AFDS - 73. Naik Kelas?

204K 26.9K 5K
                                    

Senja menghentikan mobilnya di depan rumah Fajar. Dari luar rumah, Senja sudah bisa mendengar suara pukulan dan erangan seseorang. Ditambah suara tangis seorang wanita yang Senja yakini adalah Gita.

Rasa panik dalam diri Senja semakin tidak terbendung. Dia tahu, seharusnya dia tidak berada disini karena ini termasuk masalah keluarga, tapi Senja juga tidak mungkin membiarkan Fajar menghadapinya sendiri.

Senja melangkah ragu menuju pintu utama. Dalam hatinya dia berdoa semoga hukuman yang Fajar dapat tidak terlalu berat.

Langkah Senja berhenti tepat di depan pintu masuk. Tubuhnya gemetar saat dengan mata kepalanya sendiri dia harus menyaksikan Fajar dipukuli oleh papanya tanpa ampun.

Fajar sama sekali tidak melawan. Dia hanya menunduk saja. Sepertinya dia memang sangat menyesali perbuatannya.

Bayu hanya bisa menonton saja karena dia tidak berani melawan papanya. Dia sebenarnya ingin sekali berlari dan melindungi adiknya, tapi nyalinya tidak sebesar itu. Melihat Fajar dipukuli saja badannya ikut gemetar.

Tanpa sadar, Senja meneteskan air mata. Dia tidak tega melihat raut kesakitan Fajar.

Gita yang sedari tadi menangis di samping Bayu sekarang menghampiri Senja. Membawa Senja ke dalam pelukannya.

"PAPA MALU PUNYA ANAK KAYAK KAMU!"

"ASAL KAMU TAHU AJA, SEBELUMNYA BELUM ADA YANG TIDAK NAIK KELAS DI KELUARGA PAPA! KITA SELALU MENDAPAT PERINGKAT 10 BESAR, TAPI KAMU? KAMU SATU-SATUNYA DALAM SEJARAH KELUARGA PAPA YANG GAK NAIK KELAS!"

Fajar terdiam. Tidak berani menjawab karena dirinya memang salah. Untuk menatap wajah papanya pun Fajar tidak punya muka sekarang. Dia sangat menyesali perbuatannya.

Dulu dia memang tidak pernah berpikir akan akibat dari kelakuannya. Dia pikir, dia tetap akan naik kelas dan lulus seperti teman-temannya sekalipun dia jarang masuk sekolah.

"PAPA KAN SUDAH PERNAH BILANG, GAK USAH JADI ANAK GENG MOTOR KARENA ITU GAK AKAN BERGUNA UNTUK MASA DEPAN KAMU, TAPI KAMU GAK PERNAH MAU DENGERIN PAPA. SEKARANG KAMU BISA MERASAKAN AKIBATNYA, KAN?"

"LIHAT KAKAK KAMU! MESKIPUN DIA GAK IKUT GENG MOTOR KAYAK KAMU, TAPI DIA TETAP TERKENAL KARENA PRESTASINYA. SEHARUSNYA KAMU MENCONTOH KAKAK KAMU, DIA BISA MENDAPAT NILAI BAGUS MESKIPUN BANYAK SAINGANNYA! DIA JUGA SUDAH PUNYA USAHA SENDIRI DI USIANYA YANG MASIH MUDA."

Fajar mengepalkan tangannya menahan amarah. Rahangnya mengeras dengan nafas yang memburu. Dia tidak suka mendengar kata-kata perbandingan yang papanya lontarkan.

Fajar tetap akan menjadi Fajar. Dia tidak akan menjadi Bayu meskipun papanya membandingkannya tiga kali dalam sehari. Fajar percaya, tuhan pasti memberikannya kelebihan yang tidak dimiliki Bayu. Dia akan menunjukkan kalau dia bisa membanggakan papanya dengan caranya sendiri.

Andi mengatur nafasnya lalu duduk di sofa. Tatapannya tetap tajam menghunus pada anak bungsunya.

"Sudahlah, Papa sudah urus semuanya. Kamu tetap akan naik kelas 12," ucap Andi yang mengagetkan semua orang.

Fajar langsung mendongak menatap papanya tidak percaya. Tidak mengira papanya masih mau melakukan itu untuknya.

"Serius, Pa?" tanya Fajar dengan binar mata penuh harap. Senja, Gita, dan Bayu pun ikut tersenyum senang.

"Iya, tapi kamu akan melanjutkan kelas 12 di Surabaya. Papa akan menitipkan kamu ke Om Surya. Papa gak mau ambil resiko. Kalau kamu tetap disini, kemungkinan kamu akan berulah lagi semakin besar apalagi disini masih ada teman-teman geng motormu juga. Papa baru ngizinin kamu pulang kalau kamu udah lulus."

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang