Senja mengedarkan pandangan, mencari sosok tetangganya yang bernama Dona untuk ikut nebeng pulang. Senja tadi berangkat bersama papanya dan sekarang dia kesulitan mencari tumpangan karena teman satu gang-nya pun tidak ada yang membawa kendaraan. Memang lebih enak nebeng dari pada membawa kendaraan sendiri, lebih irit dan ramah lingkungan juga.
Sekolah masih terlihat ramai. Senja duduk di depan kelas sembari menunggu kedatangan Dona. Sesekali dia memainkan ponselnya untuk mengusir kebosanan. Dia memang menunggu sendirian karena teman-temannya sudah pulang semua. Kelas pun sudah kosong. Prinsip hidup anak 11 IPA 3, berangkat terakhir, pulang duluan. Apalagi yang namanya gang Black Eagle. Bel belum berbunyi, mereka sudah keluar duluan.
Dona menghampiri Senja dengan setengah berlari. Terlihat tatapan bersalah di matanya. Senja mulai merasa tidak enak saat melihat tatapan itu.
“Sorry banget, Ja. Gue gak bisa nebengin lo. Gue ada kerja kelompok habis ini,” ucap Dona merasa tidak enak.
Senja tersenyum untuk menunjukkan pada Dona kalau dia tidak apa-apa agar Dona tidak merasa bersalah.
“Iya, gapapa kok. Gue bisa nebeng yang lain.”
“Sekali lagi, sorry, ya? Gue pergi dulu. Udah ditunggu temen-temen kelompok gue di parkiran,” pamit Dona yang diangguki oleh Senja.
Setelah Dona pergi, Senja menghempaskan tubuhnya ke bangku yang tadi dia duduki. Dia merasa lelah. Ingin cepat pulang, tapi belum ketemu tumpangan. Yang lewat di depannya pun sedari tadi tidak ada yang Senja kenal.
Apa yang baru saja terjadi tidak luput dari perhatian Guntur. Dia sedari tadi mengawasi Senja dari depan kelasnya tanpa Senja sadari.
“Senja!” panggilnya membuat Senja menoleh. Senja memutar bola matanya jengah. Dari sekian banyak orang yang Senja kenal, kenapa harus Guntur yang muncul di hadapannya? Senja memang membutuhkan tumpangan, tapi kalau yang memberi tumpangan adalah mantannya, lebih baik Senja pulang naik ojol saja.
“Kamu kok belum pulang?”
“Masih nunggu temen,” jawab Senja ketus.
“Aku anterin pulang aja, ya?” ucap Guntur memberi tawaran.
“Gak usah! Gue pulang sama temen gue aja,” tolak Senja. Tatapannya menatap lurus ke depan—enggan menatap wajah Guntur. Dia masih belum lupa tentang apa yang Guntur lakukan padanya.
“Temen yang mana? Temen kamu bukannya udah pulang semua?” pancing Guntur. Dia berharap Senja mau pulang bersamanya.
“Kepo banget lo!” Senja berdiri dari duduknya. Matanya semakin gencar mencari sosok manusia yang kemungkinan bisa menolongnya. Senja hanya takut emosinya tidak terkontrol saat berdekatan lama-lama dengan Guntur.
Dahi Senja berkerut saat melihat banyak anak yang berlarian ke belakang. Sebenarnya dia tidak peduli, tapi saat melihat Vano berada dalam kumpulan orang itu, mau tidak mau hal itu membuatnya semakin penasaran. Entah ada apa di belakang sampai semua orang berlarian kesana. Otak Senja mencetuskan dugaan kalau ada yang berantem di belakang.
Tiba-tiba saja ada bolam yang bersinar terang di otak Senja. Dia mulai menyadari sesuatu sekarang. Kalau Vano masih berada di sekolah, itu artinya Fajar juga masih ada di sekolah karena mereka masih satu paket.
Senyum miring tercetak di bibir Senja. Sekarang dia tahu harus berbuat apa. Hal pertama yang harus dia lakukan adalah mencari Fajar. Pasti cowok itu tidak akan menolak untuk mengantarnya pulang.
Setelah apa yang Fajar lakukan saat Senja menstruasi tempo hari, Senja mulai mengagumi cowok menyebalkan itu. Senja benar-benar baper dengan perlakuan Fajar terhadapnya. Apalagi setelah Keyla dan Fifi bercerita tentang Fajar yang membuat baper satu kantin karena membelikan Senja obat pereda nyeri haid tanpa malu sedikitpun. Pandangan matanya pun selalu mengikuti kemanapun Fajar pergi. Fajar hilang sebentar dari jangkauan matanya saja sudah membuat Senja mencari cowok itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/230905465-288-k335423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Novela Juvenil(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...