AFDS - 12. Black Eagle ft Senja

286K 32.4K 2.9K
                                    

Pegangan pada tangan Senja terlepas saat anak Black Eagle plus Senja sudah berada jauh dari depan kelas Guntur. Senja pun diam saja sedari tadi.

“Lain kali jangan minta bantuan gue! Gue gak mau ikut campur masalah lo,” ucap Fajar tanpa menoleh.

Senja menoleh dengan bibir manyun—tidak setuju dengan permintaan Fajar. Senja baru meminta bantuan beberapa kali saja Fajar sudah seperti itu padahal Senja selama ini menerima saja saat dia diribetkan karena ulah cowok menyebalkan itu.

“Tapi, cuma lo yang bisa bantu gue lepas dari Guntur.”

“Sebenernya, gue juga bisa bantu kali, Ja. Tapi, lo minta bantuannya cuma ke Fajar,” sahut Gerald dengan senyum meledek.

“Iya. Sebenarnya, kita semua juga bisa bantu lo. Mana berani Guntur sama anak Black Eagle. Kalau Fajar gak mau bantuin lo, minta bantuan sama Gerald aja! Dia kan kakak kelas, Guntur pasti gak berani,” ucap Vano ikut nimbrung.

“Gue gak akan minta bantuan Fajar lagi kok,” ucap Senja judes.

Fajar tetap berjalan santai seolah tidak peduli dengan pembicaraan teman-temannya. Meskipun dia tahu, Senja bete karena ucapannya, tapi dia tetap tidak berniat membujuk Senja.

Keberadaan Senja diantara gerombolan anak Black Eagle berhasil mencuri perhatian anak-anak yang sedang berada di koridor. Apalagi Senja berjalan di samping Fajar. Bukan rahasia lagi kalau Fajar dan Senja tidak begitu akrab meskipun mereka bertetangga dan selalu menjadi teman sekelas. Jadi, melihat Fajar dan Senja bersama tanpa adanya pertengkaran itu membuat yang lain menjadi terheran-heran. Mereka sampai melihat tanggal untuk memperingatinya karena ini termasuk kejadian yang langka.

Senja merasa risih ditatap oleh setiap pasang mata yang melihatnya. Menurutnya, tidak ada yang salah pada dirinya, tapi kenapa semua orang melihatnya dengan tatapan aneh?

Melihat Fajar yang tetap santai meskipun ditatap seperti itu membuat Senja pun berusaha tidak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Dia berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Dalam hati, dia berharap agar cepat sampai kantin dan bertemu dengan Fifi. Senja tidak menyangka, hanya dengan berjalan di samping Fajar saja membuatnya menjadi pusat perhatian, apalagi kalau dia berjalan di samping Shawn Mendes, bisa-bisa Senja ditimpuk sama orang-orang.

Suasana kantin terasa ramai dan riuh. Ada yang berdesak-desakan memesan makanan, ada yang bercanda dengan suara keras, sampai ada yang bernyanyi dan memainkan gitar untuk menghibur yang lain.

Pandangan Senja menyusuri setiap jengkal kantin untuk mencari sosok Fifi. Dia sudah mengirim pesan pada sahabatnya itu untuk bertanya dimana posisinya, tapi Fifi belum juga membalasnya.

Denting notifikasi yang masuk ke ponselnya membuat Senja mengalihkan perhatiannya. Pesan dari Fifi yang mengatakan kalau dia sudah kembali ke kelas membuat Senja ingin menjerit saat itu juga. Dia sudah sampai kantin, tapi Fifi malah meninggalkannya kembali ke kelas.

Senja segera menyusul Fajar yang sudah berjalan sedikit jauh menuju tempat dimana anak Black Eagle biasa nongkrong. Dia menahan tangan Fajar agar Fajar berhenti berjalan. Fajar pun menoleh saat merasa tangannya ada yang memegang. Alisnya terangkat sebelah saat mengetahui kalau Senja-lah yang menahan tangannya.

“Ada apa?”

“Temenin gue makan! Fifi udah balik ke kelas,” pinta Senja dengan tatapan penuh harap.

“Makan sendiri, sana! Gue mau ngumpul sama temen-temen gue.”

Bibir Senja semakin cemberut. “Gak mau! Kayak anak ansos aja, makan sendiri.”

“Temenin aja lah, Bro! Kasian Senja kalau makan sendiri,” saran Vano dengan menahan tawanya—merasa lucu dengan interaksi Fajar dan Senja.

“Ya udah, ayo!” Fajar mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Senja pun mengikuti di belakangnya.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang