AFDS - 58. Panggil Sayang Dulu!

244K 27.5K 3.1K
                                    

Semua pasang mata memandang ke depan. Memperhatikan Bu Feni yang sedang menjelaskan materi dengan mondar mandir. Tidak sedikit yang menunjukkan wajah bosannya padahal pelajaran baru saja di mulai. Sudah beberapa kali pula terdengar suara menguap dari salah satu rakyatnya Ardian.

Bu Feni menyadari itu. Jangan kira dia tidak tahu tentang kelakuan muridnya. Rafli yang sedang menggambar anime di meja, Ardian yang sedang menusuk-nusuk penghapus dengan bulpennya, Vinka yang sedang mengaca di balik bukunya, Vano yang hampir memejamkan mata, dan Fajar yang sudah memejamkan mata. Semua tidak luput dari perhatian Bu Feni.

Bu Feni menyudahi penjelasannya karena merasa banyak yang sudah bosan mendengarkannya. Dia meletakkan buku paketnya dan beralih mengambil buku agenda yang berisi catatan. Dia akan meminta semua murid-muridnya mencatat agar mereka tidak mengantuk.

"Senja, tolong tulis catatan ini di papan tulis!" perintah Bu Feni.

"Baik, Bu."

Senja maju ke depan. Menerima buku agenda Bu Feni dan mendengarkan penjelasan dari Bu Feni tentang catatan mana saja yang harus dia tulis.

"Pastikan semuanya menulis karena penjelasan ini tidak ada di buku!"

"Siap, Bu!"

"Tolong semuanya mencatat catatan di papan tulis! Sebentar lagi ujian, kalian akan membutuhkan catatan ini untuk belajar karena penjelasan yang dicatatkan tidak ada di buku," jelas Bu Feni pada seluruh anak-anaknya.

"Tenang, Bu! Meskipun gak ada di buku, tapi pasti ada di google," sahut Vano dengan cengengesan.

"Revano Ardianto," geram Bu Feni dengan menatap tajam Vano.

Cengiran Vano langsung musnah. Dia menunduk menghindari laser yang terpancar dari mata Bu Feni.

"Senja, pastikan dia menulis! Kalau tidak mau menulis, bilang pada ibu!" tunjuk Bu Feni pada Vano.

"Siap, Bu! Akan saya pantau terus si Vano."

Bu Feni mengangguk lalu meninggalkan kelas. Dilihat dari arah yang dituju, bisa dipastikan kalau Bu Feni akan ke ruang guru.

"Van, tulis apa yang gue tulis! Bangunin juga tuh tetangga lo!" perintah Senja pada Vano sembari melirik Fajar.

Vano mengangguk. "Siap, Bu Sekretaris!"

Senja mulai menulis setelah memastikan kalau Vano akan menulis. Samar-samar terdengar suara Vano membangunkan Fajar dan sahutan tidak suka dari Fajar karena Vano mengganggu tidurnya.

Satu papan sudah Senja penuhi dengan tulisan. Masih ada beberapa lembar lagi catatan yang belum dia tulis di papan. Dia akan meminta anak laki-laki yang piket hari ini untuk menghapus tulisannya sebelum dia melanjutkan menulis lagi.

"Yang piket hari ini, hapus papannya dong!" perintahnya dengan mengedarkan pandangan.

"Yang cewek udah piket semua, Ja. Yang cowok noh belum," sahut Deana.

Pandangan Senja beralih pada anak laki-laki. Menunggu salah satu dari mereka ada yang sadar diri dan mau maju menghapus papan.

"Gue udah hapus papan di pelajaran sebelumnya. Fajar noh belum piket sama sekali," tunjuk Wahyu pada bangku pojok belakang.

Tatapan Senja langsung menajam menatap Fajar yang santai di bangkunya. Cowok itu masih bermain ponsel dengan posisi miring seperti biasa seakan tidak peduli dengan perintah Senja.

"Fajar, hapus papannya!" perintah Senja dengan sedikit kesal karena Fajar mengabaikannya.

Fajar mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Dia meletakkan ponselnya di meja lalu memfokuskan pandangannya pada Senja. Senyum jahil tiba-tiba terbit di bibirnya membuat perasaan Senja menjadi tidak enak.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang