Sepulang sekolah, Senja mampir dulu ke supermarket. Dia ingin membeli apapun yang berbahan dasar coklat untuk mengembalikan mood-nya yang hancur karena ulah Fajar. Ini bukan hanya karena ucapan Fajar yang secara gamblang bilang kalau dia lebih memilih mengantar Immah pulang dari pada mengantar Senja, tapi ini juga karena Senja melihat secara langsung saat mereka pulang bersama.
[Flashback On]
Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Senja masih duduk dengan nyaman di depan kelas sembari memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di koridor.
Bukan tanpa alasan Senja masih betah duduk disana. Itu karena dia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Fajar pulang bersama Immah. Meskipun itu akan membuat hatinya sakit, tapi itu juga membuatnya penasaran. Dia ingin melihat bagaimana sikap Fajar pada Immah. Apakah cowok itu benar-benar tulus atau hanya memanfaatkan Immah untuk mendapat nilai bagus saja?
Kali ini Senja akan pulang bersama Satria. Dia sudah memberitahu Satria untuk menunggunya karena Senja beralasan masih ada urusan yang harus dia kerjakan. Padahal urusan yang dimaksud adalah mengintai Fajar dan Immah yang akan pulang bersama. Memang Senja termasuk tidak tahu diri. Sudah ditebengi malah meminta orang yang menebenginya untuk menunggunya yang masih mengintai cowok yang sudah membuatnya galau seperti ini. Mau bagaimana lagi, hanya Satria yang mau mengangkut Senja disaat semua orang menelantarkan Senja. Mulai dari Fajar sampai Keyla, mereka kompak tidak mau memberi tumpangan untuk Senja.
Beberapa meter dari tempat Senja duduk, Fajar sedang meyakinkan Immah agar mau pulang dengannya. Bukan bermaksud apa-apa, hanya saja dia sudah berjanji pada Bara untuk mengantarkan Immah pulang hari ini karena Bara sedang ada urusan. Sayangnya, Immah tidak mau pulang dengan Fajar. Fajar mengerti, mungkin itu karena bully-an yang Immah dapat setelah cewek itu pulang bersama Fajar tempo hari.
“Ayo, gapapa! Gak usah dengerin mereka!” bujuk Fajar sembari memperhatikan Immah yang sedari tadi hanya menunduk saja. Cewek itu tidak berani mendongak karena banyak cewek-cewek yang meliriknya sinis di sekitar mereka.
“Aku pulang sendiri aja,” ucap Immah pelan.
“Pulang sama gue! Gue udah janji sama abang lo kalau gue bakal nganterin lo pulang.”
“Biar aku nanti yang jelasin ke Kak Bara.”
Fajar mengacak rambutnya frustasi. Dia tidak mengira, menghadapi cewek seperti Immah lebih membuat kepala pusing dari pada menghadapi cewek cerewet seperti Senja. Lagi-lagi, Senja yang menjadi perbandingannya dalam menilai seorang cewek.
“Lo gak perlu takut! Kalau ada yang macem-macem sama lo lagi, dia bakal berurusan sama gue,” ucap Fajar meyakinkan.
Immah sedikit mendongak untuk bisa menatap wajah Fajar yang selalu dia kagumi. Ada rasa hangat yang muncul dalam hatinya saat Fajar mengatakan itu. Immah jadi merasa terlindungi.
“Tapi, aku juga harus ke toko buku, jadi lebih baik aku pulang naik ojek online aja.” Immah masih berusaha menolak. Meskipun Fajar sudah bilang akan melindunginya, tapi tetap saja dia masih merasa takut. Ancaman bisa datang kapan saja, kan? Apalagi Fajar sering tidak masuk sekolah. Immah takut dilabrak lagi saat Fajar tidak ada di sekitarnya.
“Gue anterin ke toko buku. Udah, ayo! Jangan banyak alasan!” Fajar yang sudah gemas pun memilih menarik tangan Immah pelan.
Immah terkejut dengan apa yang dilakukan Fajar. Debaran jantungnya semakin kencang. Kepalanya semakin menunduk karena banyak pasang mata yang sedang memelototi mereka.
Fajar melepaskan genggamannya pada tangan Immah saat melihat Senja duduk di depan kelas. Entah kenapa dia ingin melakukan itu. Mungkin, dia ingin menjaga perasaan Senja.
