Malam ini, hujan turun sangat deras. Senja mengemudikan mobilnya dengan hati-hati. Jalanan di depannya terlihat sedikit mengabur karena rintikan hujan yang turun dengan derasnya.
Mobil Senja mulai memasuki area kompleknya. Sekarang masih jam 8 malam, tapi suasana komplek sudah sangat sepi. Mungkin karena sedang hujan jadi tidak ada yang keluar rumah.
Senja menatap heran pada seseorang yang sedang jongkok di pinggir jalan sembari memperhatikan motornya. Dilihat dari nomor platnya, Senja sangat mengenali motor itu. Si pengendara pun terlihat tidak asing baginya. Senja menduga motor orang itu sedang mogok. Kalau tidak mogok, sudah pasti dia melanjutkan perjalanan, bukan malah jongkok di pinggir jalan di tengah hujan deras seperti ini.
Senja memberhentikan mobilnya di depan motor orang itu. Sebelum keluar, dia mencari payung yang selalu berada di dalam mobilnya.
Dengan memegang payung yang akan melindungi tubuhnya dari hujan, Senja keluar dari mobil. Dia menghampiri seseorang yang sedang jongkok, tapi mata orang itu menatap ke arahnya. Mungkin orang itu bertanya-tanya, kenapa ada mobil berhenti di depannya.
“Hai! Ngapain lo disitu?” sapa Senja. Dia berdiri di depan orang itu. Meskipun dia sedang membawa payung, tapi dia tidak berniat memayungi orang itu karena payungnya tidak seberapa besar. Lagi pula orang itu juga sudah basah. Jadi, Senja yang egois itu hanya memayungi dirinya sendiri.
“Motor gue mogok,” jawab Garrel. Ya, orang itu adalah Garrel. Kalau bukan Garrel, mungkin Senja tidak akan mau keluar mobil di saat hujan deras seperti ini. Bukan karena dia masih suka dengan Garrel, tapi karena Garrel sudah menolong Fajar jadi Senja merasa punya hutang budi juga pada cowok itu.
“Bawa ke rumah gue aja, biar gue panggilin orang bengkel langganan bokap!”
“Gapapa, nih?”
Senja mengangguk. “Gue tunggu di rumah, ya? Lo gapapa kan dorong motor sendiri?”
Garrel tersenyum lalu mengangguk. “Gapapa. Gue juga gak akan biarin lo ikut hujan-hujanan nemenin gue.”
“Oke, kalau gitu gue duluan.”
Senja memasuki mobilnya kembali. Tak lupa dia melipat payungnya lalu meletakkannya di tempatnya semula.
Mobil yang dikendarai Senja perlahan menjauh. Garrel mulai mendorong motornya menuju rumah Senja yang untungnya sudah dekat. Dia tadi tidak sengaja lewat komplek perumahan Senja karena jalan yang biasa dia lewati sedang ditutup karena sedang ada perbaikan jalan. Tidak terpikirkan sama sekali di otak Garrel kalau Senja akan datang dan menawarkan bantuan apalagi di tengah hujan deras seperti ini. Untuk meminta bantuan Senja yang rumahnya dekat sini pun tidak terpikirkan di otak Garrel. Dia merasa sungkan, sudah lama tidak ke rumah Senja, tapi sekali ke rumah Senja langsung meminta bantuan.
Entah sudah berapa menit Garrel habiskan di perjalanan menuju rumah Senja. Yang pasti, dia sudah capek sekaligus haus. Dia ingin minum air, tapi bukan air hujan. Bisa-bisa dia besok langsung sakit kalau minum air hujan.
Senja meminta Garrel memasukkan motornya ke dalam garasi. Garrel pun melakukannya. Setelah menelepon seseorang, Senja mengajak Garrel masuk.
“Itu kamar tamunya. Lo bisa mandi disana. Ada baju baru di dalam lemari, semoga aja ada yang pas di badan lo,” tunjuk Senja pada sebuah ruangan dengan pintu berwarna putih. Di dalam lemari memang ada baju baru hasil peninggalan kakak sepupunya yang mengingap tahun lalu. Baju itu dibelikan Beni, tapi karena tidak muat di tubuh sepupu Senja jadi ditinggal begitu saja saat sepupu Senja pulang.
“Sorry ya, jadi ngerepotin,” ucap Garrel merasa tidak enak.
“Gapapa, gue gak ngerasa repot sama sekali.” Senja tersenyum hangat.
![](https://img.wattpad.com/cover/230905465-288-k335423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Novela Juvenil(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...