Senja menidurkan kepalanya di atas meja. Dia masih mengantuk karena kemarin malam tidak bisa tidur. Dia baru tidur jam 3 pagi tadi. Semua itu tidak lepas dari kejadian kemarin yang membuat Senja terus kepikiran. Sikap Fajar yang dingin, bentakan Fajar, dan sekilas tentang pertengkaran mereka masih sering berputar di otak Senja.
Hari senin yang seharusnya dilalui dengan semangat baru malah harus dilalui dengan kegalauan oleh Senja. Rasanya lucu saat mengingat dia dan Fajar bukan siapa-siapa, tapi mereka saling mengatur. Senja tidak mengerti dengan hatinya sendiri. Dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, kenapa hatinya malah jatuh pada Fajar yang sudah dia kenal sejak kecil? Dari kecil Fajar memang sudah hobi menyusahkannya. Besarnya pun lebih menyusahkan lagi karena dia berani mengambil hati Senja tanpa mau bertanggung jawab.
Senja mulai memejamkan mata. Dia ingin tidur sebentar sebelum berkumpul di lapangan untuk upacara. Masih ada waktu 15 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.
Matanya memang tertutup, tapi Senja tidak kunjung terlelap. Apalagi saat wangi parfum seseorang yang sangat dia kenali mulai tercium kuat. Pergerakan dari bangku di sampingnya semakin membuat Senja yakin kalau orang itu menghampirinya.
Senja pura-pura tertidur agar orang itu tidak mengajaknya berbicara.
“Gue tau lo gak tidur, Ja,” ucap seseorang yang tidak lain adalah Fajar.
Senja masih enggan membuka matanya. Dia berharap Fajar segera pergi setelah tidak mendapat respon darinya.
“Sorry, Ja. Lo jangan ngambek lagi, ya!” Fajar mengelus rambut Senja lembut. Apa yang dilakukannya itu malah membuat Senja ingin menangis. Senja jadi teringat dengan kejadian kemarin.
“Gue gak suka lo diemin kayak gini, Ja,” ucap Fajar masih belum menyerah membujuk Senja.
“Gue ngaku salah karena gak sengaja bentak lo kemarin. Gue cuma kebawa emosi aja, Ja. Gue gak suka lihat lo jalan sama Garrel. Yang lo omongin kemarin emang bener. Gue egois. Gue gak suka lo deket sama cowok lain. Gue cuma mau lo deket sama gue aja karena cowok lain belum tentu bisa jagain lo kayak gue jagain lo.”
Ucapan Fajar itu membuat Senja mual. Senja mendumel dalam hati, bukan hanya dia saja yang dijaga oleh Fajar, tapi cewek lain juga. Itu yang membuat Senja tidak suka.
“Ja, gue beliin ice cream mau, gak?” rayu Fajar karena Senja masih tidak mau membuka matanya.
“Coklat kesukaan lo, deh.”
Fajar menusuk-nusuk pipi Senja dengan jarinya agar Senja membuka matanya. Pipi Senja yang bulat membuat Fajar semakin suka memainkannya. Dia merasa sedang memainkan squishy. Karena sudah terlanjur gemas, Fajar pun mencubit pipi Senja yang terasa sangat empuk.
“Aw! Sakit, Bego!” Senja mengaduh sembari mengusap-usap pipinya. Matanya menatap horor pada Fajar yang sedang tertawa puas.
“Makanya, jangan diemin gue terus!”
“Lo pergi, sana! Gue mau tidur.” Senja mendorong tubuh Fajar agar pergi dari bangku Vinka.
“Bentar lagi upacara, Ja,” ucap Fajar mengingatkan.
“Bodo amat!” Senja kembali memejamkan mata.
Fajar menghela nafas lalu berdiri dari bangku Vinka dan kembali ke bangkunya sendiri.
Yang dikatakan Fajar ternyata benar. Baru saja Senja memejamkan mata, bel masuk sudah berbunyi. Dia segera bangun dan mencari topinya lalu menyusul teman-temannya yang sudah berkumpul di depan kelas.
“Lo lagi berantem sama Fajar, Ja?” tanya Keyla ingin tahu karena dia sempat melihat Fajar membujuk Senja.
Senja mengedikkan bahunya. “Ya gitu, deh!”
“Ribet lo berdua! Belum jadian, udah berantem duluan,” sahut Fifi yang ikut mendengar pembicaraan Senja dan Keyla.
“Seenggaknya gue udah berusaha keluar dari zona jomblo,” sindir Senja.
Fifi dan Keyla kompak berdecak kesal mendengar sindiran Senja, sedangkan Senja sudah tertawa puas di tempatnya.
Mereka menuju ke lapangan setelah mendapat instruksi dari speaker. Mereka mulai membentuk barisan sesuai kelas. Senja memilih baris di tengah-tengah bersama Keyla karena menurut mereka itu tempat teraman, sedangkan Fifi dan Vinka berada di barisan depan karena mereka ingin melihat kegagahan sang pemimpin upacara yang tidak lain adalah mantan gebetan Vinka. Fifi yang diajak baris di depan pun menurut saja. Karena menurutnya, baris dimana saja itu sama, sama-sama berdiri.
Pembina upacara mulai berceramah dan memberi petuah-petuah di depan para peserta upacara. Di tengah barisan, Keyla pun melakukan hal yang sama. Dia mulai mengghibahi setiap orang yang tertangkap pupil matanya. Mulai dari guru-guru yang tidak memberi contoh baik karena berbicara saat upacara sedang berlangsung sampai adik kelas yang dandanannya menor. Semua tidak luput dari ghibahan Keyla. Senja sebagai teman yang baik pun menyahutinya.
“Ada yang pingsan, woy!” teriak seorang perempuan berharap anggota PMR yang sedang berjaga segera menghampiri mereka.
“Eh, iya! Immah pingsan.”
Mendengar nama itu disebut, Fajar segera keluar barisan dan masuk ke barisan kelas 11 IPA 1 untuk melihat keadaan Immah. Cewek itu tergeletak di atas tanah dengan dikerubungi teman-temannya. Fajar meminta cewek-cewek itu menyingkir lalu menggendong Immah keluar barisan tanpa banyak bicara. Hal itu tentu mengundang perhatian banyak orang terutama pembina upacara yang sampai berjinjit dari podium agar bisa melihat apa yang terjadi. Tingginya yang tidak seberapa membuatnya kesulitan melihat apa yang terjadi di tengah kerumunan siswa-siswanya.
Para cewek tercengang melihat aksi Fajar yang terlihat sangat gentleman. Gumaman berisi curahan hati yang iri dengan Immah dan pujian-pujian terus terdengar meskipun Fajar sekarang sudah menghilang bersama Immah di lorong menuju UKS.
Rasa perih mulai menyelimuti hati Senja. Tubuhnya terdiam kaku menatap ke tempat dimana Immah tadi pingsan seolah kejadian itu masih berlangsung. Bayangan wajah khawatir Fajar yang sangat kentara membuat rasa cemburu yang timbul semakin tidak terbendung.
“Ja!” Keyla menyentuh bahu Senja pelan.
Senja berjingkat kaget karena seperkian detik yang lalu dia sedang melamun.
“Lo gapapa, kan?” tanya Keyla khawatir.
Senja tersenyum tipis. “I’m fine.”
“Mumpung gak ada Vinka, gue mau ngomong sesuatu sama lo,” bisik Keyla.
“Kenapa emang kalau ada Vinka?” dahi Senja berkerut bingung.
Keyla berdecak gemas. “Kan, itu anak selalu jodohin lo sama Bang Sat. Mumpung dia gak ada, gue mau ngungkapin pendapat gue tentang masalah lo sama Fajar.”
Senja terdiam. Menunggu Keyla melanjutkan ucapannya.
“Kalau lo emang beneran punya perasaan sama Fajar, mending lo utarain, deh, sebelum terlambat!” saran Keyla yang langsung mendapat pelototan tajam dari Senja. Seumur-umur Senja belum pernah menembak cowok. Apalagi menembak cowok kampret seperti Fajar.
“Gila lo! Gak mau gue,” tolak Senja keras.
“Menurut gue, lo itu masih punya kesempatan, Ja. Interaksi antara Fajar sama Immah nggak se-uwu yang orang lain bicarain. Lo masih bisa rebut Fajar balik.”
Senja melirik Keyla sinis. “Menurut lo, muka gue pelakor-able banget, gitu, sampai lo saranin gue buat rebut Fajar dari Immah?”
“Jaman sekarang, yang cuma bisa diem sok ikhlas sambil nangis, yang bakal kalah. Makanya, lo nonton sinetron indosiar biar tau!”
Senja mendengus. Lebih baik dia menonton upin ipin yang dari dulu tidak lulus-lulus dari pada menonton sinetron seperti itu.
🍰🍰🍩🍰🍰
~ Up pagi karena part kemarin responnya bagus. Thank u 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...