Hati Senja terasa seperti diremas saat melihat Fajar berjalan di samping Immah. Meskipun mereka tidak ngobrol ataupun gandengan, tapi tetap saja itu membuat Senja cemburu.
“Lo belum pulang, Ja?” tanya Fajar heran. Seharusnya, Senja sudah sampai rumah sekarang karena kelas mereka tadi dibubarkan 15 menit lebih awal dari kelas yang lain karena gurunya ada urusan.
Senja menggeleng tanpa suara. Wajahnya tetap datar. Tanpa dia sadari, sorot matanya sudah menajam menatap cewek yang sedang berdiri di samping Fajar.
“Belum dapat tebengan?” Fajar akan merasa khawatir kalau itu benar terjadi.
“Udah. Gue pulang bareng Kak Satria,” jawab Senja jujur. Dalam hati, dia berharap Fajar cemburu agar bukan hanya dirinya saja disini yang merasa cemburu.
Fajar manggut-manggut. Dia merasa lega sekaligus tidak suka. Lega karena Senja sudah ada yang mengantar pulang dan tidak suka saat mengetahui yang mengantar Senja adalah cowok yang sedang berusaha mendekati cewek itu. Kalau yang mengantar Senja itu Vano atau Ardian, sih, Fajar tidak masalah.
“Ya udah, gue duluan, ya?” pamit Fajar yang diangguki oleh Senja.
Setelah Fajar pergi, Senja langsung menghampiri Satria yang sudah menunggunya di depan kelas. Dia sangat kesal dan ingin segera sampai rumah.
[Flashback Off]
“Kak Satria langsung pulang aja! Gak usah nunggu aku! Aku mau beli cemilan dulu,” ucap Senja saat sudah turun dari motor Satria.
“Gapapa, aku tungguin aja.”
“Gak usah, Kak. Rumahku deket sini. Aku nanti nebeng tetanggaku aja. Biasanya, dia lewat sini jam segini.”
“Kalau dia gak lewat?” Satria tersenyum menggoda.
“Aku bisa jalan kaki atau mesen ojol.”
“Tapi-”
“Udah, gak usah khawatirin aku! Kak Satria pulang aja! Aku gapapa. Lagian, ini udah deket dari rumahku. Banyak orang yang aku kenali jadi aku pasti aman,” ucap Senja meyakinkan.
Satria terlihat berpikir. Beberapa detik kemudian dia mengangguk.
“Ya udah, aku pulang, ya? Kalau ada apa-apa hubungi aku aja!” Satria tersenyum manis. Tangannya yang jahil itu mengacak rambut Senja sayang.
Tubuh Senja mematung merasakan elusan Satria di kepalanya. Melihat Satria yang masih menunggu responnya, Senja pun mengangguk.
Satria menjalankan motornya meninggalkan minimarket setelah dirinya yakin kalau Senja tidak apa-apa ditinggal sendiri. Sesekali dia melirik spion untuk melihat apakah Senja sudah masuk minimarket atau belum.
Motor Satria terlihat sudah menjauh dari pandangan Senja. Senja segera masuk ke minimarket dan mengambil apapun yang sedang ingin dia makan sebelum hari semakin sore.
Senja memasukkan susu coklat, brownies, ice cream, dan cemilan yang mengandung rasa coklat ke dalam keranjang.
Saat ingin mengambil sereal kesukaannya, Senja merasa kesusahan karena sereal itu diletakkan di rak yang paling atas. Dia mencoba menggapainya dengan menjinjit, tapi tetap saja tidak bisa diraih. Sepertinya dia harus meminum susu penambah tinggi badan agar badannya bisa lebih tinggi lagi.
Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Senja menyerah. Dia meminta tolong pada seseorang yang berdiri tidak jauh darinya. Seorang laki-laki yang bertubuh tinggi dan sedang mengambil minuman dalam kulkas.
“Mas, bisa tolong ambilin sereal di atas rak itu?” ucap Senja meminta tolong.
Laki-laki itu menoleh. Matanya membesar seperti terkejut melihat Senja. Senja pun tidak kalah terkejut melihatnya.
“Garrel?”
🍰🍰🍩🍰🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...