Damar dan Seto di sibukkan dengan pekerjaan baru, membuat Sita tidak mendekati Han lagi.Usaha yang di percayakan Pak Arya pada Han tidak terurus, menyebabkan banyak kolega kecewa.Pengiriman barang tidak tepat waktu, jumlah barang yang di kirim pun banyak yang tidak sesuai dengan kesepakatan.
"Pokoknya saya tidak mau tahu...kerugian ini jadi tangggungjawab Bapak!"dari telepon ada suara lelaki yang marah marah.
"Kita ketemu saja biar jelas,saya siap bertanggungjawab bila itu salah kami tenang saja."Pak Arya menjawab dengan tenang.Di dalam hati dan pikirannya juga terkejut tiba tiba ada telepon yang komplain tentang distribusi barang .Dengan pendekatan suara lelaki di telepon bisa menerima saran Pak Arya untuk bertemu.
Dalam beberapa hari ada beberapa telepon masuk, komplain tentang distribusi yang kurang dan tidak tepat waktu silih berganti datang, Pak Arya berusaha kuat namun apa daya jantungnya .....batinnya tidak kuat sehingga Pak Aryapun tumbang.Pak Iman di minta mengabari Han untuk datang ke rumah, Pak Arya minta Tari di ajak serta.
"Sebenarnya apa yang terjadi mang?" meski keras padanya Han mengkawatirkan ayahnya juga.
"Biar Tuan sendiri bicara padamu.. Itu perintahnya!"Han berpikir apa ada hubungannya dengan Sita atau Dewi?
Sesampainya di rumah, segera Han ke kamar ayahnya tanpa peduli pada Tari.Tari menahan diri untuk tidak ikut ke kamar ayah mertuanya.Dia mendekati Pak Iman.
"Mang...boleh saya bicara?"Pak Iman mengangguk.
"Mang..sekarang saya menantu di rumah ini,ijinkan saya tahu sebenarnya tentang sakit Bapak katakan ada apa ,apa Bapak telat minum obat atau lupa cek up sehingga Bapak sakit... atau ada yang di pikirkan? "Pak Iman diam, Pak Arya bilang jangan kasih tau Han tapi bukan Tari...mungkin Tari bisa membantu masalah tuannya.
Sekilas Pak Iman bercerita tentang banyaknya telepon masuk komplain tentang kekurangan barang, distribusi yang tidak tepat waktu sehingga semua minta pertanggingjawaban minta ganti rugi.Tari menghela nafas panjang,kasihan Bapak mungkin aku bisa bantu mewakili menemui mereka untuk minta kejelasan apa yang terjadi."Assalamualaikum...Bi..pakabar sehat?"ditemui Bi Tini yang sedang masak di dapur.Bi Tini melihat putri menantu tuannya dengan gembira.
"Mbak Tari...sehat Mbak Alhamdulillah.Mbak agak kurusan sekarang... Apa Mbak baik baik saja?"
"Iya Bi...saya sehat. Oh iya Ibu di mana apa di kamar bersama Bapak?"
" Wah saya kurang tau, coba Mbak lihat di kamar.. Sejak Tuan sakit Nyonya sering bilang ke saya semoga Tari sehat dan baik, mereka kompak sangat kawatir dengan keadaan Mbak dan sekarang malah Tuan sakit."
"Makasih Bi...saya ketemu Ibu dulu."Bibi memandang kepergian menantu tuannya, entah kenapa dia merasa dialah yang putri kandung tuannya bukan Han, yang sering di bicarakan adalah Tari bukan Han."Assalamualaikum...Yah...kenapa Yah?"Di ciumi tangannya di peluk Ayah yang terbaring lemah,wajahnya terlihat pucat.
"Wa alaikumsalam..."Pak Arya bahagia mendengar Han mengucap salam sebelumnya belum pernah dia seperti itu,kata yang muncul biasanya hai Ayah...Ayah apakabar...langsung panggil saja,pasti Tari yang mengubahnya hatinya bahagia meski kecewa dengan sikap Han, permintaan ganti rugi dari para pelanggan membuat hatinya sedih, Han tidak bisa di percayai usaha yang sekian lama di gelutinya.
"Ayah hanya perlu tenang, gimana denganmu?Mana putri Ayah?"
"Ada...aku baik baik saja Yah."
" Kenapa tidak di ajak ke sini?Kamu baik baik dengannya kan...Han?"
Pak Arya merasa Han tidak berlaku baik dengan Tari, hatinya berkata Han menyembunyikan sesuatu.
"Iya...kami baik baik saja,Ayah yang kenapa. Ada yang menganggu pikiran Ayahkah?" Pak Arya memandang putranya dengan penuh harap,putra yang di harapkan menjadi penerus keturunannya putra yang bisa bertanggungjawab untuk keluarganya.
"Han...jawab jujur gimana usahamu?"
" Alhamdulillah lancar, semua baik baik saja.Kenapa Ayah bertanya?"Kamu bohong Han atau pura pura, kamu sudah membuat mereka kecewa. Pak Arya tidak ingin menghakiminya, dia harus tahu kejelasan masalah ini, apakah benar Han melakukan kesalahan dalam hal ini.
"Alhamdulillah kalau begitu."Perbincangan mereka berlanjut seakan akan Pak Arya baik baik saja meski hatinya penuh kecemasan. Han pamit ingin bertemu Ibunya."Assalamualaikum...boleh saya masuk Pak?"Setelah Han keluar Tari tiba di kamar,Pak Arya menjawab ,tahu Tari yang datang Pak Arya bahagia.Di jawab salam putri menantunya dengan gembira.
"Bapak....gimana keadaannya sekarang? "
"Alhandulillah sudah enakan...kok tidak bareng Han tadi... dia tidak mengajakmu bareng?"
"Saya ingin ketemu Ibu tapi belum ketemu, jadi saya ke sini saya kira Ibu di sini tadi?"
" Ibumu ke luar beli keperluan rumah, sama Tarji tadi sudah di bilang Tari akan datang... Eh Ibumu berangkat saja..ha...ha...ha..."Alhamdulillah Bapak bisa tertawa ,semoga itu tidak tawa yang di paksakan.
"Pak...maafkan saya,kalau ini lancang.Boleh saya bantu Bapak,mungkin Bapak bisa cerita ke saya atau apalah biar Bapak tidak kepikiran lagi."Pak Arya kaget mendengarnya.
"Tinggalah di sini.. Bapak ingin kamu masak untuk Bapak selama sakit!"
"Kalau itu terserah Mas Han, kan dia imamnya Pak...nanti saya bilang dulu, mungkin ada yang lain yang bisa saya bantu? "Tari tidak ingin bilang dia sudah tahu karena Pak Iman sudah bilang masalah yang sedang di hadapinya, dia ingin Pak Arya cerita sendiri padanya.
"Nak...apa Han pernah cerita tentang kesulitan usahanya?"
" Tidak Pak,Mas Han tidak pernah cerita tentang itu,saya kan kurang tahu juga tentang pekerjaanya itu."
Pak Arya ragu ingin cerita,Tari mencoba meyakinkan mertuanya itu.
"Bapak sudah anggap Tari putri kan, Bapak bisa cerita apapun...mungkin Tari bisa bantu Pak."
PakArya ragu untuk itu,tiba tiba Ibu masuk memberi salam dan memeluknya dengan penuh rasa rindu."Kita cerita saja Pak,mungkin Tari punya solusinya!"Ibu duduk di sebelah Bapak,sambil memberikan Bapak minum.Tari memandang keduanya penuh harap mereka bercerita tentang kesulitannya.
"Nak......Han belum tahu soal ini.Kami kurang yakin dia jujur pada kami atau tidak...tapi Bapak akan cerita padamu."Perlahan Pak Arya dan Bu Santini bergantian bercerita, Tari lega cerita mereka sama dengan yang di ceritakan Pak Iman.
"Boleh Tari bantu bilang Mas Han...saya tidak akan bilang saya tahu dari Bapak, itu bisa melukai hatinya.Percaya dengan Tari.."Keduanya tersenyum mendengarkan pernyataan Tari,harapan mereka Tari bisa bantu cari tahu sebenarnya apa yang di hadapi Han apa benar yang di katakan para langgan itu?"Saya bisa bantu ketemu mereka juga kalau Bapak ijinkan."
"Kamu yakin Nak?"
"In Syaa Allah kalau kita tanya dengan baik mereka akan baik juga kok Pak..yakin."Tari tersenyum,meski sudah lama tidak kerja dia sering menghadapi bermacam macam kolega Anang waktu itu...ada bayangan Anang melintas di benaknya.
"Nanti aku bantu bilang ke Han kamu bantu rawat Bapak dulu ya... Bapak akan atur janji dengan mereka."
" Bapak bisa percaya saya,ijinkan saya yang buat janji atas nama Bapak...saya putri Bapak kan. Semua akan baik baik saja."
Kedua orang tua itu tersenyum,Bu Santini memeluknya sebagai rasa terima kasih,Pak Arya mengusap kepalanya dengan kasih sayang seorang ayah pada putrinya.
"Nak...kamu sudah ketemu Ibu dan adik adikmu?"Tari menggeleng.
" Tapi saya sudah telepon, Mas Han membelikanku hp... Alhamdulillah mereka sehat,kapan kapan saja saya ke sana kalau Mas Han mau mengantar. "
Dia benar benar sabar, dan Han kenapa dia tidak segera mengantarnya apa Han tidak berlaku baik padanya dan Tari menutupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Wanita
RomansaAwal pernikahan tanpa cinta,untuk melepas masa lajangnya yang penuh godaan, untuk melepaskan jerat hutang orang tua, tidak ada getaran di hati yang ada kewajiban seorang wanita yang sudah menikah saja, membuat luka seumur hidupnya tanpa bisa membuka...