Saran konyol dari Keyla terus berputar di otak Senja. Yang dikatakan Keyla memang tidak ada salahnya. Senja harus berjuang untuk perasaannya sendiri sebelum semuanya semakin terlambat.
Senja melangkah ragu menuju bangku Fajar. Dari bangkunya, Keyla memberi semangat untuk Senja dengan mengepalkan tangan di udara. Hanya Keyla saja yang tahu rencana Senja. Fifi dan Vinka tidak dia beritahu karena pasti Vinka akan memintanya menyerah dan beralih haluan ke Satria.
Tiba-tiba saja tenggorokan Senja merasa kering saat hendak mengungkapkan maksudnya pada Fajar. Entah apa yang terjadi dengan dirinya padahal biasanya berteriak di depan Fajar pun sudah menjadi hal mudah baginya.
Senja berdehem pelan. Dehemannya itu membuat fokus Fajar teralihkan dari ponsel yang sedang dia mainkan.
Fajar menoleh. Merasa cukup terkejut saat melihat Senja sudah berdiri di samping bangkunya. Pasalnya, seingat Fajar, cewek itu masih marah padanya.
“Lo bisa ikut gue bentar? Ada yang mau gue bicarain,” ucap Senja gugup.
Fajar mengangguk lalu berdiri mengikuti langkah Senja. Sebelum sampai pintu, Senja sempat melirik Keyla ragu. Ucapan semangat dan penuh keyakinan yang Keyla berikan membuat Senja merasa semakin yakin dengan rencananya.
Langkah Senja berhenti saat kakinya sudah sampai di taman belakang sekolah. Taman ini selalu sepi dan hanya dikunjungi oleh anak-anak pintar dan introvert saja. Disini, mereka bisa berkonsentrasi penuh karena jauh dari keramaian dan suara tawa cabe-cabean.
Senja berbalik badan. Dua langkah di depannya, Fajar tengah berdiri sembari menatapnya penasaran. Dia tidak bisa menebak apa yang akan diucapkan Senja sampai membawanya ke taman ini hanya untuk berbicara.
“Lo mau ngomong apa?”
Senja menatap mata Fajar. Tatapan sendu yang menyiratkan kesedihan dan kekecewaan. Dan Fajar sadar itu. Tatapan Senja terasa berbeda dengan biasanya. Jika biasanya cewek itu ekspresif, sekarang dia terlihat lebih kalem. Suaranya pun bernada rendah, tidak sewot seperti biasanya.
“Gue mau tanya sesuatu,” ucap Senja menggantung.
“Tanya aja, asal jangan soal logaritma!” Fajar terkekeh mencoba mencairkan suasana yang terasa awkward.
Senja hanya tersenyum tipis menanggapinya. Dalam hati, dia mendumel mengeluhkan sikap Fajar yang tidak bisa diajak serius barang sebentar saja. Andai dia tidak sedang berusaha membangun suasana melow, pasti sudah dia geplak kepala Fajar.
“Apa gue gak cukup pintar sampai lo deketin Immah?” tanya Senja dengan suara pelan, tapi mampu membuat Fajar terdiam kaku. Dia tidak menyangka pertanyaan itu yang akan keluar dari bibir Senja.
“Apa karena Immah lebih baik dari gue, makanya lo lebih milih dia? Gue sadar, gue gak bisa sekalem dia. Gue gak bisa ngomong pakai suara lembut kayak dia. Gue juga gak bisa sabar kayak dia. Apa itu yang buat lo milih jauh dari gue dan deket sama dia?”
Bulir bening menetes tanpa bisa Senja cegah. Dia sudah berusaha menahannya --setidaknya sampai ucapannya selesai-- nyatanya dia tidak bisa membendungnya lagi. Senja terisak pelan dengan menunduk. Dia masih berusaha menyembunyikan air matanya di depan Fajar, tapi itu percuma saja karena Fajar sudah melihatnya.
Fajar ikut merasakan sakit saat melihat Senja menangis di depannya dan karenanya juga. Ungkapan hati dari cewek itu membuatnya sadar jika kesalahpahaman yang dia buat telah menyakiti hati Senja sampai membuat cewek yang biasanya suka mengomel itu sekarang menangis terisak. Fajar hanya bisa diam di tempatnya menunggu Senja melanjutkan ucapannya.
“Apa gue egois kalau gue bilang, gue gak suka lihat lo deket sama Immah? Apa gue pantes kalau minta lo jauhin Immah buat gue?”
Air mata Senja terus luruh seiring ucapannya. Fajar sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia maju dan membawa tubuh Senja yang sedang bergetar ke dalam pelukannya. Bukannya mereda, isak tangis Senja malah semakin keras. Hanya mendengarnya saja membuat hati Fajar semakin sakit. Dia tidak suka melihat Senja seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...