AFDS - 51. Kenapa Matahari?

249K 30.4K 16.4K
                                    

Fajar membawa Senja ke taman belakang. Hanya disana tempat yang sepi dan jauh dari perhatian orang-orang yang kepo dengan interaksi mereka.

Fajar melepas genggaman tangannya pada Senja. Menatap Senja dengan tatapan kesalnya.

“Kenapa lo ngelakuin itu?” tanya Fajar to the point.

Senja yang sedang memperhatikan sekitar pun menoleh.

“Gak sengaja,” jawabnya santai lalu kembali memperhatikan bunga-bunga yang tumbuh di taman. Senja jarang sekali ke taman ini karena dia lebih suka menghabiskan waktu istirahat di kantin atau di kelas untuk tidur.

“Gak percaya gue. Tampang kayak lo gini gak mungkin gak sengaja nimpuk kepala orang. Pasti ada alasannya lo nendang kaleng sampai kena kepala gue.”

“Emang.”

Senja masih terlihat santai. Bunga-bunga yang berjatuhan terkena angin menjadi pemandangan yang lebih enak dilihat dari pada harus melihat muka bonyok Fajar.

“Kenapa lagi? Lo marah sama gue?” tanya Fajar jengah. Perasaan, dia salah terus kalau berhadapan dengan Senja.

Senja menggumam. “Lo nyebelin!”

Sebenarnya, dia malas kalau harus menjelaskannya pada Fajar, tapi cowok itu tidak akan mengerti kalau Senja hanya diam saja tanpa memberitahu kesalahannya. Tingkat kepekaan Fajar memang sangat rendah. Kalau saja dia tidak tampan, mungkin dia akan menjomblo lama seperti Vano. Memang cewek mana yang tahan dengan cowok cuek dan tidak peka seperti Fajar. Senja saja beberapa kali ingin menjerit menghadapi sikap Fajar.

Fajar mengacak rambutnya frustasi. Dia tidak tahu, kesalahan apa yang sudah dia lakukan sepagi ini.

“Gue kenapa lagi, sih, Ja? Perasaan, gue salah mulu.”

Senja berhenti memperhatikan sekeliling. Tatapannya beralih fokus hanya pada Fajar.

Dilihat dari wajahnya yang cemberut, Fajar tahu kalau cewek itu memang sedang kesal padanya.

“Emang ini salah lo. Muka udah bonyok, masih aja berani deketin cewek lain. Pakai pegang-pegangan tangan, lagi.”

Fajar mengulum senyumnya. Dia sekarang tahu, apa yang membuat Senja kesal seperti ini. Cewek itu kalau sedang cemburu memang membahayakan. Jiwa bar-barnya langsung berkobar.

“Jadi, ceritanya lo cemburu, nih?” Fajar menggoda Senja dengan mencolek-colek lengan Senja.

“Apaan, sih! Gue cuma kesel, lo habis dibikin bonyok sama abangnya masih aja deketin adiknya pakai pegangan tangan lagi. Gue ngobatin tangan lo gak buat pegangan sama cewek lain, ya,” dumel Senja tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“Gue gak pegangan tangan, Ja. Immah tadi megang luka gue. Karena sakit, jadi tangan gue reflek nahan tangan dia,” jelas Fajar.

“Alah! Paling lo emang modus. Udah, sana sama Immah aja! Gue males sama lo.” Senja membuang muka dengan bersedekap dada.

“Kalau gue maunya sama lo, gimana?” Fajar melempar tatapan menggoda.

“Dih! Sukanya baperin anak orang, tapi gak mau ngasih kepastian. Dikira jemuran apa, digantung mulu,” ceplos Senja tanpa malu. Meskipun begitu, dia sangat menghindari menatap wajah Fajar. Dia lebih memilih menatap ke arah lain. Bisa salting tidak karuan kalau sampai dia menatap mata Fajar.

Fajar langsung menyemburkan tawanya. Ucapan Senja sangat frontal sampai membuatnya tertohok. Cewek itu tidak malu mengeluarkan unek-uneknya, tapi Fajar suka dengan caranya itu. Dia lebih suka Senja mengungkapkan semua yang dia rasakan dari pada memendamnya dan berujung membuatnya marah-marah tidak jelas.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang