Senja meletakkan mangkuk kosong bekas bubur ke atas nakas. Tangannya beralih mengambil air minum dan mendekatkannya pada bibir Fajar. Meskipun sedikit ragu, tapi Fajar tetap meminum airnya.
“Tolong ambilin obatnya juga, Ja! Mau gue minum sekarang,” pinta Fajar yang langsung diangguki oleh Senja.
Senja mengeluarkan butir obat dari kemasannya lalu menyerahkannya pada Fajar.
Fajar langsung menelan obat itu dalam sekali tenggak dengan bantuan air.
“Salepnya gue olesin sekarang, ya?” Senja sudah membawa salep luka dalam genggamannya berniat mengoleskan salep itu pada luka Fajar.
“Nanti aja, gue mau mandi dulu.”
“Mending lo jangan mandi dulu, deh. Luka lo pasti perih kalau kena air,” saran Senja. Tanpa sadar, bibirnya meringis membayangkan sakit yang akan Fajar rasakan saat luka-lukanya yang belum kering itu terkena air.
“Gue udah gapapa, Ja. Badan gue udah lengket gini, masa gak mandi?” Fajar tersenyum melihat raut kekhawatiran dari wajah Senja.
Senja menghembuskan nafas. Membiarkan Fajar turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk mandi.
Sembari menunggu Fajar selesai mandi, Senja memainkan ponsel cowok itu yang sudah dia ketahui passcode-nya. Fajar tetap tidak merubah passcode ponselnya meskipun dia tahu Senja sering memainkan ponselnya dengan seenak jidat cewek itu.
Senja memainkan game ular yang terdapat di ponsel Fajar karena hanya game itu yang Senja ketahui cara mainnya. Sebenarnya, ada game tebak gambar juga. Sayangnya, Senja sedang tidak ingin berpikir.
Beberapa saat kemudian, Fajar keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan celana pendek tanpa atasan. Senja meliriknya sekilas karena suara pintu kamar mandi terbuka itu mampu memecah konsentrasinya pada ularnya yang sudah sangat besar sampai kesusahan untuk balik badan.
Bukan hal baru bagi Senja melihat Fajar tidak memakai baju seperti itu. Cowok itu sudah biasa memamerkan badannya. Entah saat berganti pakaian di dalam kelas ataupun saat praktek renang. Meskipun otot badannya belum terbentuk sempurna, tapi badan Fajar tidak bisa diabaikan begitu saja. Badannya masuk dalam kategori bagus untuk ukuran anak SMA.
“Arghh...” Erangan Fajar membuat Senja langsung meninggalkan permainannya begitu saja. Padahal ularnya sudah sangat besar dan sudah mencapai peringkat 1 juga. Senja tidak peduli akan hal itu. Baginya, Fajar yang paling penting untuk saat ini.
“Kenapa?” tanya Senja cemas dengan berlari menghampiri Fajar yang sedang berdiri di depan lemari.
“Gue gak bisa pakai baju. Tangan gue sakit,” jawab Fajar masih dengan memegangi tangannya yang terasa nyeri.
Senja mengambil kaos yang hendak Fajar pakai dari genggaman cowok itu lalu melipatnya kembali dan menyimpannya di dalam lemari. Tangannya beralih mengambil kemeja yang tergantung di dalam lemari itu.
“Pakai kemeja aja, ya? Biar lebih gampang pakainya.”
Meskipun Fajar kesusahan memakai baju, tapi Senja tidak akan membiarkan cowok itu tidak memakai baju. Bisa-bisa dia masuk angin juga. Sakitnya yang ini saja belum sembuh, jangan sampai penyakitnya bertambah lagi.
Fajar mengangguk setuju.
“Biar gue bantuin makainya.”
Senja membantu Fajar memakai kemejanya. Memasukkan kemeja berlengan pendek itu perlahan agar kainnya tidak mengenai lukanya. Setelah kemeja itu terpasang, Senja membantu mengancingkan kemejanya juga.
Fajar tidak bisa menyembunyikan senyumnya lagi. Dia sangat bahagia mendapat perhatian Senja dengan begitu besarnya. Meskipun awalnya sedikit merasa geli dan tidak nyaman karena harus melihat Senja yang biasanya suka marah-marah padanya tiba-tiba perhatian seperti ini, tapi lama-lama Fajar menikmatinya. Dia malah merasa kecanduan dengan sikap perhatian Senja. Dia jadi ingin Senja terus perhatian padanya sekalipun Fajar dalam keadaan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Novela Juvenil(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...