Ahmad Raja Pratama

17 1 0
                                    

Setelah penuh perjuangan, Tari berhasil melewati masa kritisnya bayinya pun selamat.Kabar itu di sambut suka cita, Ibu mertua yang masih menunggui Pak Arya di ruang perawatan, Ibu dan adik adiknya, Han dan sahabat sahabatnya ikut bahagia.Rasa syukur di ucapkan tanpa henti,Tari dan bayinya selamat.
"Yah...dengar cucu kita laki laki. Ayah harus sehat untuknya!"di genggam tangan suaminya untuk memberinya kekuatan,Pak Arya terkena stroke kabar yang di bacanya dan cemas kondisi Tari menyebabkan sarafnya tidak berfungsi,Bu Santini masih bisa tersenyum dia yakin suaminya bisa sembuh apalagi ada cucu yang sudah terlahir dari putri menantunya itu merupakan sebuah kekuatan.
Pak Arya hanya bisa tersenyum,mendengarnya.... ada tetes bening di pojok matanya.Bu Santini mengusapnya dengan lembut.
"Ayah...harus kuat,harus sembuh ya demi cucu kita, Ayah pengin gendong dia kan... Bermain bersamanya? "
Pak Arya mengangggukkan kepalanya ....suaranya seperti orang menahan sakit yang tak tertahankan,tubuh sebelah kanan tidak bisa di gerakkan sama sekali.
Aku ingin melihatnya Bu,bisa bawa aku ke sana? Dengan membuka tutup mata, menggerakan tangan kirinya menunjuk ke arah ruangan lain, Bu Santini mulai memahami keinginan suaminya.
"Sabar ya Yah...mereka belum di perbolehkan keluar,keduanya baru saja melewati masa kritisnya Ayah berdoa ya untuk mereka, Ayah pasti bisa! "di usap kepala suaminya untuk memberinya kekuatan.

"Han...selamat kamu jadi seorang ayah,cowok lagi selamat Han!"Damar memberinya selamat.Han tersenyum ada rasa bangga juga di hatinya, tapi dia belum berani menjenguknya.
"Han...ada kabar buruk!"
"Apa?"
"Beberapa gudang kita terbakar habis!"
"Apaaaa....kapan kejadiannya.Sial!"
"Kemarin pas kamu bawa istrimu ke sini."Jadi Ayah.....ah mungkin karena ini Ayah shock bukan karena aku.. Syukurlah.
"Bagaimana bisa terjadi, Mar!"
"Belum jelas, semua ludes terbakar tapi anehnya waktunya seperti beruntun, aku curiga ada yang sengaja melakukannya."
"Brengsek....siapa yang berani macam macam denganku.Segera selidiki Mar!"

Pak Iman dan Tarji lebih dulu menyelidiki kebakaran yang sepertinya di sengaja,Han punya banyak musuh, terutama dari para wanita yang sering di buat kecewa.
Tarji curiga salah satu dari mereka yang melakukannya.
"Segera cari tahu Ji!Sebelum tuan meminta kamu bisa menangkap pelakunya, sekarang kamu harus ekstra mengawasi Han dia tidak bisa di andalkan hati hati dia akan tersinggung urusannya ada yang ikut campur!"
"Baik...Pak!"
"Pak Arya kena stroke.. Kamu harus ekstra menjaga perasaannya, bantu pemulihannya jika ada masalah lebih baik sharing sama Tari dia lebih bijak dalam segala hal,tapi Bapak juga bingung ini sebenarnya tanggung jawab Han coba Bapak bicara dengannya, semoga dia bisa memahaminya."
"Aamiin...aku ke Pak Arya dulu ya  Pak.Oh ya Tari sudah boleh di bezuk belum?"
"Hati hati kalau ke sana jangan sendiri,Han tidak akan suka! "Pak Iman tahu betul Han selalu menunjukkan rasa tidak sukanya jika ada lelaki lain yang bicara dengan istrinya,Deni yang titip salam lewat hp saja Han sangat gusar karena Pak Iman ada di sana waktu itu,Tarji bicara sebentar dengan Tari tatapan Han penuh amarah. Tarji mengangguk tanda setuju dia berlalu menuju kamar perawatan Pak Arya.

"Assalamualaikum!"
"Wa alaikumsalam...Ji kamu masuklah!"di jabat tangannya dan dicium punggung tangan keduanya penuh hormat.
"Bapak...gimana kabar hari ini?"
"Alhamdulillah sedikit ada perubahan, berkat Raja cucunya Bapakmu jadi semangat...bukan begitu Pak ?"Pak Arya tersenyum,melambaikan tangannya meminta Tarji mendekat.
"Sini Ji...mungkin Bapak ingin bicara padamu!"Tarji duduk mendekat di usap tangannya, di pandangi tuan yang telah membesarkannnya itu.
"Ya...Pak..cepat sehat ya...siapa tadi namanya Raja....kapan dia di beri nama?"
"Ji....tolong jaga....me..re....ka....untuk..."di tarik tangan Tarji di letakkan di dadanya.
"Tanpa di minta saya akan selalu menjaganya sampai akhir hayatku... Bapak tenang ya.Bapak jangan pikir apa apa dulu,biar saya dan Bapak yang urusi,soal mas Han Bapak yang bilang nanti."Tarji berusaha meyakinkan Pak Arya,dia sudah berjanji akan mengabdi seumur hidup pada keluarganya,semua biaya hidup sudah di tanggung, setiap bulan Tarji menerima gaji dan itu menjadi tabungannya di hari tua nanti jika dia tidak bersama Pak Arya lagi, atau mungkin itu bisa membantunya kelak jika di butuhkan.
"Kamu sudah lihat Raja, Ji?"
"Belum Bu....siapa namanya? "
"Ahmad Raja Pratama...Ayah sudah menyiapkannya dari awal kehamilannya."
"Oh...ya?Bapak harus sembuh biar bisa bermain dengan Raja..."Tarji tersenyum ke arahnya.Ketiganya larut dalam canda tawa,inilah bedanya dengan Han,Han tidak pernah bisa membuat suasana hidup yang ada hanya amarah, kecemasan rasa tak peduli dan diam.

"Selamat ya Mbak....Raja kecil, aku Bulikmu...tapi panggil tante saja ya..!"Tari tertawa melihat kelakuannya.
"Mbak....Mas Han kok tidak di sini...dia sudah ke sini kan?"
"Sudah....mungkin ada perlu dia keluar!"Tari terpaksa berbohong padanya,dia tidak mau ada yang tahu Han tidak peduli padanya, bahkan Hanlah yang menyebabkan dia masuk rumah sakit, Alhamdulillah Allah melindunginya dan bayinya hingga selamat,Tari belum tahu kalau Pak Arya sakit dan opname di rumah sakit ini.Bu Santini yang memintanya, merahasiakannya dari Tari.
"Mbak sudah, makan?"
"Alhamdulillah sudah,kuliahmu gimana?"
"Lancar Mbak..Alhamdulillah.Oh ya Mbak ada transferan dari TK Construksi  lumayan banyak Mbak!"
"Oh...ya Alhamdulillah jangan lupa untuk angsur ke Pak Arya.... Biar bagaimanapun kamu adalah orang lain,Mbak mau kamu tidak tergantung dengan siapapun karena kita tidak tahu kondisi ke depannya."Ara mengangguk, setuju dengan pemikiran kakaknya.

Han masuk ketika keduanya asyik bicara tentang Raja,dia heran karena sudah memanggil bayinya dia belum memberinya nama lancang sekali dia.
"Siapa kamu berani memberinya nama,aku Ayahnya! "
"Loh...Mas gimana sih masak gak tau...itu nama dari kakeknya  Mbak Tari juga tidak tahu tiba tiba sudah ada nama di gelang tangannya kata suster itu nama pemberian kakek bayi."Ara melihat Han dengan heran, dia kan putranya tapi dia juga tidak tahu apa apa aneh.
Han baru saja ketemu ayahnya sebelum ke Tari,tapi ayahnya tidak bilang apapun.Han sedih lihat keadaannya, Han harus ekstra untuk bisa mendengarkan setiap kata yang terucap dari bibirnya.Han malu mendengar kata kata Ara,dia melihat putranya yang sudah di bawa ke ruangan ini kemarin dia melihat masih di ruang perawatan bayi, ada rasa bahagia di relung hatinya.Dia tidak berani melihat Tari,dia harus minta maaf agar Tari tidak bercerita kalau dia yang menyebabkan masuk rumah sakit,beruntung keduanya selamat jika tidak Han tidak tahu apa yang harus di lakukannya.

Luka Hati WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang