, sampai di depan Tarji menahan Dewi untuk nunggu di halaman yang teduh kasihan bayinya.

"Syukurlah Ayahnya sudah mau tanggungjawab...Wi."
"Bukan dia,Ji.Ayah bayi ini sama dengan Han yang hanya mau manisnya tidak mau tanggungjawab,dia nikah duluan dengan pilihan orang tuanya!"nada marah jelas terdengar di suaranya.
"Siapa Ayahnya sekarang?"
"Riyanto anak buah Han!"Deg...dada Tarji berdebar,mungkin dia penyebab hancurnya usaha Han.
"Hebat kamu,tidak dapat bos anak buah juga ok. "
"Aku harus buat Han hancur,dia sudah mengabaikanku!"
"Jadiii....?"
"Riyanto bisa kurayu untuk menikahiku dan kuajak menghancurkan Han, dia orang kepercayaan Han kan!"
"Cerdas...gimana bisa Riyanto begitu mudah terbujuk olehmu, hebat kamu Wi!"Tarji terus memujinya, tak lupa di siapkan hp untuk merekam pembicaraannya dengan Dewi, ini bukti untuk menangkapnya.
"Laki -laki sama Ji di kasih enak dikit, langsung lupa, Riyanto mau asal setelah ini aku bisa berubah dan mau membuka lembaran baru dengannya, aku terima yang penting dia mau menikahiku dulu!"
"Terus soal Han....?"
"Kepoooo ya?"
"Ya begitulah, salut saja sudah cantik cerdas lagi!"Tarji terus memujinya agar Dewi mau cerita.
"Gombal Ji,kamu juga sama dengan mereka!"Dewi menatapnya dengan tertawa lepas.
"Terserah lah kamu bilang apa, seperti katamu... Hahhhh....."Tarji menghela nafasnya, dia berharap Dewi berubah pikiran
"Ya...setelah aku nikah, Riyanto sudah dalam genggamanku, semua mauku harus di turuti termasuk merusak hubungan kerjasama Han dengan rekan usahanya. "
"Hemmm.....tambah cerdas saja!"
"Kamu tahu usaha Han bangkrut, dia sudah banyak menjual asetnya, itu belum cukup aku puas setelah dia benar benar hancur!"
"Tapi harusnya Ayah kandungnya yang terima pembalasan seperti itu kan?"
"Sama dua duanya sudah ku beri pelajaran! "Sadis Dewi  dia benar benar sakit hati pada Han, Tarji terus mengajaknya bicara, terkuak sudah kenapa rekan usaha Han bisa menolaknya karena Dewi dan Riyantolah yang menyebabkan hasil gula tebu jadi tidak bagus, Dewi sukses menghasut rekan kerja Han. Wanita licik yang patut di jauhi, Tarji harus berhati hati.
"Sudah sampai, depan belok kiri... Nah itu rumahku sekarang Ji, ayo mampir!"
"Kapan kapan saja lah Wi, semoga anakmu segera sehat ya, salam untuk suamimu,aku pulang ya ada kerjaan lain!"Dewi ucapkan terima kasihnya karena sudah di anter sampai depan rumah, Dewi mengantarnya dengan melihat mobilnya menghilang dari pandangannya, di lihat belum ada mobilnya di rumah.. Hah...dia belum pulang awas kau Tok...

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang