AFDS - 13. Bajak HP Fajar

290K 31.9K 3.3K
                                    

Pelajaran Sejarah menjadi salah satu mata pelajaran kesukaan anak kelas 11 IPA 3. Bukan karena materinya, tapi karena guru pengajarnya yang kocak. Jika biasanya pelajaran sejarah membuat mata mengantuk, tapi tidak saat diajar oleh Pak Irul. Mata semua muridnya terbuka lebar karena Pak Irul mengajarnya diselingi dengan candaan yang membuat pelajaran sejarah menjadi tidak membosankan. Tidak ada murid yang mengeluh mengantuk, yang ada hanyalah mengeluh perutnya sakit karena kebanyakan tertawa.

Pak Irul termasuk guru yang unik dan asik. Beliau sudah tua, tapi berjiwa muda. Materinya pun diajarkan dengan cara yang menarik. Seringkali, sebelum memulai pelajaran, beliau bertanya terlebih dulu pada muridnya, apakah muridnya ingin diberi materi atau tidak. Saat muridnya menjawab tidak, Pak Irul membebaskan muridnya untuk melakukan apapun sesukanya dengan syarat harus membaca buku terlebih dahulu meskipun hanya sebentar. Setelah itu, beliau meninggalkan kelas dan menuju basecamp untuk bermain catur dan ngopi bersama guru-guru yang lain.

Sudah setengah jam setelah bel masuk berbunyi, tapi Pak Irul belum juga masuk kelas. Cara Pak Irul mengajar memang kelewat santai. Dia melakukan apapun sesukanya tanpa terbebani oleh deadline dan tugas. Itulah kenapa murid yang diajar pun ikut santai.

Keributan yang dibuat Vano tiba-tiba berhenti saat melihat Pak Irul memasuki kelas. Meskipun mereka dan Pak Irul sangat akrab, tapi mereka tetap menghormati Pak Irul dengan cara diam dan memperhatikan saat Pak Irul sedang berdiri di depan kelas.

Pak Irul mengucapkan salam dan mulai mengabsen murid-murid kelas 11 IPA 3. Sesekali beliau membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot. Memang dasarnya berjiwa komedian, apa yang dilakukannya selalu berhasil mengundang gelak tawa murid-muridnya.

“Itu yang dipojok, anak baru, ya?” tanya Pak Irul bermaksud menyindir Fajar karena Fajar jarang sekali ikut pelajarannya.

“Iya, Pak. Baru netas, tapi udah berhasil ngalahin Bapak.” Fajar balas menyindir dengan terkekeh. Dia bisa berbicara seperti itu karena dia kemarin baru saja mengalahkan Pak Irul dalam permainan catur. Mereka kemarin memang bermain catur bersama di kantin saat Pak Irul tidak ada jadwal mengajar dan Fajar juga sedang jamkos.

“Setelah ini, kita main catur lagi! Lihat saja, kali ini kamu akan kalah dengan saya!” ucap Pak Irul yakin.

“Oke! Gimana kalau kita buat perjanjian? Kalau Bapak kalah, hari ini kita jamkos. Tapi, kalau saya yang kalah, kita pelajaran. Deal?”

“Baiklah! Saya setuju.”

Semua anak 11 IPA 3 bersorak mendengar perjanjian yang Fajar tawarkan, yang disetujui oleh Pak Irul. Mereka berharap Fajar bisa menang agar mereka jamkos hari ini.

Senja geleng-geleng kepala. Pantas saja gang Black Eagle memilih Fajar sebagai ketua mereka karena cowok itu memang cerdik seperti kancil.

Pertandingan dimulai. Pak Irul duduk berhadapan dengan Fajar. Papan catur milik Daffa pun sudah tersedia di depan mereka.

Para cowok mulai berkumpul mengelilingi Pak Irul dan Fajar yang sedang bertanding, sedangkan para cewek memilih mengghibah dan berselfie ria. Mereka tidak mengikuti jalannya pertandingan. Mereka hanya menunggu hasil akhirnya saja.

Beberapa saat kemudian, suara sorakan dan tepuk tangan para anak laki-laki membuat cewek-cewek menjadi penasaran. Mereka mendekat untuk melihat apa yang terjadi.

“Ada apa, sih?” tanya Keyla pada Ardian.

“Fajar menang,” jawab Ardian dengan tampang bahagia.

“Itu artinya... KITA JAMKOS!!!” teriak Vano.

Semua bersorak senang. Para cewek mulai kembali ke deretan bangkunya untuk melanjutkan acara ghibah, sedangkan para cowok memilih bermain game di pojok belakang. Fajar pun sudah undur diri dari hadapan Pak Irul. Dia lebih memilih mabar bersama teman-temannya. Sekarang Pak Irul ganti melawan Daffa.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang