AFDS - 46. Kok Jadi Kayak Gini?

233K 27.5K 1.5K
                                    

Senja menonton kartun yang sedang tayang dengan fokus. Meskipun sudah beberapa kali diputar ulang, tapi dia tidak pernah bosan menontonnya. Berbeda dengan sinetron yang akan membuat bosan saat diputar berulang kali.

Sesekali tangan Senja merogoh biskuit di dalam toples lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Ponsel yang berada di sisi tubuhnya tiba-tiba saja berdering membuat Senja mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Dahinya mengernyit saat membaca nama si penelpon.

“Vano? Ngapain dia pagi-pagi nelfon gue?” gumam Senja pelan.

Senja akui kalau Vano itu jomblo kurang kerjaan. Tapi, Senja tidak mengira dia sekurang kerjaan itu sampai menelponnya di jam 6 pagi seperti ini. Apalagi ini hari minggu. Kenapa Vano tidak tidur saja dari pada harus mengganggu Senja pagi-pagi?

Dengan malas, Senja mengangkatnya. Meskipun dia sangat yakin kalau ucapan Vano tidak penting, tapi Senja akan tetap mengangkat telepon Vano agar pulsa cowok itu berkurang.

“Halo! Dengan Senja putri kebanggaan bangsa disini,” sapa Senja malas. Jika Senja berpikir kalau Vano itu absurd, dirinya sendiri malah lebih dari itu. Sayangnya, dia tidak menyadarinya—atau lebih tepatnya, tidak mau mengakuinya.

Terdengar suara decihan di seberang sana.

“Emang lo ngelakuin apa sampai bisa bikin bangsa bangga sama lo? Yang ada lo malah menuh-menuhin negara,” balas Vano tidak setuju dengan ucapan Senja.

“Jangan salah! Gue ini calon penyumbang generasi penerus bangsa.”

Please deh, Ja! Ini masih pagi. Tolong jangan kau cemari otakku yang sudah bodoh ini!”

Senja terkekeh mendengar ucapan Vano. Ternyata cowok itu sadar juga kalau dia selama ini bodoh.

“Ja, lo bisa kesini, gak?” tanya Vano setelah tidak terdengar tawa dari Senja.

“Ngapain?”

“Fajar sakit. Gak ada yang bisa ngurusin dia. Ya, lo tau sendiri lah, kita disini semua cowok.”

Senja langsung menegakkan tubuhnya mendengar ucapan Vano yang bilang kalau Fajar sakit. Toples berisi biskuit yang berada di pangkuannya dia singkirkan begitu saja. Dia langsung berdiri dengan perasaan cemas.

“Fajar sakit apa?”

“Nanti juga lo tau sendiri.”

“Kenapa gak disuruh pulang aja, sih?” kesal Senja. Kalau memang mereka tidak bisa mengurus Fajar, setidaknya mereka bisa mengantar Fajar pulang agar Fajar bisa dirawat mamanya.

“Lo pikir ini sekolahan, kalau sakit disuruh pulang. Udah, lo cepetan sini! Nanti gue jelasin disini.”

Senja menggumam. Dia menutup sambungan teleponnya lalu segera mengganti bajunya dan sedikit berdandan. Apapun yang terjadi, penampilannya harus terlihat cetar. Apalagi dia akan bertemu Fajar. Meskipun cowok itu sedang sakit, tapi matanya pasti masih normal. Senja tidak mau membuat Fajar ilfeel dengan penampilannya yang acak-acakan.

Setelah berpamitan pada orang tuanya dengan alasan akan mengunjungi temannya yang sedang sakit, Senja melajukan mobilnya menuju basecamp Fajar. Selama perjalanan, Senja tidak bisa menutupi rasa cemasnya. Vano yang tidak mau memberitahu penyakit Fajar membuat Senja terus bertanya-tanya tentang keadaan Fajar.

Senja memarkirkan mobilnya di halaman basecamp Black Eagle. Dia segera masuk dengan terburu-buru.

Pembicaraan anak Black Eagle langsung berhenti saat melihat Senja muncul dari pintu utama. Mereka tersenyum ramah dan menyuruh Senja masuk.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang