Tubuh Senja terasa lemas. Kepalanya pusing karena kekurangan darah. Pinggangnya terasa sakit. Perutnya pun masih saja nyeri karena ini baru hari kedua dirinya haid.
Dengan keadaan seperti ini, rebahan di kasur memang lebih nyaman dari pada duduk berjam-jam mengikuti pelajaran, tapi Senja tidak mau manja. Kalau sakit seperti ini saja dia tidak masuk, bisa-bisa absensinya tidak beda jauh dengan absensi Fajar.
Senja menyenderkan punggungnya pada kursi. Dia memposisikan dirinya senyaman mungkin berharap sakit di seluruh tubuhnya berkurang.
Vinka yang duduk di sampingnya merasa tidak tega melihat muka Senja yang terlihat pucat. Tadi Vinka sudah menawari Senja agar istirahat di UKS saja, tapi Senja menolak. Dia bilang kalau dia baik-baik saja dan masih kuat mengikuti pelajaran.
Mata yang biasanya berbinar cerah dengan wajah ceria itu sekarang terlihat sayu. Senja memang selalu merasakan nyeri seperti ini setiap bulannya, tapi kali ini terasa lebih sakit. Dia juga lupa tidak meminum obat pereda nyeri dan vitamin penambah darah sebelum berangkat sekolah tadi.
“Lo gapapa, Ja? Gue anterin ke UKS aja, yuk!” bisik Vinka ditengah pelajaran.
“Gue gapapa.”
Senja kembali mendengarkan materi yang sedang dijelaskan Bu Feni. Sesekali dia memijat pelipisnya yang terasa pusing. Hal itu membuat teman-temannya semakin merasa khawatir.
“Senja! Tolong tulis catatan ini di papan!” perintah Bu Feni.
Vinka berniat membuka mulut untuk memberitahu Bu Feni kalau Senja sedang sakit, tapi gelengan dari Senja membuatnya tidak jadi melakukan itu.
“Gue gapapa kok,” ucap Senja sebelum maju ke depan untuk menulis catatan yang diberikan Bu Feni.
Para cewek melotot melihat rok Senja yang terdapat bercak darah, sedangkan para cowok kebingungan, mereka mengira Senja ngompol atau habis bermain air.
“Jar! Kayaknya Senja ngompol, deh,” bisik Vano dengan menyenggol lengan Fajar yang sedang bermain game.
Fajar mendongak dengan dahi berkerut. Mengetahui Fajar belum mudeng, Vano pun menunjuk Senja yang sedang menulis di depan.
“Tuh, lihat sendiri! Roknya Senja basah.”
Bola mata Fajar membesar melihat rok Senja basah dan berwarna kemerah-merahan. Fajar tidak sebodoh Vano sampai mengira kalau rok Senja basah karena cewek itu ngompol. Dia merutuki semua yang berada di kelas karena tidak ada yang memberitahu Senja.
Dengan sigap, Fajar menyambar jaketnya yang dia sampirkan di punggung kursi lalu menghampiri Senja. Fajar melingkarkan jaket itu di pinggang Senja untuk menutupi rok bagian belakang Senja yang terdapat noda darah.
Tubuh Senja menegang saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sebenarnya bukan memeluk, tapi posisi Fajar yang berada di belakang Senja dengan tangan terulur ke depan untuk mengikat lengan jaket di perut Senja membuatnya seolah-olah sedang memeluk Senja dari belakang. Apa yang dilakukan Fajar itu membuat semuanya heboh termasuk Bu Feni.
Senja menatap Fajar dengan dahi berkerut. Dia masih belum mengerti kenapa Fajar mengikat jaket di pinggangnya.
Fajar menggaruk tengkuknya—salah tingkah. Dia ingin menjelaskannya, tapi malu.
“Ada noda darah di rok lo,” jelas Fajar dengan gugup. Dia segera kembali ke bangkunya, sedangkan Senja sudah mulai bisa mencerna keadaan.
Para penonton kecewa karena drama korea telah usai. Jujur saja, apa yang dilakukan Fajar itu membuat para cewek menjerit baper. Mereka ingin berada di posisi Senja, tapi Fajar juga belum tentu mau melakukan itu kalau ceweknya bukan Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...