AFDS - 34. Lebih Memilihnya

228K 27.9K 4.3K
                                    

Sorot mata tajam Fajar sedang memperhatikan sosok perempuan yang akhir-akhir ini mengabaikannya dan lebih memilih bercanda dengan teman-temannya. Sampai saat ini, terhitung sudah 3 hari cewek itu menghindari Fajar dan Fajar masih belum mengerti kesalahan apa yang membuatnya diabaikan oleh cewek itu. Siapa lagi kalau bukan Senja. Hanya dia, cewek yang membuat Fajar pusing saat diabaikan olehnya.

Berjarak sekitar 3 meter di depannya, Senja dan Keyla sedang mendukung Vano dan Ardian yang akan bertanding catur.

Jam terakhir kali ini tidak diisi oleh pelajaran karena guru pengajarnya sedang ada meeting di luar kota sebagai perwakilan sekolah. Tentu saja hal itu membuat anak kelas 11 IPA 3 bersorak gembira. Banyak yang menggunakannya untuk tidur siang atau untuk bermain sembari menunggu bel pulang sekolah berbunyi.

Senja duduk di samping Vano, sedangkan Keyla duduk di samping Ardian. Mereka saling menatap lawan masing-masing dengan tatapan sengit. Senja dan Keyla sampai menatap jengah pada dua cowok itu.

“Ayo, kalahin Vano kupret, Yan!” dukung Keyla dengan tangan yang mengepal di udara. Dia mendukung Ardian karena dia masih kesal dengan Vano. Cowok itu masih suka menghubungi Keysha padahal Keysha selalu mengabaikannya. Memang dasarnya Vano, selain tidak kenal kata menyerah, dia juga tidak punya malu untuk urusan cewek.

“Ja! Pijatin bahu gue, Ja! Ambilin minum juga, jangan lupa!” Vano melakukan gerakan peregangan seolah dia akan bertanding gulat.

Senja menggeplak kepalanya. “Lo itu cuma tanding catur, bukan mau tinju. Gak usah kebanyakan gaya, deh!”

Vano menunjukkan cengiran bodohnya.

“Lo lihat tuh, Yan! Masa lo kalah sama orang gak waras kayak dia?” tunjuk Keyla pada Vano membuat Ardian dan Senja tertawa, sedangkan Vano sudah cemberut kesal.

“Kakak ipar kok gitu? Dedek Vano ngambek, nih!”

“Bodo amat!”

Dua cowok itu mulai bertanding. Senja dan Keyla bersorak mendukung jagoannya masing-masing.

Ardian terlihat serius, sedangkan Vano bermain dengan gaya angkuhnya. Kakinya dia naikkan satu ke atas kursi dengan dagu mendongak ke atas. Dia langsung menjalankan pionnya tanpa berfikir terlebih dahulu seolah dia sudah ahli dalam permainan catur.

“Van, kok lo dimakan Ardian terus, sih?” dumel Senja.

Ardian dan Keyla tertawa senang karena sekarang Ardian lebih unggul dari Vano.

“Dasar kanibal!” gerutu Vano.

“Lo mainnya gak pakai otak, sih, Van!” Senja menatap Vano kesal.

“Gimana mau pakai otak kalau otak dia aja udah digadaiin buat servis hp kemarin,” sahut Ardian dengan terkekeh.

“Astaga, Van! Ternyata otak lo lebih murah dari skincare gue,” timpal Keyla yang sudah tertawa keras.

Bully aja terus! Bully Dedek sepuas kalian!”

“Kalau itu mah gak usah disuruh juga pasti kita lakuin, Van.” Senja menepuk-nepuk bahu Vano—pura-pura prihatin dengan nasib Vano.

Vano pura-pura terisak lalu menghapus air matanya yang berwujud udara. Dia mulai menjalankan pionnya kembali. Kali ini Senja menceramahinya agar Vano berpikir dulu sebelum menjalankan pionnya agar mereka tidak kalah dari tim Ardian.

Fajar masih menatap Senja dari jauh. Dalam hatinya, dia senang melihat Senja bisa tersenyum dan tertawa karena ulah konyol Vano. Kemarin, wajah cewek itu terus murung sampai pulang, tapi untungnya sekarang sudah kembali ceria lagi. Entah sejak kapan senyum cewek itu berpengaruh untuknya. Kalau melihat wajah Senja murung seperti kemarin, ada kecemasan tersendiri di hati Fajar.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang