Jalanan terlihat gelap dan sepi. Wajar saja karena ini hampir tengah malam. Apalagi jalanan itu bukan jalanan umum. Hanya beberapa kendaraan saja yang melewatinya. Kalau bukan karena ini jalan tercepat menuju basecamp, Fajar juga tidak mau lewat jalan seperti ini. Bukan karena takut, tapi karena jalanannya banyak yang berlubang.
Fajar baru saja dari rumahnya untuk mengambil baju dan sekarang dia berniat kembali ke basecamp. Karena ingin cepat sampai, Fajar mengambil jalan pintas meskipun dia harus melewati jalanan gelap tanpa lampu dan jalanan yang berlubang. Fajar mengendarai motornya dengan kecepatan rendah karena banyak lubang dan kerikil yang bisa saja membuatnya jatuh.
Tepat saat motor Fajar hampir sampai di jalan raya, sebuah mobil menghalangi jalannya. Dia pikir itu begal atau perampok yang sedang mencari mangsa. Tapi, saat pengemudi mobil itu turun, Fajar jadi tahu kalau yang menghalangi jalannya bukan begal atau perampok, tapi manusia kampret yang selalu saja mencari gara-gara dengannya. Siapa lagi kalau bukan Garrel dan kedua pengawalnya.
Fajar turun dari motor dan menghampiri mereka dengan santai. Dia sedang tidak ingin berkelahi karena sejujurnya matanya sudah sangat mengantuk. Salahkan Senja yang tadi membuatkannya susu saat dia mampir ke rumah cewek itu. Dia pikir Fajar bocah atau bagaimana sampai dia membuatkan Fajar susu. Saat Fajar bertanya-tanya, dari segala macam minuman yang bisa disajikan, kenapa harus susu yang disajikan Senja untuknya. Jawaban Senja membuat Fajar tidak jadi marah.
“Gue pengen lo cepet tidur biar gak keluyuran malam-malam. Angin malam gak baik buat tubuh.”
Seperti itulah jawaban Senja yang mampu meluluhkan hati Fajar yang sedang dongkol. Bagaimana tidak dongkol kalau seorang ketua Black Eagle dijamu susu oleh tetangganya yang sangat cerewet itu.
Sesuai dengan harapan Senja, Fajar langsung mengantuk setelah meminum susu buatan Senja. Entah sudah dicampur obat tidur atau memang karena efek minum susu malam-malam, jadi membuatnya gampang mengantuk. Itulah alasan kenapa Fajar ingin cepat sampai basecamp. Tapi, keinginannya untuk tidur cepat sepertinya harus gagal saat manusia kampret di depannya ini malah menghalangi jalannya.
“Ada apa?” tanya Fajar malas.
“Gue mau buat perhitungan sama lo,” jawab Garrel dengan tatapan tajam.
Fajar berdecak mengejek. “Ulangan matematika masih suka remidi aja pakai mau buat perhitungan sama gue segala.”
Mendengar ledekan Fajar membuat emosi Garrel semakin naik. Dia menghampiri Fajar dan mencengkeram kaos Fajar.
“Lo kan, yang buat Senja jauhin gue?” Garrel menatap tajam Fajar, sedangkan Fajar masih tetap santai.
“Kalau iya, emang kenapa? Gue cuma gak mau dia deket sama cowok kayak lo. Lo tahu kan, dia bukan pacar gue? Jadi, gak usah libatin dia diantara kita,” ucap Fajar santai, tapi tatapannya mulai menajam.
Bug.
Satu pukulan mengenai pipi Fajar yang dilakukan oleh Garrel.
“Brengsek! Asal lo tahu aja, gue deketin dia karena gue beneran suka sama dia, bukan karena dia punya hubungan sama lo.” Dada Garrel naik turun. Dia sangat kesal saat tahu kalau memang Fajar-lah yang membuat Senja menghindarinya dan mengabaikan pesannya.
Garrel awalnya tidak menuduh Fajar yang membuat Senja menghindarinya. Dia hanya iseng saja tadi, tapi Fajar malah mengiyakan tuduhannya.
“Lo mending jauhin Senja, deh! Karena gue gak akan ngebiarin Senja sama cowok kayak lo.” Fajar masih tetap santai meskipun baru saja mendapat pukulan.
Garrel tertawa mengejek. “Emang lo siapa berani ngatur-ngatur Senja? Lo cuma sebatas teman sekelas sekaligus tetangga buat Senja. Gak lebih. Jadi, jangan berlagak kayak lo yang paling berhak atas Senja!
“Gue sebenarnya gak mau bilang ini karena gue kasihan sama lo, tapi kayaknya lo sekarang harus tahu, deh. Waktu Senja gue kasih pilihan antara milih gue atau lo, Senja dengan yakin jawab kalau dia lebih milih gue. Jadi, dia hindarin lo itu bukan cuma karena gue, tapi juga karena keinginannya sendiri. ”
Garrel termenung beberapa detik. Dia tidak menyangka Senja akan melakukan itu padanya. Meskipun mereka baru beberapa kali bertemu, tapi respon Senja seolah tidak keberatan kalau Garrel mendekatinya. Sekarang, saat Garrel sudah yakin dengan perasaannya, Senja malah menghindarinya. Sebenarnya, apa mau cewek itu? Mempermainkan hati Garrel atau dari awal memang hanya Garrel saja yang baper?
“Biarin Senja buat gue! Lo bisa cari cabe-cabean yang mau sama lo.”
Ucapan Fajar itu membuat emosi Garrel kembali tersulut. Dia kembali memukuli Fajar dengan dibantu kedua temannya yang bertugas memegangi Fajar agar tidak bisa melawan. Garrel menggunakan kesempatan ini untuk melampiaskan kemarahannya atas sikap Senja yang sudah memainkan perasaannya.
Fajar akhirnya bisa melepaskan diri dari kedua teman Garrel. Dia membalas pukulan Garrel tidak kalah brutal. Meskipun dia jago berantem, tapi kalau harus melawan tiga orang sekaligus, Fajar tetap kalah karena dia seorang diri.
Beberapa pukulan Fajar dapat di wajahnya dan perutnya. Garrel pun tidak kalah parahnya dari Fajar karena meskipun dia dilindungi oleh kedua temannya, tapi Fajar masih bisa menjangkaunya.
Sebuah motor berhenti tidak jauh dari tempat mereka berkelahi. Pengendara motor itu turun dan membantu Fajar melawan Garrel dan teman-temannya.
Karena kondisinya sudah parah, Garrel dan teman-temannya pun melarikan diri. Seseorang yang membantu Fajar itu membuat kondisi mereka lebih parah dari Fajar.
“Makasih, Bang,” ucap Fajar pada orang yang baru menolongnya.
Orang itu mengangguk dengan tersenyum. “Sama-sama. Kenalin, gue Bara. Lo Fajar ketua Black Eagle itu, kan?” tanyanya.
Fajar mengangguk. Dia mencoba mengenali orang di depannya ini karena orang itu mengenal dirinya, sayangnya dia lupa kalau pernah bertemu dengan orang itu.
Bara terkekeh. “Lo mungkin gak kenal gue, tapi gue tau lo. Kita pernah hadir di event yang sama.”
“Gue ketua Jerk Devils,” lanjut Bara memperkenalkan diri.
Fajar manggut-manggut. Dia pernah mendengar soal gang Jerk Devils, tapi dia baru tau kalau Bara itu ketua Jerk Devils.
Fajar mengajak Bara ke basecamp untuk mengobati lukanya. Bara pun setuju. Dia juga ingin tahu basecamp Black Eagle.
🍰🍰🍰
“Lo sekolah di Raden Wijaya?” tanya Bara setelah mereka selesai mengobati lukanya.
“Iya, Bang.”
“Adik gue juga sekolah disana. Namanya Immah, kelas 11 IPA 1. Lo kenal, gak?”
Fajar menggeleng--merasa tidak enak karena dia tidak kenal dengan adik Bara. Tapi, nyatanya dia memang tidak kenal. Namanya saja baru dia dengar. Bahkan Fajar tidak tahu kalau ada anak yang namanya Immah di kelas 11 IPA 1.
Bara tertawa. “Wajar sih, kalau lo gak kenal karena dia emang pendiam dan pemalu. Dia jarang keluar kelas.”
“Gue boleh minta tolong? Tolong jagain Immah, ya! Sifatnya yang pendiam kadang buat dia suka di-bully sama teman-temannya.” Bara menatap Fajar penuh harap. Kalau ada yang menjaga adiknya, Bara akan sedikit tenang.
Fajar mengangguk. “Pasti gue jagain, Bang!”
🍰🍰🍩🍰🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...