Anak Black Eagle baru saja selesai mengikuti extra kulikuler futsal. Meskipun Fajar suka bolos, tapi dia jarang sekali absen saat extra kulikuler. Itu karena dia sangat menyukai olahraga. Mungkin, diantara semua mata pelajaran, Fajar hanya menyukai pelajaran penjaskes saja.
“Ke mall, yuk! Parfum gue abis,” ajak Vano. Saat ini, mereka masih di parkiran sekolah hendak mengambil motor.
“Kayak cewek aja lo, ngajaknya ke mall!” ledek Ardian.
Vano melotot tidak terima diledek seperti itu. “Heh! Parfum gue abis itu juga gara-gara lo yang selalu minta! Mana, makainya banyak banget lagi sampai pusing gue nyiumnya.”
“Lagian, lo ngapain nyium Ardian?” sahut Gerald dengan menahan tawa.
“Gak gitu, maksudnya!” Vano merengek karena teman-temannya komplotan meledeknya.
“Ayo, buruan! Kita anterin lo ke mall.” Ucapan Fajar itu membuat Vano yang sedang merengek manja langsung tersenyum. Tangannya yang tidak sopan itu langsung nangkring di bahu Fajar dan merangkul Fajar.
“Cuma Fajar emang yang paling ngertiin gue,” ucap Vano dengan menatap Fajar haru.
Fajar bergidik geli lalu melepaskan rangkulan Vano di bahunya. Dia langsung menaiki motornya. Vano pun ikut duduk di jok belakang.
Fajar menoleh dengan dahi berkerut. “Ngapain lo ikut naik motor gue? Lo tadi kan bareng Gerald.”
“Gak mau sama Abang Gerald. Dia jahat sama Vano!” aduh Vano sok imut. Gerald memang kakak kelas mereka. Dia sudah kelas 12, tapi tidak masalah bergabung dengan Black Eagle yang diketuai adik kelasnya.
“Gue saranin, lo jangan terlalu deket sama Vano deh, Jar! Takutnya dia beneran belok.”
“Enak aja! Gue masih normal, ya! Gue masih suka Keysha yang imut-imut gemes,” bantah Vano.
“Sayangnya, Keysha yang gak mau sama lo.”
Semuanya tertawa mendengar ledekan Ardian pada Vano. Keysha itu adiknya Keyla. Vano bertemu dengannya saat dia kerja kelompok di rumah Keyla dan mulai dari saat itu dia menyukai Keysha yang masih kelas 3 SMP. Meskipun tidak direstui oleh Keyla, Vano tetap berusaha mengirim DM untuk Keysha setiap harinya yang berisi ucapan selamat pagi, siang, sore, malam. Kadang dia juga mengomentari instastory Keysha, sayangnya, Keysha jarang membalas pesannya. Sungguh malang nasib Vano. Baru maju satu langkah, tapi sudah disuruh mundur sepuluh langkah.
Motor gang Black Eagle mulai meninggalkan area sekolah. Mereka menuju mall untuk mengantarkan Vano membeli parfum. Yang berkepentingan cuma satu orang, tapi yang mengantar lebih dari sepuluh orang.
Setelah memarkirkan motor di parkiran, mereka semua memasuki mall. Kedatangan mereka itu cukup menarik perhatian pengunjung, apalagi yang masih remaja. Selain karena wajah tampan yang mereka punya, kedatangan mereka yang bergerombol pun membuat banyak orang menatap mereka kagum. Ada yang menganggap mereka seperti anak gang, ada yang menganggap seperti boyband, bahkan ada yang menganggap mereka seperti siswa yang sedang melakukan study tour.
Fajar berjalan di depan dengan gaya santai meskipun banyak orang disekitarnya yang sedang memperhatikannya, sedangkan pasukan yang berjalan dibelakangnya sedang menebar pesona pada cewek-cewek yang berada di sekitar mereka.
Anak Black Eagle akhirnya memilih berpencar agar tidak terlalu menarik perhatian, apalagi Vano akan memasuki outlet sebuah brand terkenal. Mereka tidak mungkin ikut masuk juga karena itu akan membuat mereka terlihat norak. Yang beli cuma satu, tapi yang mengantar sampai selusin.
Vano memasuki outlet parfum langganannya ditemani oleh Fajar dan Ardian, sedangkan Gerald dan yang lainnnya lebih memilih menunggu di food court.
“Ini parfum lo kan, Jar? Gue beli ini juga deh, biar samaan sama lo,” ucap Vano saat matanya tidak sengaja melihat parfum yang sama dengan parfum yang biasa Fajar pakai.
“Gak boleh! Itu parfum identitas gue. Lo cari yang lain, sana!” tolak Fajar tidak mengizinkan.
Vano mendengus sebal lalu menuju rak parfum yang biasa dia pakai. Padahal dia ingin membeli parfum seperti parfum Fajar agar dia disukai banyak cewek juga seperti Fajar.
Setelah Vano mendapatkan parfumnya, mereka bertiga menuju food court untuk bergabung dengan yang lain. Mata Vano tidak sengaja menangkap sosok orang yang sangat dia kenali sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya berada. Bola matanya melebar saat melihat apa yang dilakukan sosok itu.
“Itu bukannya si Tuyul, ya?” tanya Vano pada kedua temannya untuk memastikan.
“Tuyul sekarang keren, ya? Nyurinya di mall, bukan di rumah orang lagi. Pasti dapetnya banyak, tuh!” gumam Ardian yang masih belum mengerti dengan maksud Vano. Vano pun menggeplak kepala temannya itu saking gemasnya.
“Yang gue maksud Tuyul itu Guntur. Lo kapan pinternya, sih? Nyesel gue milih lo jadi ketua kelas. Makin bobrok dah kelas kita.”
Setelah mendengar ucapan Vano, Fajar langsung mencari sosok yang dimaksud Vano. Ucapan Vano ternyata benar. Tidak jauh di depan mereka, terlihat Guntur dan seorang perempuan sedang bergandengan tangan, bahkan Guntur beberapa kali merangkul bahu perempuan itu. Yang membuat aneh adalah perempuan itu bukan Senja.
“Foto, Van! Aduhin ke Senja!” perintah Ardian yang diikuti oleh Vano. Dia mengeluarkan ponselnya lalu memotret Guntur dan perempuan tadi.
“Sip! Keciduk hengpon jadoel.”
Vano memukul lengan Ardian karena tidak terima dengan ucapan Ardian. “Enak aja lo bilang handphone gue, handphone jadul! Handphone keluaran terbaru, nih!”
“Gak usah bilang ke Senja! Belum tentu juga dia percaya. Yang ada, dia malah ngira kita mau ngerusak hubungan dia sama Guntur. Udah, biarin aja! Lagian belum tentu juga Guntur selingkuh. Siapa tahu itu cuma saudaranya.”
“Tapi, Jar, kasihan Senja-nya.” Sahut Ardian yang disetujui oleh Vano.
“Kalau Guntur emang bener selingkuh, gak lama juga pasti ketahuan,” ucap Fajar santai lalu kembali berjalan.
“Dasar gak tau diri, si Tuyul! Masih untung Senja yang cantik mau sama Tuyul botak kayak dia, pakai acara selingkuh, lagi. Senja gue tikung, baru tahu rasa lo!” dumel Vano ikut kesal.
“Sebelum lo sempet gebet Senja, Senja udah digebet duluan sama Fajar!” ucap Ardian dengan menepuk-nepuk bahu Vano.
Fajar menoleh setelah mendengar dua kupret di belakangnya sedang membicarakannya.
“Berani-beraninya lo ngomongin gue di belakang. Lo berdua mau gue tuker sama koin timezone?” Fajar menatap tajam kedua teman kampretnya.
Vano dan Ardian nyengir dan menggeleng secara bersamaan.
“Ampun, Kepala Suku!”
Mereka melewati Guntur begitu saja seolah tidak menyadari keberadaan Guntur. Guntur yang terlalu fokus dengan ceweknya pun tidak menyadari kalau ada teman-teman Senja yang memergokinya. Kalau saja tidak dilarang Fajar, pasti Vano sudah mengadukan kelakuan cowok botak itu pada Senja. Tangannya sudah gatal ingin mengirim hasil potretnya tadi ke Senja. Kalau bisa, sekalian akan Vano viralin di group chat angkatan biar semua tahu kelakuan salah satu anggota osis-nya. Fajar masih bisa berpikir positif dan menganggap perempuan tadi hanya saudara Guntur, tapi Vano sangat yakin kalau perempuan itu selingkuhan Guntur. Meskipun Vano dan Senja sering bertengkar, tapi tetap saja Senja adalah temannya selama dua tahun ini. Vano tidak terima kalau ada yang menyakiti temannya.
🍰🍰🍩🍰🍰

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Novela Juvenil(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...