Pelajaran pertama untuk hari ini adalah bahasa Indonesia yang diajar sendiri oleh wali kelas 11 IPA 3, Bu Feni. Selama dua bulan menjadi wali kelas 11 IPA 3, tidak pernah sekalipun Bu Feni melihat bangku kelas terisi semua, pasti ada satu dua yang kosong. Entah ada gilirannya atau bagaimana karena setiap hari ada saja yang tidak masuk dengan berbagai alasan dan semua itu dilakukan oleh para cowok. Bu Feni bersyukur setidaknya para cewek masih bisa diandalkan. Meskipun kelas ini terkenal dengan muridnya yang suka bolos -karena raja bolosnya juga berada di kelas ini- tapi kelas ini juga terkenal dengan anaknya yang pintar-pintar. Juara umum pun berada di kelas ini membuat Bu Feni tidak terlalu nelangsa karena kebagian menjadi wali kelas 11 IPA 3.
Jam pelajaran diawali dengan mengabsen murid-murid. Bu Feni mulai memanggil nama muridnya. Murid yang merasa namanya dipanggil pun mengacungkan tangan.
“Ahmad Zakiyah Al-Fariza”
“Ardiansyah Kurniawan”
Bu Feni terus memanggil nama muridnya sampai dia dihadapkan dengan nama seseorang yang sudah dipastikan tidak hadir seperti biasanya. Fajar Arvandi. Bu Feni sampai berniat mengganti bangku Fajar dengan sofa empuk agar anak itu betah duduk di bangkunya. Fajar yang mendapat julukan raja bolos itu selalu tidak betah berada di sekolah. Entah dia tidak masuk dengan berbagai alasan atau pulang sebelum jam waktu pulang. Andai bangku bisa dikontrakkan pasti sudah Bu Feni kontrakkan bangkunya Fajar yang sudah menjadi sarang laba-laba itu.
Bu Feni menghela nafas lalu memanggil nama Fajar. Meskipun dia tau Fajar tidak masuk tapi dia tidak mungkin melompati nama Fajar begitu saja.
“Fajar Arvandi”
Bu Feni mengedarkan pandangan, pura-pura tidak tahu kalau Fajar tidak masuk. Dia ingin mendengar alasan apa yang kali ini anak itu buat.
Meskipun Fajar suka membolos tapi dia jarang sekali alfa karena dia selalu membuat alasan-alasan yang kadang tidak masuk akal. Mulai dari mengantar mama ke pasar, membantu pak satpam mengecat pos, atau ikut tetangganya membersihkan selokan. Terdengar baik memang tapi tetap saja tidak benar jika itu membuat Fajar tidak masuk sekolah. Lagi pula, kegiatan-kegiatan tersebut --kecuali mengantar mama ke pasar-- kan seharusnya dilakukan saat hari minggu. Memang Fajarnya saja yang tidak berniat sekolah.
“Fajar kemana lagi?” tanya Bu Feni dengan menahan kesal.
“Dia tadi WA saya, katanya sakit, Bu” jawab Senja, sang sekretaris kelas. Dia yang selalu bertanggung jawab jika Fajar tidak masuk. Senja harus tau alasan dari tidak masuknya Fajar ke sekolah karena dia yang selalu ditanya oleh guru. Kalau Senja bilang tidak tahu, pasti guru itu bilang...
“Seharusnya kamu tahu, kan kamu sekretaris kelas. Kamu juga tetanggaan sama Fajar. Masa tidak tau alasan dia tidak masuk sekolah”
Sudah 5 tahun Senja merasakan ini dan sudah ribuan kali Senja mengeluhkan hal ini pada Fajar tapi cowok itu tidak pernah peduli dengan keluh kesah seorang sekretaris sekaligus tetangganya yang selalu mendapat imbas dari kelakuannya.
“Ini Bu, ada suratnya! Kata Fajar, Dia izin ke rumah nenek” sahut Ardian lalu menyerahkan sebuah amplop ke Bu Feni.
Senja tercengang melihat itu. Meskipun ini bukan pertama kalinya tapi tetap saja dia belum terbiasa dengan tingkah Fajar yang satu itu. Kalau memang berniat bolos setidaknya jangan membuat Senja pusing dengan alasannya yang berbeda-beda. Itu membuat Senja terlihat seperti pembohong di depan Bu Feni. Senja bersumpah akan menjambak poni Fajar --yang katanya mirip boyband Korea-- saat bertemu dengan cowok itu.
Bu Feni membaca surat yang baru saja diberikan Ardian. Di surat itu tertulis jika Fajar izin ke rumah neneknya. Di bawahnya terdapat tanda tangan mamanya yang sangat mudah sekali untuk ditiru. Tipe tanda tangan orang jaman dulu. Mungkin itu alasannya surat Fajar selalu ditandatangani oleh mamanya karena tanda tangan mamanya gampang ditiru jadi dia bisa dengan mudah memalsukan tanda tangan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...