Mata Fajar menatap jengah seonggok manusia di depannya yang sedang makan dengan cepat tanpa sempat bernafas. Dia memakan banyak makanan dan menambahnya lagi tanpa berpikir panjang. Seakan dia lupa kalau akan ada orang melarat di balik kekenyangannya.
“Gue doain, lo bentar-bentar jadian, Jar, biar gue bisa makan gratis terus,” ucap Vano santai seakan ucapannya terdengar lumrah.
Senja melotot mendengarnya. Tanpa sadar, dia berdiri dan mengacungkan garpunya ke depan muka Vano.
“Heh! Lo mau gue tusuk garpu, doa kayak gitu?”
Vano menelan ludah melihat garpu berkilau tepat di depan matanya. Dengan reflek, dia mundur menjauh. Mengabaikan steak-nya yang masih meronta-ronta minta dimakan.
“Makanya, tuh mulut jangan asal nyeplos! Yang punya marah, tuh.” Keyla melirik Vano meledek.
“Bercanda Dedek, Ja.” Vano memasang tampang takut-takut.
Senja mendengus lalu memakan makanannya kembali.
Anak Black Eagle dan anak 11 IPA 3 sekarang berkumpul di kafe milik Bayu atas undangan Fajar. Fajar sudah membooking satu ruangan untuk mereka semua.
Awalnya, dia hanya berniat mentraktir teman sekelasnya saja, tapi itu terdengar tidak adil. Jadilah, Fajar merogoh kocek lebih dalam lagi hanya untuk sebuah keadilan. Lebih baik dia melarat dari pada membuat teman-temannya kecewa dengan sikap tidak adilnya.
Di pojok ruangan, terlihat sang pemilik hajat dan ke-enam orang lainnya duduk mengitari meja. Sesekali pelayan datang dengan membawa pesanan ke meja mereka karena teman-teman Fajar yang tidak tahu diri itu terus memesan apapun yang mereka inginkan tanpa rasa sungkan sama sekali. Mentang-mentang kafenya milik kakaknya Fajar, mereka merasa bebas memesan apapun.
“Ngomong-ngomong, gue tadi ketemu Bang Sat pas pulang sekolah. Dia kelihatan sedih gitu pas tau lo jadian sama Fajar,” cerita Vinka membuat Senja mengalihkan pandangannya dari makanannya.
Fajar berdecak kesal. “Gue usir lo lama-lama dari sini kalau masih ngomongin dia terus,” ancam Fajar.
Semua yang berada di meja itu terkekeh. Sikap cemburu Fajar terlihat sangat lucu karena jarang sekali mereka melihat Fajar seperti itu.
Dari dulu, Fajar memang terkesan cuek dan tidak terlalu peduli pada pacarnya sekalipun. Dia tidak mau ambil pusing dengan memikirkan urusan pacarnya. Tapi, dengan Senja? Dia mulai menunjukkan sisi dirinya yang lain. Fajar lebih posesif dan cemburuan. Dia juga bersikap manis. Hal yang sebelumnya tidak dia lakukan pada mantan-mantannya. Dia biasanya hanya bersikap sewajarnya saja.
“Ya udahlah, lagian masih ada Keyla sama Fifi yang masih free.” Vinka tersenyum manis pada kedua temannya. Senyumnya itu menyiratkan seribu makna.
Keyla dan Fifi langsung menggelengkan kepalanya cepat. Tidak ingin menjadi tumbal Vinka selanjutnya.
“Lo ganti profesi jadi mak comblang, Vin?” sahut Ardian.
“Gue sih multitalent, ya. Kadang jadi selebgram, kadang jadi mak comblang, kadang buka cabang lambe turah. Tergantung situasi dan kondisi aja, sih.” Vinka tersenyum manis sembari mengibaskan rambutnya sampai mengenai wajah Vano.
“Rambut lo kena muka gue, woy! Mana masuk ke mulut lagi.” Vano berusaha melepaskan rambut Vinka yang menempel di bibirnya.
Vinka langsung melotot horor mendengarnya. Menatap Vano dengan tatapan tajam sekaligus jijik.
“LO MAKAN RAMBUT GUE?” tanyanya ngegas.
“Dikit.”
“Jorok banget, sih, lo!” Vinka segera melihat kondisi rambutnya. Siapa tahu ada air liur Vano tertinggal disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...